FATWA KEDARURATAN BERIBADAH DI MASA PANDEMI: Studi atas Respon Masyarakat Bantul Yogyakarta terhadap Fatwa MUI tentang Tata Kelola Pelaksanaan Ibadah di Masa Pandemi

Riyanta, - and Imam Muhsin, - and Habib, - and Surur Roiqoh, - and Ilham Faizin, - (2020) FATWA KEDARURATAN BERIBADAH DI MASA PANDEMI: Studi atas Respon Masyarakat Bantul Yogyakarta terhadap Fatwa MUI tentang Tata Kelola Pelaksanaan Ibadah di Masa Pandemi. Project Report. LEMBAGA PENELITIAN DAN PENELITIAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA, Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (Surat Pernyatan Unggah Karya)
surat-surat-pernyataan1612704444.pdf - Published Version

Download (16kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Penelitian Kelompok.pdf

Download (948kB) | Preview

Abstract

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang bernuansa kedaruratan yang berkaitan dengan tata cara ibadah di masa pandemi. Dalam perkembangannya, fatwa MUI menjadi sebuah konsideran bagi semua ummat Islam agar menyesuaikan diri dalam beribadah di tempat ibadah. Terutama, di wilayah-wilayah yang sudah masuk kategori kawasan merah seperti Kabupaten Bantul. Bahkan, fatwa MUI ini ditindaklanjuti oleh pandangan keagamaan berbagai organisasi keagamaan yang lain seperi Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan berbagai lembaga keagamaan lainnya. Persolannya adalah bagaimana respon masyarakat Bantul terhadap fatwa MUI tentang tata kelola ibadah di masa pandemic, apakah masyarakat memahami arti penting fatwa MUI sebagai landasan perubahan hukum dalam pelaksanaan ibadah di masa pandemic, dan mengapa masyarakat Bantul mematuhi dan mengabaikan fatwa MUI. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Yaitu penelitian yang bertujuan mencermati, mengkaji, dan melihat langsung bagaimana respon masyarakat Bantul dalam melaksaakan ibadah yang sensitive kedaruratan yang sesuai dengan fatwa MUI dalam menghadapi covid 19. Untuk menjawab pokok permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan sosiologis dengan kerangka teori legitimasi dan tindakan sosial untuk mengetahui mengapa masyarakat Bantul patuh dan abai terhadap fatwa MUI. Penelitian ini menyimpulkan, pertama, respon masyarakat Bantul terhadap fatwa MUI tentang tata kelola ibadah di masa pandemi beragam. Ada pro-kntra yang dilakukan masyarakat dalam merespons fatwa MUI yang tertuang dalam Nomor 14 tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah di tengah wabah covid-19. Bagi sekelompok masyarakat yang mematuhi, mereka akan melaksanakan segala bentuk peribadatan mahdlah di rumah. Adapun sekelompok masyarakat yang mengingkari fatwa MUI tersebut, mereka tetap melaksanakan peribadatan kolektif di masjid. Kedua, secara normative, sebagian besar masyarakat memahami arti penting fatwa MUI sebagai landasan perubahan hukum dalam pelaksanaan ibadah di masa pandemi. Namun secara empiris ada berbagai bentuk pengabaian fatwa MUI yang disebabkan oleh system kepatuhan yang diekspresikan oleh masyarakat Bantul. Di mana masyarakat Bantul yang secara ideologis lebih didominasi oleh NU dan Muhammadiyah, lebih merujuk pada edaran dan maklumat yang diterbitkan oleh NU dan Muhammadiyah. Ketiga, munculnya polarisasi masyarakat Bantul dalam menyikapi fatwa MUI dengan cara mematuhi dan menolak didasarkan oleh dua motif. Motif pertama adalah corak resepsi dan motif kedua adalah corak resistensi. Terkait pola resepsi masyarakat Bantul dalam menyikapi fatwa MUI, setidaknya dilatari oleh dua aspek, yaitu model akomodasi dan model kontekstualisasi. Sedangkan model kontekstualisasi, masyarakat Bantul melakukan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi di lapangan. Adapun corak resistensi masyarakat Bantul dilatari oleh tiga aspek, yaitu model individual provokatif yang dilakukan oleh figure perseorang yang beraliran fatalisme yang selalu menarasikan kalimat “lebih takut kepada Allah dari pada virus korona”. Narasi ini cukup kuat mempengaruhi masyarakat sehingga banyak dari mereka yang mengabaikan fatwa MUI. Kedua, model organisasional sistemik yang dilakukan oleh organiasi seperti NU dan Muhammadiyah yang menerbitkan berbagai edaran dan maklumat sebagai acuan melakukan tata peribadatan yang sesuai dengan arahan dan himbauan organisatorisnya. Ketiga, model sektarian eksklusif yang dilakukan oleh sekelompok orang di luar NU dan Muhammadiyah.mereka melakukan pembangkangan secara terselubung dengan cara tetap melaksanakan peribadatan seperti biasa.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: Fatwa, ibadah, pandemi
Subjects: Covid-19
Masyarakat Islam
Divisions: Penelitian
Depositing User: Dra. Khusnul Khotimah, SS, M.IP -
Date Deposited: 07 Feb 2021 20:57
Last Modified: 21 Jun 2021 11:07
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41966

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum