TINDAKAN SIMBOLIK : CIUM HIDUNG HANGE’DU HEWANGNGA DALAM RELASI MUSLIM- KRISTIANIDI SABU-RAIJUA NUSA TENGGARA TIMUR

Jenny Yolita Mangialu, NIM.: 18200010150 (2020) TINDAKAN SIMBOLIK : CIUM HIDUNG HANGE’DU HEWANGNGA DALAM RELASI MUSLIM- KRISTIANIDI SABU-RAIJUA NUSA TENGGARA TIMUR. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (TINDAKAN SIMBOLIK : CIUM HIDUNG HANGE’DU HEWANGNGA DALAM RELASI MUSLIM- KRISTIANIDI SABU-RAIJUA NUSA TENGGARA TIMUR)
18200010150_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (TINDAKAN SIMBOLIK : CIUM HIDUNG HANGE’DU HEWANGNGA DALAM RELASI MUSLIM- KRISTIANIDI SABU-RAIJUA NUSA TENGGARA TIMUR)
18200010150_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (6MB) | Request a copy

Abstract

Perbedaan agama tidak seharusnya menjadi penghalang bagi terciptanya kerukunan dan toleransi . Setiap manusia memiliki hak untuk memilih dan menyakini agama apa yang akan dianutnya. Bila sebagian orang mengangap perbedaan agama sebagai sesuatu hal yang harus dipertentangkan, tidaklah demikian dengan masyarakat Sabu-Raijua di Nusa Tenggara Timur.Perbedaan agama merupakan sebuah upaya pelebaran kekerabatan yang tetap diikat dalam sebuah praktik tindakan simbolik Hange’du Hewangnga (Cium Hidung) yang mereka miliki. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis praktik dan fungsi tindakan simbolik Hange’du Hewangnga yang berlangsung dalam keseharian masyarakat Sabu-Raijua yang beragama Islam dan Kristen dalam memperkuat ikatan primordial diantara mereka.Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik untuk memahami praktik Hange’du Hewangnga yang dilakukan oleh masyarakat Sabu-Raijua dalam keseharian mereka yang berbeda agama.Melalui keseharian mereka dijumpai bahwa, meskipun mereka berbeda agama, namun jalinan kekerabatan mereka tetap terjaga.Masyaraat Muslim dan Kristen di SabuRaijua hidup rukun dan saling menjaga satu dengan lainnya.Tidak pernah terjadi konflik diantara masyarakat Muslim dan Kristen di Sabu-Raijua.Ikatan primordial sebagai Do Hawu yang sama-sama melakukan praktik tindakan simbolik Hange’du Hewangnga mengikat mereka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan agama bukanlah sebuah penghalang bagi masyarakat Muslim dan Kristen di Sabu-Raijua untuk hidup rukun dan damai.Bagi masyarakat Masyarakat Muslim Sabu tindakan simbolik Hange’du Hewangnga bukanlah sebuah tindakan porno atau tidak sopan.Praktik tindakan simbolik Hange’du Hewangnga dilakukan sebagai ungkapan kasih sayang dan penerimaan terhadap siapapun yang berbeda gender, adat, suku termasuk agama.Ikatan primordial sebagai Do Hawu yang melakukan Hange’duHewangnga mengikat mereka untuk saling menjaga dan menerima satu dengan lainnya.Melalui penelitian ini membuktikan bahwa siapapun, melalui ikatan-ikatan primordial yang dimiliki dapat saling menerima sehingga kerukunan dan toleransi dapat dikembangkan. Perbedaan agama tidak seharusnya menjadi penghalang bagi terciptanya kerukunan dan toleransi . Setiap manusia memiliki hak untuk memilih dan menyakini agama apa yang akan dianutnya. Bila sebagian orang mengangap perbedaan agama sebagai sesuatu hal yang harus dipertentangkan, tidaklah demikian dengan masyarakat Sabu-Raijua di Nusa Tenggara Timur.Perbedaan agama merupakan sebuah upaya pelebaran kekerabatan yang tetap diikat dalam sebuah praktik tindakan simbolik Hange’du Hewangnga (Cium Hidung) yang mereka miliki. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis praktik dan fungsi tindakan simbolik Hange’du Hewangnga yang berlangsung dalam keseharian masyarakat Sabu-Raijua yang beragama Islam dan Kristen dalam memperkuat ikatan primordial diantara mereka.Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik untuk memahami praktik Hange’du Hewangnga yang dilakukan oleh masyarakat Sabu-Raijua dalam keseharian mereka yang berbeda agama.Melalui keseharian mereka dijumpai bahwa, meskipun mereka berbeda agama, namun jalinan kekerabatan mereka tetap terjaga.Masyaraat Muslim dan Kristen di SabuRaijua hidup rukun dan saling menjaga satu dengan lainnya.Tidak pernah terjadi konflik diantara masyarakat Muslim dan Kristen di Sabu-Raijua.Ikatan primordial sebagai Do Hawu yang sama-sama melakukan praktik tindakan simbolik Hange’du Hewangnga mengikat mereka. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan agama bukanlah sebuah penghalang bagi masyarakat Muslim dan Kristen di Sabu-Raijua untuk hidup rukun dan damai.Bagi masyarakat Masyarakat Muslim Sabu tindakan simbolik Hange’du Hewangnga bukanlah sebuah tindakan porno atau tidak sopan.Praktik tindakan simbolik Hange’du Hewangnga dilakukan sebagai ungkapan kasih sayang dan penerimaan terhadap siapapun yang berbeda gender, adat, suku termasuk agama.Ikatan primordial sebagai Do Hawu yang melakukan Hange’duHewangnga mengikat mereka untuk saling menjaga dan menerima satu dengan lainnya.Melalui penelitian ini membuktikan bahwa siapapun, melalui ikatan-ikatan primordial yang dimiliki dapat saling menerima sehingga kerukunan dan toleransi dapat dikembangkan.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing : Pdt Izak YM Lattu Ph.D
Uncontrolled Keywords: Muslim, Kristen, Kerukunan, Cium Hidung, Tindakan Simbolik
Subjects: Agama Kristen (Christianity)
Masyarakat Islam
Sosial, Relasi
Toleransi
Divisions: Pascasarjana > Thesis > Interdisciplinary Islamic Studies > Islam Nusantara
Depositing User: Muh Khabib, SIP.
Date Deposited: 06 Oct 2021 15:21
Last Modified: 06 Oct 2021 15:21
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45070

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum