KAJIAN AUTENTISITAS HADIS DALAM KITAB IHYA’ ‘ULUMUDDIN: PERBANDINGAN METODOLOGI ANTARA AHL AL-HADITS DAN AHL AL-SHUFI

Ahmad Ubaidillah Ma'sum Al Anwari, NIM.: 18105050069 (2022) KAJIAN AUTENTISITAS HADIS DALAM KITAB IHYA’ ‘ULUMUDDIN: PERBANDINGAN METODOLOGI ANTARA AHL AL-HADITS DAN AHL AL-SHUFI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KAJIAN AUTENTISITAS HADIS DALAM KITAB IHYA’ ‘ULUMUDDIN: PERBANDINGAN METODOLOGI ANTARA AHL AL-HADITS DAN AHL AL-SHUFI)
18105050069_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (KAJIAN AUTENTISITAS HADIS DALAM KITAB IHYA’ ‘ULUMUDDIN: PERBANDINGAN METODOLOGI ANTARA AHL AL-HADITS DAN AHL AL-SHUFI)
18105050069_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Kajian atas autentisitas hadis sejatinya telah banyak dilakukan oleh para ulama’ dan akademisi, baik yang berkenaan dengan hadis-hadis yang ada di dalam kitab-kitab hadis ataupun kitab-kitab lainnya yang memuat hadis-hadis nabi. Hal ini berfungsi untuk memisahkan antara hadis yang dapat diterima (maqbul) dan hadis-hadis yang harus ditolak (mardud). Dalam melakukan kajian ini, ahli hadis menggunakan lima indikator, di antaranya adalah; (Ittishâl al-Sanad), kuatnya hafalan (Dhabt al-Rawi), keadilan seorang periwayat (‘Adâlat al-Rawi), terhindar dari kejanggalan (‘Adam al-Syudzudz) dan terhindar dari cacat (‘Adam al-‘Illah). Selain istilah kajian autentisitas, dikenal juga istilah kajian keshahihan hadis yang masyhur di kalangan ahli hadis dan bertujuan untuk mengklasifikasikan hadis menjadi beberapa jenis. Di antaranya adalah hadis shahih dan hadis hasan (hadis autentik), serta hadis dha’if (hadis problematik) yang harus ditolak. Melalui penelitian yang didasarkan pada pendekatan deskriptif-komparatif, teori ‘ulumul hadis dan teori komparasi, penulis menemukan adanya perbedaan basis epistemologi yang berimplikasi pada perbedaan cara pandang dan metogologi yang digunakan. Dalam mendasarkan metodologi, ahli hadis menggunakan basis epistemologi bayânî dan burhânî. Kedua basis epistemologi ini menekankan pada adanya pertemuan secara langsung oleh masing-masing periwayat yang didukung oleh teori yang relevan. Sedangkan ahli sufi mendasarkan metodologinya pada epistemologi ‘irfânî, di mana output dari epistemologi ini metodologi yang bersumber pada pengalaman individu dan dzauq. Oleh karenanya, metodologi yang ada tidak selalu mensyaratkan adanya pertemuan secara langsung dengan periwayat yang lain, karena sistem periwayatan dan kajian autentisitas bisa dilaksanakan melalui pertemuan langsung dengan nabi melalui liqa’ al-nabi dan thariq al-kasyf (dimensi batin). Dengan demikian, wajar jika masing-masing kelompok memiliki pandangan yang berbeda atas kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, khususnya pada hadis-hadis yang ada di dalamnya. Hanya saja, terdapat persinggungan kriteria metodologis dan periwayat di antara ahli hadis dan ahli sufi. Hal ini menandakan perhatian besar para ulama’ dari masing-masing kelompok pada hadis Nabi saw. Pada aspek yang lain, al-Ghazali selaku penulis ternyata juga memiliki standart validitas tersendiri terhadap keshahihan sebuah hadis yang disampaikannya di dalam kitab Ihya’. Oleh karena itu, kajian ini menjadi cukup menarik. Dari penelitian ini, penulis menemukan kesimpulan yang bermuara pada adanya tiga sudut pandang dari al-Ghazali, kelompok ahli hadis dan kelompok ahli sufi melalui dasar metodologi masing-masing.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Drs. Indal Abror, M.Ag
Uncontrolled Keywords: Kajian Autentisitas Hadis, Ahli Hadis, Ahli Sufi, Ihya’ ‘Ulumuddin, Abid al-Jabiri.
Subjects: Ilmu Hadits
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Hadis (S1)
Depositing User: S.Sos Sofwan Sofwan
Date Deposited: 06 Oct 2022 08:43
Last Modified: 06 Oct 2022 08:43
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/53939

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum