HADIS TENTANG MENYALATKAN JENAZAH ORANG MUNAFIK: APLIKASI HERMENEUTIKA HADIS F AZLUR RAHMAN (STUDI MA'ANIL HADIS)

Maulana Ikhsanun Karim, NIM. 15551017 (2019) HADIS TENTANG MENYALATKAN JENAZAH ORANG MUNAFIK: APLIKASI HERMENEUTIKA HADIS F AZLUR RAHMAN (STUDI MA'ANIL HADIS). Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (HADIS TENTANG MENYALATKAN JENAZAH ORANG MUNAFIK: APLIKASI HERMENEUTIKA HADIS F AZLUR RAHMAN (STUDI MA'ANIL HADIS))
15551017_BAB I_ IV_atau-V_DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (8MB) | Preview
[img] Text (HADIS TENTANG MENYALATKAN JENAZAH ORANG MUNAFIK: APLIKASI HERMENEUTIKA HADIS F AZLUR RAHMAN (STUDI MA'ANIL HADIS))
15551017_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (14MB)

Abstract

Berawal dari kegelisahan penulis dengan beredarnya surat keputusan sanksi bagi pendukung pemimpin Non-Muslim dan penista agama dari Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) yang melegalkan untuk tidak menyalatkan jenazah mereka karena dianggap termasuk dalam golongan munafik yang merusak Islam, penulis merasa perlu untuk mengkaji dari sisi akademik, yaitu studi tentang hadis. Dari surat keputusan tersebut bagian mengingat yang menjadi dasar atau dalil mereka membuat sanksi, pada poin “c”, tentang asba>bun nuzu>l dari ayat 84 surat al Taubah yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Na>fi’ dari Ibnu ‘Umar tatkala kematian ‘Abdulla>h bin Ubay bin Salul, pembesar kaum Munafik Madinah kala itu. Atas dasar tersebut DDII memaklumatkan untuk tidak menyalatkan jenazah yang terbukti mendukung atau memilih pemimpin Non-Muslim pada semua tingkatan pemilu sebagai sanksi atas perbuatan mereka yang digolongkan dalam kategori orang munafik. Surat keputusan tersebut kemudian diteruskan kepada imam salat, tokoh agama, serta tokoh masyarakat Islam diseluruh Indonesia. Hal tersebut tentu menjadi polemik bagi mereka yang berbeda pendapat akan maksud hadis tersebut, khususnya dalam hal ini adalah penulis. Sebagai pemerhati hadis, penulis tertarik untuk mengkaji hadis tersebut untuk memberikan pemahaman yang moderat akan hadis tersebut, khususnya untuk menjawab pertanyaan apakah hadis tersebut mengisyaratkan pelarangan menyalatkan jenazah ataukah hal lain? Lalu bagaimakah kontekstualisasi hadis tersebut jika dikaitkan dengan zaman sekarang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis membuat karya ini dengan pendekatan ma’anil hadis yang terfokus pada otentifikasi dan validasi dalam meneliti sanad hadis dan pendekatan hermeneutik dalam memahami matan hadis. Dengan metode historis dan hermeneutik yang ditawarkan oleh Nurun Najwah sebagai kerangka teoritik dan mengambil metodologi dari Fazlur Rahman dalam mencari ide dasar hadis, karya ini akhirnya selesai. Pada akhirnya dalam skripsi ini penulis memaparkan beberapa temuan tentang hadis tersebut dari aspek eskternal maupun internal hadis yang mengindikasikan bahwa hadis tersebut dinilai bagus oleh para ulama hadis baik dari sisi sanad maupun matan, meskipun dalam hal penerimaan hadis tersebut, ulama berbeda pendapat. Kemudian disisi lain, penulis menemukan beberapa pengertian yang masyhur terkait munafik baik dari pemahaman ulama dari al Qur’an maupun hadis. Dan akhirnya pada bab terakhir penulis menjelaskan tentang bagaimana pemahaman akan hadis tersebut, khususnya tentang apa yang terjadi saat kejadian tersebut muncul pada zamannya, hingga bagaimana kita menyikapi pemahaman yang tepat untuk masa sekarang tentang hadis tersebut dengan melihat ide dasar hadis, bukan pada literatur teks hadis secara bebas tanpa proses mengkaji sosiohistoris kemunculan kejadian tersebut. Hasil dari penelitian penulis menunjukkan bahwa kejadian yang disebutkan dalam riwayat hadis tersebut terkonfirmasi dari berbagai sumber termasuk sumber kitab sejarah. Kemudian tentang respon yang Nabi lakukan terhadap perkataan ‘Umar yang mencegah untuk menyalatkan Abdullah bin Ubay adalah sebuah bentuk kehati-hatian Nabi dalam hal menyikapi hal yang masih samar, terutama xvii masalah kemunafikan. Hingga turun ayat penegas untuk Nabi yang benar-benar melarang atau mencegah. Pada akhirnya apa yang dapat dipetik dari kejadian tersebut bukanlah tentang mengisyaratkan pelegalan untuk pelarangan menyalatkan jenazah, melainkan adalah mengambil pelajaran dari perilaku atau akhlak Nabi terhadap orang yang membencinya hingga akhir hayatnya, dan sikap kehati-hatian Nabi menyikapi hal yang samar khususnya tentang kemunafikan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, M.Ag
Uncontrolled Keywords: hadis, hermeneutik, sanad
Subjects: Hadis
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Hadis (S1)
Depositing User: Drs. Mochammad Tantowi, M.Si.
Date Deposited: 04 Feb 2020 09:27
Last Modified: 04 Feb 2020 09:27
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37957

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum