AMBANG TRANSISI SAKRAL DAN PROFAN (Studi Kolam Masjid Sulthoni Plosokuning Yogyakarta)

MUHAMMAD FU’AD AUFA, NIM: 14520051 (2021) AMBANG TRANSISI SAKRAL DAN PROFAN (Studi Kolam Masjid Sulthoni Plosokuning Yogyakarta). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (AMBANG TRANSISI SAKRAL DAN PROFAN (Studi Kolam Masjid Sulthoni Plosokuning Yogyakarta))
14520051_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA1.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (AMBANG TRANSISI SAKRAL DAN PROFAN (Studi Kolam Masjid Sulthoni Plosokuning Yogyakarta))
14520051_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Masjid Pathok Negoro Sulthoni Plosokuning Yogyakarta adalah warisan peradaban Mataram Islam khususnya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid ini berdiri sejak pemerintahan Hamengkubuwana I dan masih menjaga bentuk aslinya. Salah satu bukti ke-otentikan Masjid Sulthoni Plosokuning sebagai Masjid Pathok Negoro adalah dengan adanya kolam yang mengitari serambi masjid. Kolam tersebut merupakan sebuah sarana untuk membersihkan kaki ketika jamaah hendak masuk masjid. Kolam pada Masjid Sulthoni terletak di depan mengitari serambi masjid, dengan kedalaman kurang lebih tiga meter. Sampai saat ini kolam tersebut masih digunakan oleh beberapa jamaah untuk bersuci. Penelitian berjudul “Ambang Transisi Sakral dan Profan: Studi Kolam Masjid Sultoni Plosokuning Yogyakarta” ini dilakukan untuk menjawab dua rumusan masalah , yaitu pertama, Bagaimana dualitas ruang religius dalam konteks Masjid Sulthoni Plosokuning Yogyakarta? Kedua, Apa makna kolam bagi jamaah Masjid Sulthoni Plosokuning dalam konteks sakral dan profan? Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan penelusuran data melalui interview, observasi partisipatif, dan pencarian dokumen terkait. Dari data tersebut kemudian diseleksi dan dianalisis menggunakan teori sakral dan profan, Mircea Eliade, yang melihat bahwa agama adalah sebuah sistem yang timbol dari sesuatu yang disakralkan. Mircea Eliade melihat bahwa dalam pandangan manusia religius terdapat dualitas ruang dan waktu, yakni yang sakral dan yang profan. Dari penelitian yang telah dilakukan ruangan masjid adalah ruangan sakral, bangunan masjid berbeda dengan tempat tempat yang bersifat non religius atau tempat tempat netral. Hadirnya Allah (Yang Kudus) dalam umat Islam termanifestasikan dalam ide masjid sebagai rumah Allah. Masjid Sulthoni Plosokuning Yogyakarta adalah representasi dari kesucian, tempat tinggal Yang Ilahi umat Islam dapat berjumpa secara simbolik dimana dan berkomunikasi secara transenden. Implementasi dari keberadaan kolam adalah gambaran mengenai alam. Pengambaran parit parit kolam adalah pengambaran wilayah samudera, sehingga orang yang akan masuk masjid dalam keadaan bersih karena telah mengarungi samudera, perjalanan memasuki masjid sebagai tempat suci diibaratkan kembalinya seseorang dari keburukan, kesalahan, kepada kebaikan. Selain itu juga kembalinya seseorang dari urusan urusan duniawi yang telah diusahakan, dan berserah diri kepada Yang Kudus. Instrumen kolam yang mengitari serambi Masjid Sulthoni Plosokuning ditujukan untuk menunjang sakralitas masjid. Kolam yang mengitari serambi Masjid Sulthoni menjadi transisi dua realitas ruang manusia religius yang sakral dan yang profan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: H. Ahmad Mutaqin S.Ag M.A. Ph.D.,
Uncontrolled Keywords: Kolam, Masjid Sulthoni, Transisi, Sakral dan Profan
Subjects: Studi Agama Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Studi Agama Agama (S1)
Depositing User: Drs. Mochammad Tantowi, M.Si.
Date Deposited: 10 Oct 2021 00:29
Last Modified: 10 Oct 2021 00:29
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45190

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum