KONSTRUKSI PEMIKIRAN TAFSIR MAQASHIDI K.H. ABDUL MUSTAQIM

FAHMIL AQTOR NABILLAH, NIM : 14531007 (2021) KONSTRUKSI PEMIKIRAN TAFSIR MAQASHIDI K.H. ABDUL MUSTAQIM. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (KONSTRUKSI PEMIKIRAN TAFSIR MAQASHIDI K.H. ABDUL MUSTAQIM) 14531007_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB) | Preview
	Text (KONSTRUKSI PEMIKIRAN TAFSIR MAQASHIDI K.H. ABDUL MUSTAQIM) 14531007_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (5MB)

Abstract

Fokus utama penelitian ini adalah menyusun dan mengkonstruksi pemikiran tafsir maqashidi K.H. Abdul Mustaqim yang tersebar di beberapa sumber, baik berupa tulisan, video, maupun keterangan langsung via wawancara. Melalui pendekatan struktural dan metode analisis deskriptif, penelitian ini menyimpulkan bahwa secara konseptual, rumusan teoretis tafsir maqashidi yang digagas K.H. Abdul Mustaqim mencakup tiga poin berikut: Pertama, tafsir maqashidi sebagai filsafat tafsir yang memuat dua fungsi sekaligus, yaitu: 1) sebagai basis/ruh/spirit tafsir Al-Qur`an dengan prinsip-filosofis: al-’ibrah bi al-maqasid, baik dalam kerangka maqasid asy-syari’ah maupun maqasid al-qur`an, baik maqasid yang bersifat partikular-spesifik maupun general-universal, serta berpijak pada prinsip-orientasi: li tahqiq al-maslahah wa dar’ al-mafsadah; 2) sebagai kritik atas kejumudan produk tafsir yang tidak sejalan dengan tuntutan kemaslahatan maqasid zaman, di samping kritik atas dua kecenderungan ekstrem dalam penafsiran Al-Qur`an: (a) kecenderungan tekstualis-skriptualis-literalis (al-ittijāh aẓ-ẓāhirī al-ḥarfī an-naṣṣi), yang tampak seolah menyembah teks (ya’bud an-naṣṣ); dan (b) kecenderungan de-tekstualis-liberalis (al-ittijāh at-ta’ṭīlī al-liberālī), yang mengarah pada sikap mengabaikan-cum-menafikan teks sama sekali (ta’ṭīl an-naṣṣ). Kedua, tafsir maqashidi sebagai metodologi tafsir, yakni prosedur/proses penafsiran Al-Qur`an itu harus berpijak pada prinsip-filosofis: al-’ibrah bi al-maqasid dan li tahqiq al-maslahah wa dar’ al-mafsadah yang dibangun di atas dua teori maqasid: 1) maqasid asy-syari’ah dan 2) maqasid al-qur`an, dengan tidak mengabaikan kaidah-kaidah tafsir yang sudah dirumuskan para ulama tafsir. Ketiga, tafsir maqashidi sebagai produk tafsir, yakni sebuah [produk] tafsir Al-Qur`an yang memfokuskan pada upaya penggalian-cum-pembahasan tentang dimensi maqasid dari setiap ayat Al-Quran yang ditafsirkan. Sehingga produk penafsiran yang dihasilkan tidak sebatas makna tekstual-kamus, ataupun sebatas gambaran makna historis-spesifik dari ayat-ayat Al-Qur`an yang ditafsirkan. Melainkan dapat menampilkan fragmentasi tafsir yang mengemukakan maksud, hikmah dan ideal moral dari ayat-ayat Al-Qur`an yang ditafsirkan, yang menjadi clue tafsirnya. Pemikiran tafsir maqashidi beliau tidak hanya dibangun di atas argumentasi-argumentasi teoretis an sich, melainkan juga ditopang dengan fragmentasi-fragmentasi contoh penafsiran yang memuat karakter/ciri-ciri: 1) dilakukan dalam konteks (a) potongan ayat, (b) tematik dalam satu surah, dan (c) tematik berdasarkan isu-isu [aktual] kontemporer; 2) uraian dan analisis tafsirnya bersifat global (ijmali); dan 3) teori maqasid asy-syari’ah dan corak feminisme tampak begitu lekat dalam kerangka analisis tafsirnya. Pemikiran tafsir maqashidi beliau tampak berpangkal dari pandangan dasarnya tentang Al-Qur`an di satu sisi, yaitu Al-Qur`an sebagai respon Tuhan dalam bentuk communication act yang meniscayakan konteks dan maksud; serta asumsi dasarnya tentang tafsir di sisi lain, yaitu tafsir sebagai dialektika antar konteks yang hidup, yang tidak hanya diukur on paper.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item