KEMAJEMUKAN DALAM PANDANGAN MUFASSIR NUSANTARA

Moh Muffid Muwaffaq, NIM. 1620510025 (2020) KEMAJEMUKAN DALAM PANDANGAN MUFASSIR NUSANTARA. Masters thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KEMAJEMUKAN DALAM PANDANGAN MUFASSIR NUSANTARA)
1620510025_BAB I_V_DAFTAR_PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (KEMAJEMUKAN DALAM PANDANGAN MUFASSIR NUSANTARA)
1620510025_BAB II_S.D.IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Indonesia dan kemajemukan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai sebuah negara dengan 500 suku yang memiliki adat istiadat yang berbeda tentu saja perlu adanya pemahaman yang komprehensif dalam memahami makna kemajemukan agar tidak terjadi kesalapahaman dan gesekan antar Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan. Melihat sebuah fakta bahwa Islam menjadi sebuah agama mayoritas di Indonesia dengan prosentase 87%, maka disini penulis merasa perlu untuk melihat bagaimana Tafsir al-Quran dari dua mufassir nusantara yaitu Bisri Musthofa dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan Buya Hamka berbicara mengenai kemajemukan dengan mengambil beberapa ayat yang secara eksplisit berbicara mengenai perbedaan manusia. Beberapa ayat yang akan digunakan diambil dari teori Muhammad Imarah tentang pembagian ayat kemajemukan dalam beberapa pembahasan diantaranya yaitu kemajemukan dalam beragama dan kemajemukan dalam berbangsa. Pada penelitian ini, penulis menggunakan motode penelitian kualitatif dengan menggunakan data primer yaitu Tafsir al-Ibriz Li Ma’rifati Ayat al-Quran al-Aziz karya Bisri Muṣṭafa dan Tafsir al-Azhar karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Dalam penafsirannya terhadap Q.S. Al-Maidah 44, Q.S. Al-Maidah 46-48, baik Bisri Mustafa dan Hamka sepakat bahwa Allah ada agama yang diturunkan sebelum Islam yaitu Kristen dan Yahudi dimana setelah turunnya Islam. Pada ayat ini, Hamka terlihat lebih tajam atas kritiknya terhadap komunitas kristen yang dinilai berlebihan dalam beragama. Namun menurut keduanya tidak ada paksaan bagi penganut Kristen dan Yahudi untuk memeluk Islam. Sementara dalam menafsirkan Q.S ar-Ruum ayat 22, Bisri Mustofa menyatakan bahwa perbedaan yang ada pada manusia tidak hanya terlihat di bagian luarnya saja, tetapi semua hal yang ada di dalam tubuh manusia pun berbeda. Hamka sendiri lebih detail menjelaskan tentang perbedaan manusia. Mulai dari perbedaan besar seperti muka dan rupa hingga perbedaan kecil seperti sidik jari. Pada Q.S. al- Hujurat ayat 13, keduanya senada dalam memberikan pemahaman tentang perbedaan suku dan bangsa, bahwa sebagai seorang manusia, tidak seharusnya kita menonjolkan atau mengunggulkan nasab. Hamka dalam hal ini juga memberikan kritiknya kepada keturunan Arab dengan pernyataan bahwa mengapa Syarifah tidak boleh menikah dengan laki-laki yang bukan Sayyid walaupun laki-laki tersebut memiliki akhlak yang baik. Ini menunjukkan sikap objektif Hamka dalam menilai dan memperjuangkan gagasannya terkait pentingnya memahami keragaman manusia.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Dr. Afdawaiza, S.Ag. M.Ag
Uncontrolled Keywords: agama, filsafat islam
Subjects: Agama Dan Filsafat
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Agama dan Filsafat > Filsafat Islam
Depositing User: Drs. Mochammad Tantowi, M.Si.
Date Deposited: 08 Jun 2020 11:45
Last Modified: 08 Jun 2020 11:45
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39467

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum