PEMAHAMAN HADIS MEMBUNUH LIMA HEWAN FASIK DALAM KITAB TAʾWIL MUKHTALAF AL-HADIS MENURUT PENDEKATAN SEMANALISIS DAN INTERTEKSTUALITAS (STUDI PEMIKIRAN IBNU QUTAIBAH)

Mohammad Fattahun Niam, NIM.: 18105050108 (2022) PEMAHAMAN HADIS MEMBUNUH LIMA HEWAN FASIK DALAM KITAB TAʾWIL MUKHTALAF AL-HADIS MENURUT PENDEKATAN SEMANALISIS DAN INTERTEKSTUALITAS (STUDI PEMIKIRAN IBNU QUTAIBAH). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PEMAHAMAN HADIS MEMBUNUH LIMA HEWAN FASIK DALAM KITAB TAʾWIL MUKHTALAF AL-ḤADIṠ MENURUT PENDEKATAN SEMANALISIS DAN INTERTEKSTUALITAS (STUDI PEMIKIRAN IBNU QUTAIBAH))
18105050108_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PEMAHAMAN HADIS MEMBUNUH LIMA HEWAN FASIK DALAM KITAB TAʾWIL MUKHTALAF AL-ḤADIṠ MENURUT PENDEKATAN SEMANALISIS DAN INTERTEKSTUALITAS (STUDI PEMIKIRAN IBNU QUTAIBAH))
18105050108_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (4MB) | Request a copy

Abstract

Teks beserta konteksnya merupakan dua hal yang penting dan saling berkaitan. Julia Kristeva menganggap bahwa bahasa itu memiliki bentuk dan bunyi yang sama, akan tetapi ketika dipakai manusia dengan konteksnya masing masing maka memiliki makna yang berbeda-beda. Maka dari itu keotoriteran bahasa itu tidak ada. Jika ditelisik Ibnu Qutaibah secara tidak sadar mengaplikasikan prinsip hermermeneutika dalam analisis hadisnya. Proses ta’wil yang ia lakukan sering menggunakan ilmu pengetahuan lain tidak hanya terfokus pada satu diskursus keilmuan. Proses ini tentu sangat unik bahkan jika ditelisik konteks setting historisnya ia hidup dimasa al-Ma’mun dimana Mu’tazilah menjadi madzhab yang dominan dimasannya. Pengaruh pengaruh seperti ini jika dilihat dari kacamata semanalisis tentu berpengaruh dalam proses produksi tanda. Kristeva menyatakan dalam semanalisisnya bahwa teks tidaklah kaku dan hanya memiliki satu makna saja, teks juga dibentuk berdasar konstruksi sosial. Teks menurutnya ada dua yakni Genoteks dan Fenoteks. Genoteks merupakan teks yang memiliki kemungkinan pemaknaan tak terbatas yang menjadi sumber pemaknaan fenoteks. Kemungkinan pemaknaan bahasa tersebut meliputi yang lampau hingga sekarang. Fenoteks adalah teks aktual yang bersumber dari genoteks atau bisa disebut buah pikiran/makna yang meliputi seluruh ciri ciri dan fenomena yang dimiliki oleh bahasa. Sedangkan proses yang terjadi antara genoteks dan fenoteks atau biasa disebut proses pembentukan makna ada dua yakni pertama, Signifikasi adalah makna yang dilembagakan dan dikontrol secara sosial. Signifikasi juga disebut sebagai praktik penandaan. Kedua, Significance adalah proses penciptaan makna tanpa batas dan tak terbatas. Proses ini membawa konotasi makna yang terselubung sehingga memungkinkan sebuah teks untuk menandakan apa yang tidak dikatakan. Interpretasi Ibnu Qutaibah dalam hadis membunuh lima hewan fasik yang ditulis dalam kitabnya Taʾwil Mukhtalaf al-Hadis dilandasi atas bantahan dari serangan ahli mutakalim. Ibnu Qutaibah berlawanan pemahaman dengan para ahli mutakalim dalam memaknai hadis tersebut. Ahli mutakalim berpendapat bahwa kefasikan tidak dapat menempel pada makhluk dan menolak membunuh lima hewan tersebut akan tetapi Ibnu Qutaibah berpendapat bahwa kefasikan bisa saja menempel pada hewan. Dengan perbedaan pendapat ini tentunya selaras dengan konsep semanalisis Julia Kristeva bahwa teks ketika masuk ke dalam konteks yang berbeda beda akan menimbulkan makna yang berbeda pula. Para ahli mutakalim yang lebih mengedepankan akal dan rasionalitas berpikir bahwa hadis tersebut tidak bisa diterima karena tidak masuk akal bagi hewan untuk berbuat fasik. Sedangkan Ibnu Qutaibah yang merupakan seorang ahli hadis tentu memiliki pendapat yeng berbeda, ia menghubungkan dengan berbagai dalil yang dianggapnya mendukung stetement hadis tersebut. Perbedaan konteks ini sekali lagi menimbulkan makna yang berbeda. Signifikasi yang dilakuakan oleh pengarang sangat menentukan pola penafsiran sesuai kontrol sosoialnya. Intertekstual merupakan teks yang bersembunyi pada teks lain yang kemudian membentuk makna baik disadari oleh penulis maupun tidak. Kristeva mengutip teori Bakhtin dalam bukunya bahwa teks apa pun dibangun sebagai mosaik kutipan, setiap teks adalah penyerapan dan transformasi dari teks yang lain. Interteksual beranggapan bahwa pemahaman seseorang mengenai suatu teks hadis selalu berinterdependensi dengan teks atau simbol lain. Ibnu Qutaibah dalam memaknai teks tentunya juga bersumber dengan teks lain. Beberapa Interpretasi Ibnu Qutaibah mengenai hadis membunuh lima hewan fasik yakni gagak,burung buas, ular, anjing, dan tikus dalam kitabnya Taʾwil Mukhtalaf al-Hadis bersinggungan dengan teks lain seperti Kitab Kejadian 8 : 6-14, Kitab Kejadian 3 : 1-19, pemahamanya mengenai beberapa teks hadis lainya, ayat-ayat Qur’an, dan kondisi sosial di masanya hal ini berdasarkan asumsi bahwa Interteksual juga meneliti satu karya yang berhubungan dan terpengaruh dengan sosial budaya suatu masyarakat.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Drs. Indal Abror, M.Ag
Uncontrolled Keywords: Pembimbing : Taʾwil, al-Hadits , Ibnu Qutaibah, Semanalisis, Intertekstualitas
Subjects: Ilmu Hadits
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Hadis (S1)
Depositing User: S.Sos Sofwan Sofwan
Date Deposited: 06 Jul 2022 09:05
Last Modified: 06 Jul 2022 09:05
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/51640

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum