KONFLIK SUNNI-SYIAH DI TIMUR TENGAH PERSPEKTIF GEOPOLITIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUBUNGAN SUNNI-SYIAH DI INDONESIA

Humaini, NIM: 17200010012 (2019) KONFLIK SUNNI-SYIAH DI TIMUR TENGAH PERSPEKTIF GEOPOLITIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUBUNGAN SUNNI-SYIAH DI INDONESIA. Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga.

[img]
Preview
Text (KONFLIK SUNNI-SYIAH DI TIMUR TENGAH PERSPEKTIF GEOPOLITIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUBUNGAN SUNNI-SYIAH DI INDONESIA)
17200010012_BAB-I_BAB-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (KONFLIK SUNNI-SYIAH DI TIMUR TENGAH PERSPEKTIF GEOPOLITIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUBUNGAN SUNNI-SYIAH DI INDONESIA)
17200010012_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIRpdf.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengungkap sejarah konflik Sunni-Syiah di Timur Tengah, (2) Mengetahui dan memahami dinamika konflik Sunni-Syiah di Timur Tengah dalam perspektif geopolitik, (3) Mengetahui dan memahami dampak konflik Sunni-Syiah di Timur Tengah terhadap hubungan Sunni-Syiah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Adapun jenis penelitian pada penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian kepustakaan (Library research) dengan menggunakan berbagai sumber kepustakaan sebagai sumber data penelitian. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah interactive model yaitu dengan langkah reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, akar konflik Sunni dan Syiah dilandasi motif persaingan kekuasaan, bukan motif agama. Konflik dimulai dari suksesi kepemimpinan pasca meninggalnya Nabi Saw., pengangkatan Abu Bakar menjadi pengganti Nabi Saw. dan reaksi Fatimah Az-Zahra yang enggan membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam penerus Nabi Saw. Perkembangan selanjutnya memunculkan fraksi pengikut setia Ali bin Abi Thalib dan fraksi yang melegitimasi kepemimpinan Abu Bakar. Pada tahun 657 M. terjadi perang Shiffin, perang antara pendukung khalifah Ali dengan pendukung Muawiyah (Bani Umayyah). Pasca Perang Shiffin inilah muncul kotak-kotak polarisasi politik umat Islam hingga detik ini, Sunni, Syi’ah, plus Khawarij. Kelompok Sunni memperjuangkan tegaknya Dinasti Umayyah, Abbasiyah dan terakhir Turki Utsmani, sedangkan kelompok Syiah memperjuangkan tegaknya Dinasti Fatimiyah, Qajar dan Shafawiyah. Kedua, secara geopolitik dan geostrategi, Timur-Tengah terletak di wilayah yang strategis, berada di tiga benua; Asia, Afrika dan Eropa, sehingga menjadi penghubung ketiga benua tersebut dan menjadi penting bagi strategi ekonomi, perdagangan serta peta perpolitikan global. Apabila ditelusuri sumber utama konflik di Timur Tengah bukanlah sekedar sentimen agama, melainkan faktor geografi politik, yaitu berkaitan dengan perbatasan, sumber daya alam berupa minyak gas alam dan air, serta pengembangan program nuklir Iran. Selain itu, hubungan Arab Saudi dan Iran, baik secara politik, strategis, maupun ideologis (Sunni dan Syiah), ikut andil dalam menghidupkan kembali sentimen Sunni-Syiah. Konflik yang tidak terlepas dari sentimen Sunni-Syiah di Timur Tengah, antara lain: konflik Sunni Syiah dalam Perang Teluk, penyerangan terhadap demonstran Sunni di Hawija, penyerangan terhadap peringatan hari Asyura (Karbala Massacre), konflik Sunni Syiah di Suriah, dampak konflik Suriah terhadap hubungan Sunni Syiah di Lebanon, dan konflik Sunni Syiah pada Perang Sipil Yaman. Ketiga, Mayoritas Muslim Indonesia adalah penganut Sunni. Sejumlah kecil penganut Syiah hidup di tengah kaum mayoritas tersebut. Pasca Revolusi Iran, Syiah menjadi bahan pemikiran yang sangat populer di Indonesia, khususnya di kalangan intelektual. Tetapi, ditengah-tengah pesatnya perkembangan paham Syiah tersebut, muncul pula gerakan anti Syiah. Fenomena gerakan anti Syiah merupakan dampak dari situasi geopolitik di antara bangsa-bangsa Arab di Timur Tengah. Hal ini dapat dilihat dari segi momentumnya dimana wacana sentimen pendiskreditan Syiah menjadi masif terjadi setelah dinamika konflik geopolitik yang terjadi di Timur Tengah. Dampak dari gerakan tersebut adalah terjadinya konflik Sunni Syiah di Indonesia, yang meliputi: penyerangan terhadap Pondok Pesantren berhaluan Syiah, pembubaran terhadap peringatan tradisi Asyura, pembubaran terhadap peringatan hari lahir Fatimah Az-Zahra, pelarangan terhadap Yayasan Rausyan Fikr di Yogyakarta, dan penyerangan terhadap warga Syiah di Madura.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D
Uncontrolled Keywords: Konflik, Sunni-Syi’ah, Timur Tengah, Geopolitik.
Subjects: Kajian Timur Tengah
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Interdisciplinary Islamic Studies > Kajian Timur Tengah
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 19 Oct 2020 10:38
Last Modified: 19 Oct 2020 10:38
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38656

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum