MAKNA SIMBOLIK PADA RITRITUAL KEMATIAN ISLAM JA

Muhammad Syihabuddin, NIM : 15540003 (2019) MAKNA SIMBOLIK PADA RITRITUAL KEMATIAN ISLAM JA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (MAKNA SIMBOLIK PADA RITRITUAL KEMATIAN ISLAM JA)
15540003_BAB_1_BAB_TERAKHIR_DAFTAR_PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (MAKNA SIMBOLIK PADA RITRITUAL KEMATIAN ISLAM JA)
15540003_BAB_II_S.D._SEBELUM_BAB_TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (4MB)

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang Ritual kematian yang dilakukan di Dukuh Krengseng. Dukuh ini memiliki tradisi yang kental dengan nuansa Kejawen karena sebelum agama Islam masuk, mereka menganut kepercayaan Kejawen. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yaitu tentang fenomena kebudayaan yang berupa penafsiran warga dan pelaku ritual kematian Islam Jawa terhadap simbol-simbol yang dipakai dalam ritual yang diwujudkan lewat ritual kematian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Selain itu, penelitian ini dilakukan melalui pendekatan antropologi interpretatif Clifford Geertz yang membahas tentang sistem nilai, sistem simbol, dan makna. Dengan ketiga sistem tersebut diharapkan penelitian ini mampu menjawab pertanyaan tentang makna yang terkandung dalam ritual kematian yang dilakukan di Dukuh Krengseng, Hargorejo, Kokap, Kulon Progo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejarah ritual kematian merujuk kepada ritual yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta, para nenek moyang Dukuh Krengseng mengadopsi ritual tersebut untuk diterapkan di Dukuh Krengseng. Sedangkan proses pelaksanaan ritual kematian di Dukuh Krengseng dilakukan ketika terdapat salah satu warga dari daerah tersebut meninggal dunia, adapun simbol yang diekspresikan dalam ritual tersebut adalah, 1. memandikan 2. mengkafani 3. mensalati 4. pamitan jenazah dan yang terakhir nomor 5. penguburan, semuanya dilakukan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku di Dukuh tersebut. Jika dilihat dengan teori antropologi interpretatif Cilfford Geertz, praktik itu memiliki beberapa simbol unik, di antaranya menyapu jalan yang dimaknai untuk membersihkan makhluk halus, tlusupan yang dimaknai penghormatan terakhir keluarga, jajaran yang dimaknai sebagai penjaga jenazah, payung untuk memberi perlindungan, sawur untuk mengingatkan barang duniawi, maejan sebagai penanda, degan dimaknai sebagai air yang paling suci, tabur bunga dimaknai sebagai doa ampunan, sunggoh dan bakar kemenyan dimaknai sebagai alat untuk mengantar doa agar cepat dijawab oleh Tuhan. Dalam memahami simbol-simbol tersebut pelaku ritual tidak lepas dari ruang lingkup agama, sosial dan budaya yang menyebabkan pelaku ritual melakukan sesuatu, diantara ruang lingkup tersebut adalah seruan atau tuntunan dari agama untuk mengarahkan merawat seseorang yang mati sebagaimana agama mencontohkannya. Disisi lain sinkretisme budaya Kejawen masuk dalam ritual kematian, para warga tidak lantas menghilangkan budaya Kejawen sejak Islam hadir didaerah tersebut mereka meleburkan tradisi Jawa ke dalam agama Islam, dalam dua tuntunan tersebut bisa diakulturasikan sehingga membentuk sebuah ritual. Dengan keyakinan dan dorongan oleh perasaan dan motivasi, warga masyarakat menerapkannya ke dalam sebuah tradisi yaitu ritual kematian dengan cara menyampaikannya lewat simbol-simbol yang penuh makna.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbipng : Dr. Masroer, S.Ag., M.Si
Uncontrolled Keywords: Kata Kunci : Ritual Kematian, Sinkretisme, Islam Jawa, Simbol dan makna.
Subjects: Sosiologi Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Sosiologi Agama (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 14 Feb 2022 09:11
Last Modified: 14 Feb 2022 09:11
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49213

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum