KAJIAN ILMU AL-WUJUH WA AL-NAZA’IR MENURUT MUQATIL BIN SULAIMAN (Studi Kata النور dan الظلمات Kitab al-Wujuh wa al-Naza’ir fi al-Qur’an al-‘Azim)

Muhammad Rizki, NIM.: 18105030079 (2022) KAJIAN ILMU AL-WUJUH WA AL-NAZA’IR MENURUT MUQATIL BIN SULAIMAN (Studi Kata النور dan الظلمات Kitab al-Wujuh wa al-Naza’ir fi al-Qur’an al-‘Azim). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (KAJIAN ILMU AL-WUJUH WA AL-NAZA’IR MENURUT MUQATIL BIN SULAIMAN (Studi Kata النور dan الظلمات Kitab al-Wujuh wa al-Naza’ir fi al-Qur’an al-‘Azim)) 18105030079_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA (1).pdf Download (1MB) | Preview
	Text (KAJIAN ILMU AL-WUJUH WA AL-NAZA’IR MENURUT MUQATIL BIN SULAIMAN (Studi Kata النور dan الظلمات Kitab al-Wujuh wa al-Naza’ir fi al-Qur’an al-‘Azim)) 18105030079_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR (1).pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Ilmu al-wujuh dan al-nazair merupakan salah satu macam ilmu dari ulumul Qur’an. Ilmu ini muncul pada abad ke-2 Hijriah walaupun sebenarnya embrio dari ilmu al-wujuh dan al-nazair sudah ada pada masa sahabat bahkan Nabi Muhammad. Akan tetapi secara penyusunan kitab baru ada pada abad kedua Hijriah. Tokoh pertama yang pertama kali menyusun kitab ini yaitu Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H). Muqatil bin Sulaiman menyusun sebuah karya fenomenal dengan judul al-Wujuh wa al-Nazair fi al-Qur’an al-Azim. Di dalam kitab tersebut Muqatil bin Sulaiman tidak mendefinisikan definisi dari ilmu wujuh dan naza’ir. Akan tetapi pengertian tersebut dibuat oleh editor kitab tersebut, yaitu Hatim Shalih Dhamin. Singkatnya wujuh adalah satu lafal yang mengandung beberapa makna, sedangkan naza’ir adalah perbedaan lafal tetapi mempunyai satu makna. Sistematika kitab ini diawali dengan mambahas biografi dari Muqatil bin Sulaiman yang ditulis oleh editor kitab tersebut yaitu Hatim Shalih Dhamin. Kemudian dilanjutkan dengan membahas kata-kata yang mengandung makna wujuh dimulai dari kata al-Huda dan terakhir kata Fauqa. Urgensi dari ilmu al-wujuh dan al-nazair dalam ilmu al-Qur’an sangatlah penting, terutama bagi mufassir. Karena seorang mufassir tidak akan bisa menafsirkan al-Qur’an jika tidak memahami ilmu bahasa Arab secara detail. Karena al-Qur’an turun dengan bahasa Arab, maka tidak cukup hanya mempelajari sekilas saja. Terkadang kita menjumpai satu lafal dalam al-Qur’an mengandung dua makna atau lebih yang dikenal dengan ilmu al-wujuh wa al-nazair. Oleh karena itulah ilmu ini sangat diperlukan mufassir untuk menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan tujuan dan makna ayat tersebut diturunkan. Di dalam al-Qur’an setidaknya ada ratusan kata yang mengandung makna lebih dari satu. Misalnya saja kata al-Nur menurut Muqatil bin Sulaiman memiliki 10 wajah atau makna. Kata al-Nur bisa diartikan dengan agama Islam, iman, petunjuk, Nabi Muhammad SAW, cahaya siang, cahaya bulan, cahaya yang Allah berikan pada hari kiamat, penjelasan mengenai hukum-hukum di kitab Taurat, penjelasan mengenai hukum-hukum yang ada di al-Qur’an, dan yang terakhir adalah cahaya Tuhan. Sedangkan kata al-Z}uluma>t beserta derivasinya juga memiliki banyak wajah makna. Pertama, kata al-Zalimin bermakna orang-orang musyrik, seorang muslim yang melakukan dosa tapi tidak syirik, manusia yang berbuat zhalim kepada yang lainnya, orang yang memudharatkan dirinya tapi tidak syirik, orang yang menzholimi dirinya dengan syirik dan dusta, orang yang melakukan pengingkaran, dan yang terakhir bermakna orang yang melakukan pencurian. Selanjutnya kata al-Zulmu memiliki empat wajah, yaitu syirik, hamba yang melakukan dosa selain syirik, orang yang menzhalimi manusia lainnya, dan terakhir bermakna kurang. Kata al-Zulumat memiliki dua wajah makna, yaitu kengerian atau keganasan dan tiga perkara. Terakhir kata al-Zulumat dan al-Nur memiliki dua wajah makna, yaitu syirik dan keimanan, dan yang kedua adalah malam dan siang.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item