Alaika Abdi Muhammad, NIM.: 17205010027 (2022) Epistemologi Penafsiran Ayat-Ayat Qisas dan Qital Perspektif Tafsir Sufistik (Studi Tafsir Lataif al-Isyarat Karya Al-Qusyairi). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (EPISTEMOLOGI PENAFSIRAN AYAT-AYAT QISAS DAN QITAL PERSPEKTIF TAFSIR SUFISTIK (STUDI TAFSIR LATAIF AL-ISYARAT KARYA AL-QUSYAIRI))
17205010027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf Download (6MB) | Preview |
|
Text (EPISTEMOLOGI PENAFSIRAN AYAT-AYAT QISAS DAN QITAL PERSPEKTIF TAFSIR SUFISTIK (STUDI TAFSIR LATAIF AL-ISYARAT KARYA AL-QUSYAIRI))
17205010027_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (8MB) | Request a copy |
Abstract
Tesis ini membahas tema qisas dan qital perspektif tafsir sufistik al-Qusyairi. Tafsir sufistik (isyari) yang identik dengan pendekatan esoteris (batin) melalui pengalaman spiritual, oleh sebagian ulama ahli hukum di antaranya al-Syatibi- dianggap melanggar otoritas hukum syariah. Kritik dan tuduhan terhadap tradisi para sufi semacam itu diluruskan oleh al-Qusyairi (w. 456 H.), seorang tokoh sufi dari Nisabur pada abad ke 5 Hijriyah. Sosok al-Qusyairi dikenal sebagai tokoh sufi yang berperan menyelaraskan tasawuf dengan syariat, sekaligus mengkritik praktik mistisisme tasawuf yang menurutnya keluar dari koridor Alquran dan hadis. Sumber utama penelitian ini adalah tafsir Lataif al-Isyarat dan karya-karya lain al-Qusyairi yang terkait dengan tema penelitian semisal, al-Taisir fi ilm al-Tafsir dan Risalah al-Qusyairiyah. Metode yang digunakan dalam penelitian, yang pertama adalah deskriptif. Uraian-uraian deskriptif terkait paradigma tafsir sufi dan metodologi tafsir sufistik al-Qusyairi secara menyeluruh. Kedua, untuk memperoleh data komprehensif penafsiran al-Qusyairi tentang qisas dan qital penulis menggunakan metode historis-filosofis; dipadukan dengan analisis epistemologis guna melacak konstruk pemikirian al-Qusyairi dengan tiga variabel pokok: sumber, metode dan validitas. Hukuman qisas perspektif penafsiran sufistik al-Qusyairi lebih baik ditinggalkan, karena justru akan lebih menjaga hak hidup. Penafsiran tersebut seolah kontradiktif dengan makna lahiriah ayat. Namun, meninggalkan qisas tidak berarti mengingkari eksistensi hukuman tersebut. Al-Qusyairi lebih menekankan alternatif hukum lain yang lebih ringan (dengan denda atau memaafkan) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tasawuf. Bagi al-Qusyairi, memberikan pengampunan terhadap pelaku kejahatan jarimah merupakan tindakan yang baik. Orang yang tidak menuntut balas qisas adalah pribadi dengan jiwa merdeka (hurriyah) dan jiwa yang ksatria. Kemudian, terkait penafsiran ayat-ayat qital, al-Qusyairi memiliki perspektif yang berbeda dengan tafsir sufistik pada umumnya yang memaknai qital semata dengan tindakan nonfisik; olah hati melawan nafsu. Al-Qusyairi dalam tafsir sufistiknya juga menguraikan perintah perang fisik melawan musuh agama. Menurutnya, perintah berperang dalam Alquran dilandasi oleh dua hal: melidungi diri sebagai respon atas serangan musuh (defensif) dan melindungi hak orang yang teraniaya. Konteks perang dalam Islam tidak didasari oleh kebencian dan motif menyerang. Sebab, tujuan perang justru semata untuk menciptakan keamanan dan menghilangkan fitnah; yang dimaknai al-Qusyairi sebagai kerusuhan yang menyebabkan hilangnya nyawa. Berdasarkan analisis epistemologis, penafsiran al-Qusyairi atas ayat-ayat qisas dan qital memiliki relasi dengan sumber-sumber rasional dan tidak sepenuhnya berdasarkan intuisi (irfani) saja. Hal ini membuktikan konsistensi al-Qusyairi, yang disebutkan dalam Risalah-nya, bahwa tasawuf memiliki memiliki dasar legal dan tidak bertentangan dengan syariat. Temuan ini berbeda dengan pendapat Michael A. Sells, yang menyimpulkan bahwa tafsir pendekatan sufistik sekedar menghasilkan karya sastra berupa puisi, syair dan sejenisnya sebagai ekspresi jiwa. Begitu pula, penelitian ini tidak sependapat dengan kesimpulan Annabel Keeler atas pembacaannya terhadap tafsir sufi al-Qusyairi. Menurutnya, tafsir sufi merupakan reflesksi atas pengalaman spiritual yang personal, tingkat illuminasi dan keragaman ahwal serta maqa>ma>t yang dialami setiap mufassir. Rumusan penafsiran al-Qusyairi atas ayat-ayat qisas dan qital juga selaras dengan penjelasan mufasir eksoteris seperti al-Jassas, al-Khazin, Izz bin Abdissalam dan Abdul Wahab Khalaf. Ini menunjukan bahwa meski tafsir sufi memiliki epistemologi yang khas dan identik, namun dapat memiliki kesimpulan yang selaras dengan rumusan hukum fiqh dan tafsir pendekatan eksoterik.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing: Dr. Imam Iqbal, S. Fil. I, M.S.I |
Uncontrolled Keywords: | Tafsir Sufistik; Al-Qusyairi; munasabah; Tafsir Muhyiddin Ibnu Arabi; qisas; qital |
Subjects: | Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat SYARI'AT ISLAM DI INDONESIA |
Divisions: | Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Agama dan Filsafat (S2) |
Depositing User: | Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id] |
Date Deposited: | 08 Mar 2022 13:44 |
Last Modified: | 08 Mar 2022 13:44 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49888 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
View Item |