TRADISI UPACARA SUROAN DI DESA TRAJI, PARAKAN, TEMANGGUNG TAHUN 1976-2002

Nur Hani Hidayati, NIM. 98122248 (2004) TRADISI UPACARA SUROAN DI DESA TRAJI, PARAKAN, TEMANGGUNG TAHUN 1976-2002. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (TRADISI UPACARA SUROAN DI DESA TRAJI, PARAKAN, TEMANGGUNG TAHUN 1976-2002)
98122248_Bab I_Bab V_Daftar Pustaka.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (TRADISI UPACARA SUROAN DI DESA TRAJI, PARAKAN, TEMANGGUNG TAHUN 1976-2002)
98122248_Bab II_Bab III_Bab IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Upacara Suroan yang dilakukan di desa Tiaji pada tanggal l Suro merupakan salah satu bentuk budaya lokal yang tumbuh dan t,, irkembang di Indonesia. Oleh karena itu, budaya-budaya seperti ini perh1 dilestarikan keberadaannya, karena bagaimanapun dengan melestrikan budaya, kita dan generasi seterusnya akan dapat mengetahui peradaban nenek moyangnya. Jadi, upacara Suroan adalah merupakan warisan budaya leluhur yang diwariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi dan memiliki maksud atau tujuan tersendiri. Adapun maksud atau tujuan dilakukan perayaan upacara Suroan setiap tahun sekali adalah agar air yang berada di Sendang Si Dukun terns mengalir. Dengan selalu mengalirnya air yang berasal dari Sendang Si Dukun tersebut berarti masyarakat Traji akan mendapatkan berkah. Oleh karena itu, eksisnya upacara Suroan hingga kini tidak lepas dari partisipasi dan apresiasi masyarakat terhadap perayaan upacara Suroan. Bentuk apresiasi masyarakat terhadap perayaan upacara Suroan tersebut nampak dalam pelaksanaannya yang mengalami perkembangan-perkembangan dari masa kemasa. Perkembangan pelaksanaan upacara Suroan berawal sekitar pada tahun 1976 dari adanya inisiatif dari warga untuk memanggil dalang yang lebih berkualitas dan populer. Karena sebelum tahun 1976 pertunjukan wayang kulit hanya pertunjukan biasa-biasa saja, artinya pendalang waktu itu tidak begitu terkenal yang berasal dari tetangga desa Traji. Begitu pula halnya ritual "temantenan" yang dilakukan oleh bapak kepala desa beserta istri sekitar tahun 1980-an hingga kini mengenakan busana pengantin Jawa komplit, karena sebelum tahun 1980-an kepala desa berse1ta istri tidak mengenakan busana pengantin Jawa komplit yaitu hanya mengenakan batik trnntum dan kalung bunga. Di samping perkembangan upacara Suroan terlihat dalam pertunjukan wayang kulit dan "temantenan", juga setelah tahun 1976 terdapat adanya berbagai macam bentuk hiburan seperti pertunjukan kuda lumping, pasar malam dan berbagai macam perlombaan. Peningkatan-peningkatan di dalam pelaksanaan upacara ini tidak lepas dari partisipasi dan apresiasi masyarakat Traji terhadap upacara Suroan tersebut.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Soraya Adnani, M.Si
Uncontrolled Keywords: Upacara Suroan, Traji Parakan Temanggung
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 14 Sep 2022 09:15
Last Modified: 14 Sep 2022 09:15
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/52991

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum