THE SUFI THEORY OF KNOWLEDGE: A STUDY OF AIN AL-QUDAHS ZUBDAT AL-HAQAIQ

M. YUSRON ASROFIE, (2008) THE SUFI THEORY OF KNOWLEDGE: A STUDY OF AIN AL-QUDAHS ZUBDAT AL-HAQAIQ. /Jurnal/Al-Jamiah/Al-Jamiah No. 59 Th. 1996/.

[img]
Preview
Text
07. M. Yusron Asrofie - THE SUFI THEORY OF KNOWLEDGE; A STUDY OF 'AIN AL-QUDAH'S ZUBDAT AL-HAQA'IQ.pdf - Accepted Version

Download (3MB) | Preview
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)

Abstract

Ini adalah studi tentang teori ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Ain al-Qudah Hamadani (1098-1131), seorang hakim yang sekaligus juga seorang sufi. Pada usia tiga puluh tiga tahun dia dihukum mati karena dituduh mempunyai tendensi Ismaili seperti al-Hallaj (w.992) dan dituduh bisa mencapai keadaan nabi seperti Suhrawardi (w.1191). Ain al-Qudah merasa tidak memperoleh kepuasaan dalam mencari ilmu, dalam hal ini adalah Ilmu Kalam. Dia akhirnya merasa diselamatkan dari kekafiran, kesalahan, kebingungan, dan kebutaan dengan membaca karya-karya Ima al-Ghazali (w.1111). Menurut pendapat, Ain al-Qudah, Tuhan itu maha tahu segala hal, baik hal-hal yang besar maupun hal-hal yang sangat kecil. Ain al-Qudah mendasarkan pendapatnya pada ayat 2;115 yang berbunyi,....ke manapun kamu menghadap, disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah itu maha luas lagi maha mengetahui. Ayat ini, menurut dia, menunjukan bahwa Allah ada di sana. Ini adalah merupakan indikasi yang lembut namun jelas bahwa setiap benda yang ada itu mempunyai hubungan tertentu dengan wajah Tuhan, atau dengan kata lain berada dalam pandangan TUhan. Logika kebalikannya adalah bahwa segala sesuatu yang di luar pengetahuan Tuhan berarti tidak ada, atau merupakan hal yang tidak ada. Lebih lanjut, Ain al-Qudah mengutip ayat 7:7 yang berbunyi, Sungguh Kami akan menceritakan kepada mereka dengan ilmu ppengetahuan. Sesungguhnya Kami tidak akan absen. Menurutnya, ayat ini menunjukkan segala sesuatu itu berada dalam pengetahuan Tuhan dan Dia selalu hadir bersama dengan segala sesuatu. Tidak ada satu hal pun yang bisa menghindar dari pengetahuan Tuhan. Karena alasan inilah, Ain al-Qudah lebih jauh mengatakan bahwa sebenarnya Tuhan itu sesuatu yang banyak (ial-kathii) dan merupakan keseluruhan atau totalitas dari benda-benda (ial-kull/i). Segala sesuatu selain Tuhan adalah hal-hal kecil, merupakan bagian dan khusus. Ain al-Qudah mengakui bahwa penjelasannya di atas itu sangat tidak jelas iambiguous/i. Untuk memperjelas pemikirannya dia menggunakan permisalan matahari. Dia mengatakan bahwa memang betul matahari itu satu, namun cahaya yang memancar dari matahari itu adalah banyak. Tetapi ketika dia berkesimpulan bahwa matahari itu banyak dan masing-masing sinar itu satu, maka hal ini menunjukkan bahwa dia melihat matahari itu merupakan akumulasi dari sinar, suatu keseluruhan yang meliputi semua sinar, sedangkan sinar-sinar itu adalah perwujudan kolektif dari matahari. Sebagai kesimpulan dari kemahatahuan Tuhan, maka sangatlah tidak mungkin intelek manusia itu bisa mengetahui ilmu Tuhan. Intelek manusia itu hanya suatu bagian kecil dari wujud yang ada dia alam ini. Oleh karena itu, maka intelek yang merupakan bagian kecil dari wujud alam semesta ini tidak bisa mengetahui ilmu Tuhan yang merupakan keseluruhan dari wujud apa saja yang ada. Dalam soal ilmu pengetahuan manusia, Ain al-Qudah mengemukakan suatu pola pemikiran yang mempunyai dua struktur, pertama wlayah akal, dan yang kedua wilayah di luar akal. Yang dimaksud dengan wilayah akal adalah wilayah pengalaman empirik yang berdasar pada penginderaan dan interpretasi rasional. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah di luar akal adalah wilayah yang telah mencapai batas paling akhir dari wilayah akal kemudian ada cahaya yang memancarkan dalam hatinya. Dalam kaitan ilmu manusia, dibahas juga perbedaaan antara ilmu dan marifah dan perbedaan bagaimana seorang ialim/i dan seorang iarif/i memandang suatu persoalan atau suatu hal. Terakhir dalam tulisan ini adalah penelusuran secara ringkas mengenai keorisinilan pemikiran Ain al-Qudah dalam soal ini.b

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Sufi, ILmu pengetahuan, Ain al-Qudah
Subjects: Al Jamiah Jurnal
Divisions: E-Journal
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 15 Apr 2013 18:29
Last Modified: 15 Apr 2013 18:30
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/386

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum