RETORIKA DAKWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

SUISYANTO, - (2020) RETORIKA DAKWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN. FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SUKA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (RETORIKA DAKWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN)
Retorika.pdf - Published Version

Download (738kB) | Preview
[img]
Preview
Text (surat pernyataan)
surat-surat-pernyataan1597457569.pdf - Published Version

Download (19kB) | Preview

Abstract

Retorika merupakan pengetahuan, seni dan kemampuan praktik mengolah fikir dan pesan serta menyampaikannya kepada orang lain secara lesan baik dialogis maupun monologis. Sifat/kemampuan merupakan anugerah pemberian Allah yang bersumber dari “Sifat Kalam” (Yang Maha Berfirman). Retorika sudah tumbuh dan berkembang sejak zaman para Nabi alaihi salam diutus untuk menyampaikan wahyudari Allah kepada umatnya masing-masing, sejak Nabi Adham as. sampai Nabi Muhamada saw. Secara akademik ilmiah dan professional dikembangkan oleh bangsa Yunani pada abad V dan IV sebelum Masehi pada saat kerajaan yunani Kuno sudah ada ahli pidsato terkenal, seperti Salom (640-560 SM), Pesistratos (600-527SM) dan tokoh laiinya. Perkembangan retorika pada zaman ini terjadi setelah romawi menguasai Yunani terjadilah kontak antara kaum cendikiawan Romawi dan Yunani yang kemudian mengajar retorika di Romawi. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan Yunani termasuk mempelajari retorika, saat itulah retorika mulai diberikan di sekolah-sekolah di romawi, salah seorang pengajarnya orang Yunani Livius Andronicus (284-204 SM). Ahli-ahli retorika yang terkenal pada jaman Romawi adalah: Appius Claudius Caecus (300 SM), Cato de Censoris, Sir. Sulpicius Galba da yang lainnya. Dua orang guru retorika Romawi yang terkenal adalah Cicero dan Quintilianus. M. Tullius Cicero menghasilkan tiga karya: De oratore (prinsip-prinsip orator. Sejak zaman Yunani sampai Romawi retorika selalu dikaitkan dengan politik, para orator biasanya terlibat dalan urusan negara politik dan hokum dalam proses pembelaan di pengadilan . Pada zaman pertengahan ini sering disebut sebagai abad kemunduran retorika. Ketika Agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. banyak orang kristen yang melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi para penyembah berhala. Bila orang memeluk Agama Kristen secara otomatis akan memiliki kemampuan menyampaikan kebenaran . ST Agustinus yang telahmempelajari retorika sebelum memeluk Kristen dianggap pengecualian. Dalam On Cristian Doctrine (426) ia menjelaskan bahwa para penghuthbah penebar agama harus sanggup mengajar, menggembirakan dan menggerakkan yang oleh Cicero sebagai kewajiban orator . untuk mencapai tujuan, yakni mengungkap kebenaran kita harus mempelajari retorika. Setelah ditinggalkan oleh budaya eropa yang beragama Nasrani, satu abad kemudian di Timur lahir peradaban baru, seorang nabi menyampaikan ajaran agamanya wahyu Tuhan berupa Al-Qur ’ an Surat Annisa: 63:“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu kepada mereka dan berilah mereka nasehat/pelajaran dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka ” . Nabi Muhamad sendiri pernah bersabda bahwa “sesungguhnya dalam kemampuan berbcara yang baik itu ada sihirnya (daya pikat)” . Ia sendiri Nabi saw merupakan seorang pembicara yang fasih, dengan kata singkat tetapi mengandung makna yang padat. Para shahabat nabi sendiri bercerita bahwa ucapan beliau sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinang air matanya. Pembicacaraan nabi tidak hanya menyentuh hati tetapi menggugah hati dan pendengarannya. Ia sangat orang-orang yang dihadapinya dan pesan yang disampaikan sesuai dengan keadaan mereka (Khothibunnasa biqodri ‘uqulihim). Salah seorang shahabat yang memiliki kemampuan retorika Ali bin Abi Thalib, kumpulan pidatonya kitab Nahjul Balaghah. Dalam perkembangan peradaban Islam balaghah menjadi kajian ilmu yang sangat penting, umat Islam menggunakan istilah balaghah untuk mengaganti retorika warisan Yunani dan Romawi yang tinggalkan oleh budaya eropa di abad pertengahan, tetapi dikaji oleh para ahli balaghoh di kalangan umat Islam

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Retorika dakwah, perspektif Al Qur'an
Subjects: Komunikasi Islam
Divisions: Makalah
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 15 Aug 2020 09:33
Last Modified: 15 Aug 2020 09:34
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40271

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum