HUKUM MEMBACA BASMALAH DALAM SALAT (STUDI PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK BIN ANAS DAN IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFIÍ)

YUHANIDZ ZAHRIYAH, NIM.: 17103060035 (2021) HUKUM MEMBACA BASMALAH DALAM SALAT (STUDI PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK BIN ANAS DAN IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFIÍ). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (HUKUM MEMBACA BASMALAH DALAM SALAT (STUDI PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK BIN ANAS DAN IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFIÍ)) 17103060035_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (4MB) | Preview
	Text (HUKUM MEMBACA BASMALAH DALAM SALAT (STUDI PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK BIN ANAS DAN IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFIÍ)) 17103060035_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (5MB)

Abstract

Basmalah merupakan salah satu ayat yang terdapat dalam surat al-Fatihah, yang mana membaca surat al-Fatihah sendiri merupakan salah satu rukun salat, dimana rukun merupakan bagian penting dari salat itu sendiri dan keabsahan salat bergantung padanya. Dalam kaitannya dengan bagaimana hukum membaca basmalah sebelum membaca al-Fatihah, ada beberapa perbedaan pendapat dalam pandangan ulama mazhab di mana Imam Malik berpendapat bahwa Basmalah sebelum al-Fatihah makruh dibaca ketika membaca surat al-Fatihah, Sedangkan Imam asy-Syafi’i sepakat bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari surat al-Fatihah yang wajib dibaca pada setiap rakaat dalam salat, baik secara jahr maupun sir, baik dalam salat fardhu maupun salat sunnah. Salah satu dalil yang menjadi fokus pembahasan dan penelitian ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh imam Nasai, yaitu hadis tentang bagaimana hukum membaca basmalah dalam salat. Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pendapat imam Malik bin Anas dan imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’I tentang hukum membaca basmalah dalam salat, kemudian apa yang mendasari perbedaan pendapat antara imam Malik bin Anas dan imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’I dan bagaimana penerapan analisis taárud al-adillah terhadap hukum membaca basmalah dalam salat. Dalam kenyataanya terkait hal perbedaan tentang hukum membaca basmalah dalam salat yang mana antara yang satu dengan yang lainnya seringkali terjadi perselisihan hingga saling menyalahkan. Untuk menjawab pokok permasalahan di atas maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu menganalisis muatan literaturliteratur yang terkait dengan perbandingan antara hubungan dua hadis tentang hukum membaca basmalah dalam salat. Sifat penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif analisis komparatif, yaitu penulis menggambarkan secara jelas dan terperinci tentang hubungan dua hadis tentang membaca atau tidak basmalah dalam salat. Kemudian menganalisisnya. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa imam Malik berpendapat bahwasannya hukum membaca basmalah dalam salat dihukumi makruh, baik dalam salat fardlu secara berjama’ah atau munfarid, baik secara sir atau jahr. Akan tetapi diperbolehkan ketika salat sunnah. Sedangkan imam Syafi’i sendiri berpendapat bahwa basmalah wajib dibaca ketika salat, baik dalam salat fardlu ataupun salat sunnah, baik secara sir atau jahr. Meninggalkan satu ayat dari al-Fatihah sama halnya tidak membaca al-Fatihah didalam salat, dengan demikian salat seorang yang meninggalkan basmalah tidak sah. Yang mendasari adanya perbedaan pendapat antara imam Malik bin Anas dan imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’I adalah pada metode istimbatnya, yang mana imam Malik bin Anas menggunakan ijma’ ahl madinah dan imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’I menggunakan ijma’ ahl makkah. Kemudian dalam penyelesaian teori ta’arud al-adillah yaitu menggunakan jam’u wa altaufiq, Tarjih, Nasakh, dan Tasaqut Dalilain. Dari beberapa cara penyelesaian taárud al-adillah tersebut, penulis menggunakan cara jam’u wa at-taufiq karena mengamalkan kedua dalil itu lebih baik daripada meninggalkan atau mengabaikan dalil yang lainnya.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item