PROBLEMATIKA SISTEM PEMILIHAN WALI NANGGROE ACEH PERIODE 2018-2023

Abdurrahman As-Sayuti, NIM.: 18203010069 (2021) PROBLEMATIKA SISTEM PEMILIHAN WALI NANGGROE ACEH PERIODE 2018-2023. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PROBLEMATIKA SISTEM PEMILIHAN WALI NANGGROE ACEH PERIODE 2018-2023)
18203010069_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (PROBLEMATIKA SISTEM PEMILIHAN WALI NANGGROE ACEH PERIODE 2018-2023)
18203010069_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Salah satu point dalam perjanjian damai Memorandum of Understanding (MoU) antara Aceh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia di Helsinki pada tahun 2005 adalah adanya Lembaga Wali Nanggroe. Lembaga Wali Nanggroe diatur di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) dan Qanun Aceh No. 9 Tahun 2013 tentang Lembaga Wali Nanggro. Dalam Qanun tersebut pasal 117 disebutkan bahwasanya masa jabatan Wali Nanggroe adalah lima tahun. Pada tahun 2018 dikukuhkannya kembali Tengku Malik Mahmud Al-Haythar menjadi Wali Nanggroe ke-10 oleh DPR Aceh. Pengukuhan tersebut terjadi problematika serta gejolak di kalangan masyarakat dan tokoh di Aceh dikarenakan tidak adanya transparansi dalam proses pemilihan dan juga tidak hadirnya salah satu unsur yang berhak bermusyawarah dalam memilih Wali Nanggroe seperti yang diamanatkan dalam pasal 70 Qanun Aceh No. 9 Tahun 2013. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merangkup beberapa rumusan permasalahan, yaitu: Bagaimana Sistem Pemilihan Wali Nanggroe di Provinsi Aceh?, kemudian Bagaimana Problematika Pemilihan Wali Nanggroe X pada Masa Periode 2018-2023 dari sudut pandang Saddu Az-zari'ah?. Metode Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dan bersifat deskriptif-analitis dengan pendekatan normative. Hasil penelitian ini adalah ketentuan terkait syarat-syarat calon, tata cara pemilihan, peserta pemilihan, masa jabatan, kedudukan protokoler, keuangan, dan ketentuan lain diatur dengan Qanun Aceh. Mekanisme pemilihan wali nanggroe merujuk pada Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012 jo Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2013. Pada Bab V pasal 70 menyatakan bahwa : (1) Wali Nanggroe dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh komisi pemilihan wali nanggroe yang dibentuk secara khusus. (2) Komisi pemilihan wali nanggroe sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 terdiri dari: Majelis Tuha Pheut Wali nanggroe, majelis tuha lapan wali nanggroe, mufti atau yang mewakilinya, dan perwakilan alim ulama masing-masing kabupaten/kota 1 orang. Problematika yang terjadi pada saat pemilihan wali nanggroe X periode 2018-2023 adalah sebagai berikut: Pemilihan wali nanggroe saat itu tidak menghadirkan para alim ulama, tidak terbentuknya Komisi Pemilihan Wali Nanggroe, dan juga tidak adanya aturan turunan atau regulasi terkait pemilihan, hal ini dalam kajian saddu az-zari'ah menilai bahwasanya tidak menimbulkan kemaslahatan dalam prosesi pemilihan wali nanggroe periode 2018-2023. Dikarenakan kehadiran qanun tersebut merupakan bentuk pengaturan dalam bertata negara dan berdemokrasi di negara Republik Indonesia, dengan tujuan tercapainya suatu kemaslahatan di Provinsi Aceh.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Dr. Moh. Tamtowi, M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Qanun Aceh; sistem pemerintahan; Saddu Az-zari'ah; Presidential System
Subjects: Adat Istiadat
Hukum Islam
Politik
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Magister Ilmu Syari'ah (S2)
Depositing User: Muchti Nurhidaya edt
Date Deposited: 15 Feb 2022 11:56
Last Modified: 15 Feb 2022 11:56
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48990

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum