KESATUAN MISTIKAL DALAM SHATHAHAT ABU YAZID AL-BUSTOMI (DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUDURI)

Kuswiyanto, NIM.: 15510045 (2022) KESATUAN MISTIKAL DALAM SHATHAHAT ABU YAZID AL-BUSTOMI (DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUDURI). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KESATUAN MISTIKAL DALAM SHATHAHAT ABU YAZID AL-BUSTOMI (DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUDURI))
15510045_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview
[img] Text (KESATUAN MISTIKAL DALAM SHATHAHAT ABU YAZID AL-BUSTOMI (DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUDURI))
15510045_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Shathahat sebagai bagian dari salah satu kajian di dalam tasawuf tetap eksis dikaji sampai saat ini. Secara umum Shathahat merupakan ungkapan-ungkapan yang diungkapkan oleh seorang dalam kondisi al-fana’. Terdapat dua pandangan umum terkait dengan Shathahat yaitu, pertama mengaanggap bahwa Shathahat melepaskan diri dari ajaran syari’at, kedua Shathahat adalah hasil dari permenungan dan dalam kondisi tidak sadar sehingga ungkapan yang keluar tidak dapat dipahami. Secara umum penelitian ini termasuk kualitatif dengan jenisnya adalah kepustakaan (library research). Perangkat teori yang digunakan adalah teori Ilmu Hudhuri yang dikemukakan oleh Mehdi Ha’iri Yazdi. sebagai terobosan untuk mengetahui bahwa bentuk shathahat Abu Yazid al-Bustami tidak terjebak pada bahasa mistik. Dalam penafsiran ini menggunakan teori Ilmu Hudhuri dan penyatuan individu melalui emanasi dan penyerapan. Menurut Mehdi Ha’iri Yazdi, Ilmu Hudhuri juga disebut dengan ilmu laduni, yaitu ilmu yang diperoleh dengan “menghadirkan diri”. Menurut Abu Yazid, keadaan atau ucapan seorang yang mengalami shathahat merupakan perbuatan Tuhan. Suasana yang dialaminya menunjukkan bahwa pada saat tersebut Tuhan mendominasi dirinya, sehingga tidak bisa mengendalikan perbuatan atau perkataannya. Semua yang dilakukan berada di luar kesadarannya. Saat seorang sufi mengalami shathahat, bukan manusia yang melebur ke dalam Tuhan, akan tetapi Tuhan lah yang masuk kedalam qalb manusia. Penyatuan ini bisa dipahami melalui Ilmu Hudhuri yang disebut peniadaan atau penyerapan. Fenomena shathahat Abu Yazid al-Bustami dalam perspektif Ilmu Hudhuri Mehdi Ha’iri Yazdi dapat dipilah dalam tiga kondisi. Pertama, sebagai sebuah kondisi mistik yang merupakan sebuah penyatuan. Kedua, shathahat sebagai bahasa mistik. Dan yang ketiga, Metamistik. Bahwa dari mistik dan bahasa mistik disebutkan bahwa Abu Yazid mengalami fase metamistik yang dimulai dari سَكَر (mabuk) lalu زَوَالُ الحِجَاب (tersingkapnya hijab) kemudian غَلَبَةُ الشُّهُود (perkesempurnaan kesaksian). Dari sini terlihat bahwa ia hanya menyaksikan dirinya, menyadari dirinya tanpa yang lain sehingga dia berkata “aku”.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum.
Uncontrolled Keywords: Abu Yazid al-Bustami, Shathahat, Ilmu Hudhuri
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat

TASAWUF
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S1)
Depositing User: Muh Khabib, SIP.
Date Deposited: 18 Oct 2022 15:35
Last Modified: 18 Oct 2022 15:35
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/54307

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum