KEWALIAN GUS DUR DALAM PERSPEKTIF KITAB AL HIKAM IBNU ATHAILLAH

Mohammad Afifurrohman, NIM: 13510018 (2019) KEWALIAN GUS DUR DALAM PERSPEKTIF KITAB AL HIKAM IBNU ATHAILLAH. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (KEWALIAN GUS DUR DALAM PERSPEKTIF KITAB AL HIKAM IBNU ATHAILLAH)
13510018_BAB-I_IV.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (KEWALIAN GUS DUR DALAM PERSPEKTIF KITAB AL HIKAM IBNU ATHAILLAH)
13510018_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (4MB)

Abstract

ABSTRAK Sulit disangkal bahwa persoalan waliyullah selalu menarik perhatian bagi orang awam, sekaligus menjadi kontroversi karena hakikat dari kewalian selalu bersifat mistirius dan tertutup, sering menimbulkan perdebatan tak berkesudahan baik dikalangan orang awam ataupun pengikut tarekat. Begitu juga dengan kewalian Gus Dur yang mengundang kontroversi. Jejak langkah dan sikap Gus Dur semasa hidup dan setelah wafatnya yang penuh kontroversi itu, kini banyak mengundang perdebatan mengenai kewaliannya, baik dari kalangan masyarkat Nahdhatul Ulama, santri, cendekiawan dan para ulama’ Indonesia. Mengenai hal ini ada yang setuju Gus Dur dikatakan seorang waliyullah dan ada yang tidak setuju, cukup Gus Dur dikategorikan sebagai bapak bangsa saja. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana ciri-ciri waliyullah dalam kitab al-Hikam Syeikh Ibnu Ata’illah dan apakah Gus Dur tergolong sebagai seorang waliyullah menurut kitab al-Hikam syeikh Ibnu Atha’illah. Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kewalian dalam kitab al-Hikam Syeikh Ibnu Ata’illah dan untuk mengetahui apakah Gus Dur memenuhi unsur kewalian menurut kitab al-Hikam Ibnu Atha’illah. Pendekatan yang digunakan penyusun dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan tasawuf. Dari kesimpulan yang di dapat bahwa waliyullah dalam tasawuf kitab al hikam karya syeikh Ibnu A’thaillah menjelaskan bahwa waliyullah adalah hamba yang paling dekat dengan Allah dan selalu bersama Allah yang sudah mencapai derajat Ma’rifatullah. Sebab makrifat adalah pencapain tertinggi seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan tercapainya maqam makrifat ini maka akan terbuka hijab (penutup) antara hamba dan Tuhannya yang disebut dengan mukhasafah artinya hamba dapat mengetahui Tuhan dengan mata hati bukan dengan mata lahiriah. Makrifatullah ini ditempuh melalui riyadhoh (melatih diri) dan mujahadah (membersihakan hati atau jiwa). adapun tanda-tanda waliyullah adalah orang yang tidak pernah membanggakan amal ibadahnya, tidak pernah meminta-minta serta selalu bersyukur atas segala keadaanya dan selalu rela menerima semua yang menjadi keputusan Allah. lebih dari itu seorang wali juga diberi keistemewaan oleh Allah berupa karomah. Atas dasar parameter tersebut dalam kitab al-Hikam, maka Gus Dur layak untuk dikategorikan sebagai seorang waliyullah. Dengan melihat aspek kehidupan dan sifat-sifat Gus Dur, yang sesuai dengan karekteristik wali dalam penjelasan Syeikh Ibnu Atha’illah

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Dr. H. Shofiyullah MZ, S.Ag M.Ag,
Uncontrolled Keywords: Kewalian, Tasawuf dan Gus Dur
Subjects: TASAWUF
Ulum al Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S1)
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 10 Sep 2020 13:39
Last Modified: 10 Sep 2020 13:40
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38383

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum