KONSEP KALIMATUN SAWA MENURUT NURCHOLISH MAJID

UMMI ATI' UWAIDA, NIM. 96522313 (2015) KONSEP KALIMATUN SAWA MENURUT NURCHOLISH MAJID. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text
BAB I,V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (413kB) | Preview
[img] Text
BAB II,III,IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (309kB)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg
Restricted to Registered users only

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_lightbox)
lightbox.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_preview)
preview.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_medium)
medium.jpg

Download (0B)
[img] Other (Thumbnails conversion from text to thumbnail_small)
small.jpg

Download (0B)

Abstract

ABSTRAK Dialog antar agama mempunyai tujuan bukan untuk menghilangkan perbedaan atau menyamakan diantara agama-agama yang ada, melainkan untuk saling memahami dan mengakui adanya perbedaan antara masing-masing agama dan pemeluknya, sehingga dapat hidup berdampingan hidup berdampingan secara damai dan bersamaan dalam menghadapi pesoalan-persoalan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Dalam memahami dan mengembangkan pemikiran tentang dialog antar agama, atau pluralism pada umumnya para cendekiawan memiliki pandangan, meskipun disampaikan secara beragam. Nurcholish Madjid tidak menyetujui absolutism, karena dianggap sebagai pangkal dari segala permusuhan, ia sungguh-sungguh mengamati secara serius terhadap realitas pluralitas umat. Dalam rangka menjelaskan adanya kebenaran-kebanaran dalam agama lain ia menggunakan argument normative dalam surat al Nahl ayat 36, di dalam ayat itu dijelaskan tentang kesamaan agama-agama yang dibawa oleh Nabi dan Rasul, serta kesamaan inti ajaran tauhid dari agama-agama tersebut. Titik kesamaan inilah yang disebut dengan istilah kalimatun sawa. Penelitian ini berupaya meneliti ide-ide, gagasan-gagasan, dari seorang tokoh. Sumber utama data berasal dari kepustakaan dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa: menurut Nurcholish Madjid kalimatun sawa merupakan ketetapan yang sama diantara agama-agama. Ketetapan ini merupakan landasan fundamental bagi pengembangan dialog dan paradigm dialog antar agama. Dengan konsep ini maka hubungan antar agama berada dalam kebersamaan dan kedamaian tanpa adanya sikap saling curiga apalagi pertentangan dan friksi-friksi antara pemeluk agama-agama. Konsep ini tidak membenarkan adanya klaim kebenaran dari suatu agama. Kontribusi konsep kalimatun sawa adalah pertama, merupakan landasan utama bagi hubungan dan titik temu antar agama yang dapat dikembangkan melalui perjumpaan, dialog yang konstruktif dan berkesinambungan untuk mencapai derajat kemanusiaan yang hakiki. Kedua, dengan kalimatun sawa tidak berarti meniadakan perbedaan antara agama-agama melainkan adanya pola-pola pandangan yang sama tentang permasalahan social yang dihadapi. Ketiga, memberikan aura fundamental tentang pluralism. Hal ini penting untuk dijadikan landasan pemahaman dalam dunia pendidikan agama. div

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: 1. Dr. Siswanto Masruri, M.A. 2. Ustadi Hamzah, S.Ag.
Uncontrolled Keywords: Kalimatun Sawa , Nurcholish Majid
Subjects: Perbandingan Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Perbandingan Agama (S1)
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 28 Jan 2015 10:28
Last Modified: 28 Jan 2015 10:29
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4994

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum