HIPERREALITAS DALAM FOTO SELFIE (Kajian Filosofis Melalui Teori Simulacra Jean Baudrillard)

Moh. Junaidi, NIM: 13510074 (2021) HIPERREALITAS DALAM FOTO SELFIE (Kajian Filosofis Melalui Teori Simulacra Jean Baudrillard). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (HIPERREALITAS DALAM FOTO SELFIE (Kajian Filosofis Melalui Teori Simulacra Jean Baudrillard))
13510074_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (HIPERREALITAS DALAM FOTO SELFIE (Kajian Filosofis Melalui Teori Simulacra Jean Baudrillard))
13510074_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Selfie di media sosial merupakan sebuah fenomena budaya, di mana orang-orang melakukannya dengan maksud tertentu, baik sebagai epkresi diri dalam memperlihatkan gaya hidup (life style), hingga pembentukan citra dan eksistensi. Dalam wacana budaya populer, perkara selfie di media sosial merupakan hal yang sangat kompleks. Ia tidak hanya dilihat sebagai gaya hidup, bahkan, ia juga turut menciptakan narasi dalam konteks kehidupan sosial masyarakat, yang —dalam pemikiran Jean Baurillard disebut sebagai reproduksi tanda, di mana gejala sosial dalam “ruang dan waktu telah dimediakan”. Berdasar fenomena di atas, dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana eksistensi dan identitas subjek diperlakukan dalam aktivitas selfie serta bagaimana subjek menghadapi keterbukaan, dan seterusnya? Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data dengan cara penelusuran pada sumber-sumber pustaka yang relevan. Sementara analisis yang digunakan, yakni metode deskriptif yang dilanjutkan dengan metode interpretasi. Penelitian ini menggunakan sumber primer karya Jean Baurdillard sebagai acuan utama dan buku-buku yang berkaitan dengan teori simulacra sebagai tambahan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, foto selfie tidak hanya memiliki makna sebagai tanda belaka, memori atau sejarah, jauh dari itu telah masuk ke dalam ruang publik yang bergerak menuju masyarakat konsumsi dengan melakukan proyeksi dari simulacra satu ke simulacra yang lain. Seseorang yang berupaya melakukan selfie akan membuat pseudo peristiwa, di mana peristiwa yang cukup mentah akan dijadikan sebagai pertukaran, peristiwa hanya bisa dibagikan, diolah dan kemudian dieksplorasi sedemikian rupa melalui serangkaian produksi industri, yaitu dengan bantuan media sosial yang sangat halus, rapi, melalui unsur teknis dan kode yang sangat dipaksakan; yaitu kode estetis atau keindahan, sehingga bisa dengan sangat mudah untuk memutar balikkan dan memalsukan makna yang otentik dari peristiwa tersebut. Selain itu, selfie menjadi fenomena cyberspace, sebuah dunia baru bagi pengguna jejaringnya, di mana ia mampu menghubungkan antara masyarakat untuk saling mengeksplorasi dan membagikan berbagai macam aktivitas kesehariannya yang sama sekali berbeda dengan apa yang dilakukannya sehari-hari, manusia hanyut di dalamnya dan terinterupsi dari ruang realitasnya. Dan fenomena ini menurut peneliti sangat problematik, mengingat hiperealitas bisa menjauhkan manusia dari kehidupan nyata yang berujung pada matinya realitas.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Novian Widiadharma, S.Fil., M.Hum.
Uncontrolled Keywords: selfie, media sosial, hiperrealitas, simulasi, cyberculture, budaya populer.
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S1)
Depositing User: Drs. Mochammad Tantowi, M.Si.
Date Deposited: 10 Oct 2021 00:12
Last Modified: 10 Oct 2021 00:12
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45188

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum