PENAFSIRAN KEPEMIMPINAN PASCA WAFATNYA NABI SAW (Studi Komparatif Tafsir Sunni dan Syi’ah)

M. FASTABIQUL ILMI, NIM 14530080 (2020) PENAFSIRAN KEPEMIMPINAN PASCA WAFATNYA NABI SAW (Studi Komparatif Tafsir Sunni dan Syi’ah). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PENAFSIRAN KEPEMIMPINAN PASCA WAFATNYA NABI SAW (Studi Komparatif Tafsir Sunni dan Syi’ah))
14530080_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PENAFSIRAN KEPEMIMPINAN PASCA WAFATNYA NABI SAW (Studi Komparatif Tafsir Sunni dan Syi’ah))
14530080_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Wafatnya Rasulullah saw. meninggalkan lubang besar trauma dalam tubuh umat Islam. Hal ini menimbulkan pecahnya umat Islam menjadi beberapa golongan yang disebabkan salah satunya oleh paham politik yang berbeda dan polemik umat Islam. Salah satu hal yang mencolok adalah siapa pengganti Nabi atau yang disebut khalifah. Persoalan tersebut menjadi isu pokok pasca wafatnya Nabi yang ditandai, salah satunya, yakni adanya perdebatan argumentatif hingga teologis. Pada ranah teologis salah satu yang paling mencolok yakni dalam penggunaan ayat-ayat al- Qur’an sebagai pembenaran atas siapa yang paling berhak menjadi penerus setelah Nabi. Dari sini memunculkan setidaknya dua penafsiran al-Qur’an yang paling mencolok yakni penafsiran Sunni dan Syi’ah. Dalam kitab Tari@kh al-Khulafa>’ karya al-Suyu>t}i@ terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang kekhalifahan setelah Nabi. Dimana sebagian ulama menganggap bahwa Abu> Bakar sebagai penerus Nabi Muhammad saw. termaktub dalam al-Qur’an. Tentu hal ini menjadi perdebatan di kalangan Syi’ah, sebab mereka mengklaim Ali bin Abi T{a>lib lah yang berhak menjadi pemegang otoritas kepemimpinan setelah Rasulullah saw. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penafsiran penafsiran kepemimpinan pasca wafatnya Nabi saw. dalam khazanah tafsir Sunni dan Syi’ah?, Bagaimana kecenderungan penafsiran tafsir Sunni dan Syi’ah atas kepemimpinan pasca wafatnya Nabi saw? Selanjutnya, penelitian ini dilakukan melalui riset pustaka (library research), dengan pendekatan kajian yang bersifat deskriptif-analitis. Dengan demikian hasil kesimpulan yang penulis dapatkan dalam penelitian ini adalah: Ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sebagai legitimasi kepemimpinan pasca wafatnya Nabi adalah: QS. Al-Maidah (5): 54, QS. Al-Taubah (9): 40, QS. Al-Nur (24): 55, QS. Al-Fath (48): 16, dan QS. Al-Hasyr (59): 8. Terdapatnya keragaman penafsiran Sunni dan Syi’ah yang terdapat klaim kebenaran kelompok sendiri. Sunni menganggap Abu Bakar lebih berhak menjadi khalifah setelah Nabi dibanding Ali, berbalik dengan Syi’ah yang mendukung Ali, sebab beliau pemegang otoritas setelah Nabi. Dari kelima ayat tersebut, salah satu faktor utamanya adalah disebabkan oleh ideologi politik yang dibawa oleh masing-masing mufasir yang berbeda-beda sesuai dengan ideologi maz\habnya, ditambah dengan teks ayat al-Qur’an tersebut memang masihbersifat umum. Sehingga, wacana pengaruh ideologi politik dalam sebuah penafsiran teks al-Qur’an merupakan sebuah hal yang tak terelakkan dan tentu berpotensi ditafsirkan oleh masing-masing mufasir sesuai dengan kepentingan yang hendak ditujunya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: M. Hidayat Noor, M.Ag,
Uncontrolled Keywords: Tafsir, Politik, Sektarianisme, Sunni, Syi’ah.
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 21 Apr 2020 09:40
Last Modified: 21 Apr 2020 09:40
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/38994

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum