CONTEMPORARY ISLAMIC RENEWAL IN INDONESIA

AZYUMARDI AZRA, (2008) CONTEMPORARY ISLAMIC RENEWAL IN INDONESIA. /Jurnal/Al-Jamiah/Al-Jamiah No. 59 Th. 1996/.

[img]
Preview
Text
03. Azyumardi Azra- CONTEMPORARY ISLAMIC RENEWAL IN INDONESIA.pdf - Accepted Version

Download (5MB) | Preview
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)

Abstract

Artikel ini memfokuskan perhatiannya pada kajian tentang kebangkitan kembali dan reinvigorasi Islam dalam kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Sebelum membahas masalah tersebut, Azyumardi Azra mengemukakan serangkaian kebijakan Pemerintah yang keras terhadap umat Islam sehingga menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak yang pertama dengan pihak yang kedua. Di bidang politik, kebijakan-kebijakan Pemerintah yang sangat ketata dan keras berkaitan dengan penolakannya terhadap rehabilitasi partai Masymi, pembersihan terhadap mereka yang diasosiasikan sebagai penganut politik gerakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia, penumpasan gerakan Komando Jihad, dan penagkapan terhadap para penentang kebijakan asas tunggal Pancasila. Kebijkan Pemerintah ini terkesan seolah-olah telah terjadi proses depolitisasi Islam di Indonesia. Di bidang kehidupan sosia keagamaan, Pemerintah juga mengambil sikap ketat dan kebijakan keras yang serupa terhadap umat Islam. Hal ini, misalnya, dapat dilihat dari kebijakan Pemerintah ketika mengajukan RUUP (Rancangan Undang-Undang Perkawinan) ke DPR pada tahun 1973, yang dipandang oleh umat Islam sebagai muatan sekuler karena tidak mengindahkan nilai-nilai perkawinan yang Islami. Kebijakan lain yang diambil Pemerintah adalah mengakui secara resmi dan memasukkan aliran kepercayaan ke dalam GBHN, yang ditanggapi oleh kalangan ISlam sebagai telah menempatkan aliran kepercayaan itu setingkat dengan agama. Secara pelan tetapi pasti, keadaan tersebut mulai diatas mulai berubah pada akhir tahun 1980-an menyusul penerimaan kebijakan asas tunggal oleh umat Islam. Menurut penulis, faktor-faktor internasional dan domestik telah ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya perubahan ini. Artikel ini lebih mengkonsentrasikan diri untuk menyoroti indikator-indikator internal bagi munculnya kembali Islam KUltural maupun Islam Politik ke pentas nasional. Indikator-indikator bagi bangkitnya kembali Islam Kultural ini dapat disebut antara lain pembentukan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, pengiriman dai ke daerah-daerah transmigrasi, pembentukan Bank Muamalat, maraknya pembentukan keompok-kelompok remaja masjid, merebaknya kajian-kajian Islam di berbagai kampus Perguruan Tinggi, meningkatnya jumlah umat Islam yang menunaikan ibadah Haji dan berkembangnya aktivitas-aktivitas dakwahdan pengajian-pengajian baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan para birokrat dan para eksekutif. Reinvigorasi Islam di bidang politi ditandai dengan pembentukan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) yang pendirainnya mendapat mendapat restu dan persetujuan dari Presiden Soeharto sendiri. banyak tokoh-tokoh ICMI yang mendapatkan posisi-posisi penting dalam jabatan politik dan pemerintahan. Indikator-indikator diatas, dalam pandangan penulis, merupakan tanda-tanda yang baik bagi kebangkitan kembali Islam di Tanah air. Persoalan penting yang dihadapi umat Islam untuk menuu ke arah kebangkitan yang sebenarnya adalah bagaimana menghiangkan, paling tidak mengurangi, gap antara entusiasme agama dan praktik-pratik sosial pada dataran kehidupan nyata. Hal ini penting disadari olleh umat Islam karena masih banyak praktik yang tidak Islami yang harus dihadapi dan ditaggulangi oleh mereka seperti korupsi, ketidakadilan, penyalahgunaan kekuasaan, dan etos sera disiplin kerja yang lemah. Oleh karena itu, menurut penulis, jika umat Islam benar-benar serius untuk membangkitkan kembali Islam dan umatnya, mereka harus membangun suatu korelasi yang lebih baik antara entusiasme agama mereka dengan kerja-kerja sosial pada dataran kehidupan nyata. JIka tidak, revivalisme Islam dalam arti yang sesungguhnya hanya akan meru[akan suatu ilusi.b

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Pembaharuan, Islam Kontemporer, Indonesia
Subjects: Al Jamiah Jurnal
Divisions: E-Journal
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 15 Apr 2013 18:25
Last Modified: 15 Apr 2013 18:25
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/381

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum