POLA NEGOSIASI DALAM MEMPERTEMUKAN DUA ENTITAS PENGETAHUAN YANG BERBEDA DI RUANG PUBLIK (Studi Kasus Penggunaan Cadar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Effendi Chairi, NIM.: 17205010044 (2019) POLA NEGOSIASI DALAM MEMPERTEMUKAN DUA ENTITAS PENGETAHUAN YANG BERBEDA DI RUANG PUBLIK (Studi Kasus Penggunaan Cadar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (POLA NEGOSIASI DALAM MEMPERTEMUKAN DUA ENTITAS PENGETAHUAN YANG BERBEDA DI RUANG PUBLIK (STUDI KASUS PENGGUNAAN CADAR DI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA))
17205010044_BAB-I_V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text (POLA NEGOSIASI DALAM MEMPERTEMUKAN DUA ENTITAS PENGETAHUAN YANG BERBEDA DI RUANG PUBLIK (STUDI KASUS PENGGUNAAN CADAR DI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA))
17205010044_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB) | Request a copy

Abstract

Bertolak dari Surat Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Nomor. B- 1301/Un.02/R/AK.00.3/02/2018 tentang Pembinaan Mahasiswi Bercadar, tesis ini mengkaji kasus penggunaan cadar di dalam kampus. UIN Sunan Kalijaga adalah ruang publik yang diproduksi dari tantangan realitas yang mengitarinya, baik tantangan sosial, budaya maupun agama. Sehingga kampus ini menjadi ruang publik yang dikelola dan diberlakukan aturan-aturan yang berlaku secara umum tanpa adanya perlakuan istimewa (privilege). Oleh karenanya kampus ini telah mengatur kode etik pakaian yang harus dipatuhi oleh semua elemen di dalamnya. Penggunaan cadar merupakan fenomena baru yang tidak lazim digunakan di UIN Sunan Kalijaga, disamping juga baru di dalam perjelanan sejarah tradisi tanah air. Penggunaan cadar di UIN Sunan Kalijaga saat ini selain membentur aturan kode etik mahasiswa, yang lebih krusial adalah membentur etika publik yang secara implisit menuntut semua pengguna ruang publik untuk menunjukkan autentisitas dirinya ketika memasuki ruang-ruang tertentu di dalam ruang publik. Kasus yang terjadi di UIN Sunan Kalijaga adalah keengganan mahasiswi bercadar untuk membuka cadar di ruang publik, dimana semua orang yang berada di ruang publik wajib mentaati aturan ruang publik. Dan hingga saat ini belum ditemukan pola negosiasi untuk mempertemukan dua kontruksi pengetahuan yang berbeda tentang penggunaan cadar di ruang publik. Untuk itu dalam tesis ini, peneliti telah menggunakan teori queer untuk memahami dua kontruksi pengetahuan yang berbeda tentang cadar dan ruang publik. Teori queer digunakan karena cadar adalah sebuah keganjilan yang berada dan harus bernegosiasi dengan ruang publik dan identitas lainnya. Pada saat melakukan penelitian untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakaan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Oservasi dilakukan kurang lebih selama 30 hari dan mewawancari informan sebanyak 16 orang, meliputi wakil rekotr dan wakil dekan bidang kemahasiswaan, dan mahasiswi bercadar. Hasil penelitian mengemukakan bahwa tidak terdapat pertentangn pengetahuan tentang cadar. Namun queeritas pengetahuan tentang cadar terjadi manakala mahasiswi-mahasiswi bercadar berada di dalam ruang, dimana di dalamnya terdapat aturan yang menuntut autentisitas. Sebagian mahasiswi memiliki rigiditas konstruksi pengetahuan tentang cadar sebagai bagian dari ajaran keislaman yang sedang diamalkan, lalu menganggapnya sebagai sebuah hal tidak bertentangan dengan tata tertib UIN Sunan Kalijaga sebagai kampus yang menjadikan Islam sebagai basis keagamaannya, sehingga sulit dapat bernegosiasi di dalam ruang publik disebabkan karena tekanan psikologis yang dirasakannya, yakni malu karena telah biasa bercadar, takut terjadi fitnah karena bukan muhrim, dan takut disangka tunduk terhadap keislaman yang mainstream di UIN Sunan Kalijaga, sedangkan sebagian lainnya mampu melakukan negosiasi dengan ruang publik disebabkan karena dorongan untuk menghargai dan menyesuaikan diri dengan aturan ruang publik. Adapun pola negosiasi untuk mempertemukan dua entits pengetahuan yang ganjil adalah respect interknowledge yang hadir di dalam ruang autentisitas, yakni mahasiswi bercadar mampu megosiasikan pengetahuannya untuk menghargai aturan ruang publik, sehingga mereka dapat menunjukkan auntentisitas dirinya di dalam ruang publik, dan kuasa publik dapat memperbolehkan penggunaan cadar setelah mahasiswi mematuhi aturan publik. Ruang respek adalah sintesis dari negosiasi dua konstruksi pengetahuan yang ganjil di dalam ruang publik. Kata Kunci: Cadar, Ruang Publik, Autentisitas Diri, Respect Interknowledge.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing : Dr. Munawar Ahmad, S.S., M.Si
Uncontrolled Keywords: respect interkowledge; core values; autentisitas diri; cadar
Subjects: Islam dan Budaya
Islam dan Pemikiran
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Agama dan Filsafat (S2) > Studi Agama dan Resolusi Konflik
Depositing User: Muchti Nurhidaya edt
Date Deposited: 06 Jan 2022 11:24
Last Modified: 06 Jan 2022 11:24
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48054

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum