KISAH NABI MUSA DI NEGERI MADYAN DALAM QS. AL-QASAS [28]: 20-28 PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI

Ismu Hakiki, NIM.: 18105030108 (2022) KISAH NABI MUSA DI NEGERI MADYAN DALAM QS. AL-QASAS [28]: 20-28 PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (KISAH NABI MUSA DI NEGERI MADYAN DALAM QS. AL-QASAS [28]: 20-28 PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI) 18105030108_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (2MB) | Preview
	Text (KISAH NABI MUSA DI NEGERI MADYAN DALAM QS. AL-QASAS [28]: 20-28 PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI) 18105030108_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Penafsiran mengenai kisah Nabi Musa di negeri Madyan dalam QS. al- Qasas [28]: 20-28 cenderung dikaji sebagai kajian fiqhi, tarikhi, maupun lugawi. Hal ini menurut hemat penulis sedikit melenceng dari tujuan asli dari kisah itu sendiri yaitu sebagai ibrah, ‘ibrah li uli al-albab. Berangkat dari hal itu, tulisan ini mengangkat tiga rumusan masalah. Pertama, Bagaimana konstruksi narasi kisah Nabi Musa di negeri Madyan dalam QS. al-Qas}as} [28]: 20-28? Kedua, Apa saja aspek maqasid yang ada pada kisah Nabi Musa di negeri Madyan dalam QS. al- Qas}as} [28]: 20-28? Dan terakhir, Bagaimana relevansi kisah Nabi Musa di negeri Madyan pada konteks zaman sekarang? Perspektif yang digunakan pada skripsi ini adalah perspektif tafsir maqasidi. Alurnya adalah dengan melihat kondisi historis dan genealogis ayat al-Qur’an, memahami konstruksi kebahasaan yang ada pada al- Qur’an, serta dengan mengamati aspek maqasid baik maqasid zahir maupun maqas}id batin. Skripsi ini berargumen bahwa dalam penafsiran yang menerapkan tafsir maqasidi sebagai perspektif dalam ayat-ayat kisah, ayat tersebut tidak hanya dikaji dari aspek hukum, teologis historis saja akan tetapi juga mengedepankan tujuan awal yaitu mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Kisah yang ada dalam al-Qur’an atau yang dikenal dengan Qasas al-Qur’an adalah pengabaran al-Qur’an mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan umat yang ada pada zaman lampau, kenabian terdahulu, serta peristiwa-peristiwa lampau yang pernah terjadi. Dalam kisah al-Qur’an ada tigas unsur yaitu: peristiwa alah das|, tokoh-tokoh (al-asykhas), dan dialog (al-hiwar). Dalam al-Qur’an ada beberapa jenis kisah: pertama adalah kisah para nabi dan rasul yang mengandung penyampaian dakwah, mukjizat-mukjizat, bentuk-bentuk penolakan dan penentangan terhadap dakwah tersebut, tahapan dan perkembangan dakwah, serta akibat yang didapatkan oleh orang yang menentang dakwah tersebut; kedua, kisahkisah yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan orang-orang yang belum dapat dipastikan kenabiannya; yang ketiga, kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian-kejadian yang ada pada masa Rasulullah. Kesimpulan dari skripsi ini adalah, praktik metode tafsir maqa>s}idi terhadap ayat kisah khususnya pada QS. al-Qas}as} [28]: 20-28 memiliki distingsi dalam menemukan nilai-nilai maqasid baik yang batin maupun yang lahir. Maqasid zahir yang penulis temukan dari ayat ini adalah hifz al-din, hifz al-nafs yaitu semangat untuk berdakwah dan upaya menjaga jiwa, hifz al-nasl yang dalam konteks ini adalah terkait syariat pernikahan, serta Hifz al-Mal . Sedangkan maqasid batin dalam ayat ini adalah Pertama, kebebasan untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab dengan konsekuensinya. Kedua, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di ruang publik dan berpendapat. Dan terakhir, menolong orang yang kesusahan dan menghormati perempuan.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item