NAHDLATUL ULAMA MASA ORDE BARU TAHUN 1966-1998: ELASTISITAS POLITIK ETIK NAHDLATUL ULAMA

Muhammad Musni, NIM. 98122105 (2005) NAHDLATUL ULAMA MASA ORDE BARU TAHUN 1966-1998: ELASTISITAS POLITIK ETIK NAHDLATUL ULAMA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (NAHDLATUL ULAMA MASA ORDE BARU TAHUN 1966-1998: ELASTISITAS POLITIK ETIK NAHDLATUL ULAMA)
98122105_Bab I_Bab V_Daftar Pustaka.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (NAHDLATUL ULAMA MASA ORDE BARU TAHUN 1966-1998: ELASTISITAS POLITIK ETIK NAHDLATUL ULAMA)
98122105_Bab II_Bab III_Bab IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Abstract

Dalam sejarah Nahdlatul Ulama dan perkembangan politik Indonesia. nilai Aswaja tetap dipergunakan dengan konsisten melalui. termasuk ketika pada tahun 193 9, saat Indonesia masih dijajah Belanda. N ahdlatul Ulama bergabung dengan MIAI (al-Maj/is al-Islam al-A 'la Indonesiyya). Karena persoalan sistem politik kolonial Jepang kemudian MIAI bubar, lalu muncul Maysumi (Maj/is Syura Muslimin Indonesiyya) dan Nahdlatul Ulama terlibat di dalamnya hingga Indonesia Merdeka. Pada tahun 1952, Nahdlatul Ulama menyatakan diri keluar dari Masyumi dan menjadi partai politik sendiri (Partai NU), sebagaimana keputusan Muktamar di Palembang 1952. Partai NU dalam dua kali pemilu, 1955 (masa Orde Lama) dan 1971 (masa Orde Baru) mendapatkan perolehan suara/kursi di Parlemen cukup signifikan, dibandingkan ketika bergabung dengan Masyumi. Seperti terlihat dalam perolehan suara 1955 (18,4%) persis dibawah Masyumi dan Golkar. Seiring dengan sistem perpolitikan Orde Baru, sejak tahun 1973-1984 partai NU ikut dalam fusi di PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dengan lambang gambar ka'bah bersama MI, Perti, PSII, dan Parmusi sesuai dengan kebijakan hegemonic party system pemerintah Orde Baru. Di awal keberadaannya di PPP Nahdatul Ulama cukup menamai partai dan kritis terhadap pemerintah sehingga Nakamura menyebut Nahdlatul Ulama sebagai tradisionalis radikal. Akibat dari sikap tersebut,alam perjalanannya Nahdlatul Ulama termaginalkan. alam keadaan yang termarginal ini, kemudian Nahdlatul Ulama ntropeksi diri melalui Muktamar ke-27 1984 di Situbondo. Dengan pertimbangan, banyaknya agenda-agenda Nahdlatul Ulama yang dikesampingkan karena terlalu berasyik-masyuk dengan kegiatan politik praktis tersebut, kemudian Nahdlatul Ulama memutuskan untuk keluar dari PPP dan kembali ke Khittah 1926.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Drs. Badrun Alaena, M.Si.,
Uncontrolled Keywords: Elastisitas Politik Elit Nahdlatul Ulama
Subjects: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Sejarah Kebudayaan Islam (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 15 Sep 2022 15:15
Last Modified: 15 Sep 2022 15:15
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53069

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum