TRADISI SHALAWAT BURDAH DI MASJID KAMALUDDIN KRAPYAK YOGYAKARTA (STUDI LIVING HADIS)

Siti Aminah, NIM.: 16550017 (2020) TRADISI SHALAWAT BURDAH DI MASJID KAMALUDDIN KRAPYAK YOGYAKARTA (STUDI LIVING HADIS). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (TRADISI SHALAWAT BURDAH DI MASJID KAMALUDDIN KRAPYAK YOGYAKARTA (STUDI LIVING HADIS))
16550017_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (TRADISI SHALAWAT BURDAH DI MASJID KAMALUDDIN KRAPYAK YOGYAKARTA (STUDI LIVING HADIS))
16550017_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Di Indonesia terdapat beraneka ragam tradisi yang memiliki ciri khas masing-masing dari setiap daerah. Salah satunya ada pembacaan shalawat burdah. Meskipun pembacaan shalawat burdah sudah tersebar luas diseluruh penjuru Indonesia, tetapi tradisi pembacaan shalawat burdah di Masjid Kamaluddin memiliki ciri khas yang berbeda dari yang lainnya, yaitu berdirinya tradisi tersebut dilandasi oleh hadis Nabi yang menjadi pedoman sang pendiri serta tokoh agama setempat. Bermula dari sebuah hobi dan keinginan sang pendiri agar dapat memperkenalkan urgensi pembacaan shalawat, kini tradisi shalawat burdah di Masjid Kamaluddin berkembang pesat dan menjadi sebuah majelis shalawat burdah yang banyak diminati oleh masyarakat terutama para pecinta shalawat. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik. Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teori konstruksi sosial milik Peter L. Berger karena sesuai dengan obyek penelitian, yaitu kegiatan keagamaan di Pedukuhan Krapyak Wetan yang melibatkan masyarakat disekitar sehingga terjadi proses konstruksi antara individu dengan masyarakat yang kemudian menghasilkan suatu majelis rutin shalawat burdah. Berdirinya majelis shalawat burdah di Masjid Kamaluddin berpedoman pada sebuah hadis tentang keutamaan membaca shalawat. Majelis shalawat burdah ini memiliki keunikan, antara lain dihadiri oleh para Habib secara istiqomah, jamaah yang hadir tidak hanya dari masyaraat sekitar saja, dan tidak ada penarikan biaya apapun. Terbentuknya majelis ini tak lepas dari proses konstruksi sosial yang terbagi ke dalam tiga tahapan. Pertama proses eksternalisasi, yaitu bermula dari bapak Yussi Rizal beserta para pemuda di Pedukuhan Krapyak Wetan yang gemar mengikuti majelis shalawat burdah Habib Rifqi di Sleman, kemudian melahirkan suatu majelis sendiri yang didirikan di Masjid Kamaluddin. Jamaah yang hadir hingga saat ini mencapai sekitar dua ratus lima puluh hingga tiga ratus orang setiap bulannya. Selanjutnya proses obyektivasi, yaitu majelis shalawat burdah tersebut memberikan pengaruh positif bagi masyarakat disekitar, antara lain menjadi wadah silaturrahim antarwarga Pedukuhan Krapyak Wetan, menambah ghirah terhadap pembacaan shalawat, memberikan peluang untuk bersedekah, dll. Sedangkan proses internalisasi yang terjadi dalam majelis ini terbagi ke dalam 4 bagian, yaitu keutamaan membaca shalawat, keutamaan bersedekah, keutamaan mengajak kepada kebaikan dan keutamaan menghadiri majelis ilmu. Proses kontruksi sosial terjadi secara berulang dan menimbulkan beragam inovasi dalam majelis shalawat burdah di Masjid Kamaluddin.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Dr. Nurun Najwah M.Ag
Uncontrolled Keywords: Shalawat Burdah, Masjid Kamaluddin, Konstruksi Sosial
Subjects: Hadis
Islam dan Tradisi
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Hadis (S1)
Depositing User: Muh Khabib, SIP.
Date Deposited: 10 Sep 2021 10:19
Last Modified: 10 Sep 2021 10:19
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44136

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum