QUR’ANIC WORLDVIEW RAHMANIAN DI INDONESIA (Studi Pemikiran Nurcholis Madjid, Ahmad Syafii Maarif dan Sahiron Syamsuddin)

Atropal Asparina, S.Th.I, NIM.: 18205010063 (2022) QUR’ANIC WORLDVIEW RAHMANIAN DI INDONESIA (Studi Pemikiran Nurcholis Madjid, Ahmad Syafii Maarif dan Sahiron Syamsuddin). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (QUR’ANIC WORLDVIEW RAHMANIAN DI INDONESIA (Studi Pemikiran Nurcholis Madjid, Ahmad Syafii Maarif dan Sahiron Syamsuddin))
18205010063_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (QUR’ANIC WORLDVIEW RAHMANIAN DI INDONESIA (Studi Pemikiran Nurcholis Madjid, Ahmad Syafii Maarif dan Sahiron Syamsuddin))
18205010063_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (8MB) | Request a copy

Abstract

Kajian metodologi interpretasi al-Qur‟an Fazlur Rahman, Double Movement, sudah mencapai titik jenuh di Indonesia. Hal itu terbukti dari banyaknya pengulangan kajian baik dari segi metodologi atau aplikasi. Rahman tidak saja mempengaruhi “muridmuridnya” di Indonesia dalam sisi metodologi tafsir, melainkan lebih luas dari itu yakni qur‟anic worldview. Semua itu dapat diketahui dari bagaimana para Rahmanian di Indonesia mengadopsi, mengembangkan dan mengaplikasi qur‟anic worldview Rahman secara variatif. Dalam perspektif teori difusi, qur‟anic worldview Rahman menyebar dalam dua cara ke Indonesia: secara interpersonal dan melalui media massa. Tokoh pemikir Nurcholis Madjid (Cak Nur) dan Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii) yang bertemu dan berguru langsung di Chicago University mewakili model interpersonal. Sedangkan tokoh Sahiron Syamsuddin, seorang akademisi ilmu tafsir, terpengaruh melalui media massa. Pertanyaan seputar bagaimana proses persebaran qur‟anic worldview sampai kemudian diadopsi, diimplementasi dan direinvensi (dikembangkan) secara variatif oleh ketiga tokoh itu? Serta sebagai contoh kasus aplikatif, bagaimana ketiga tokoh memandang ayatayat jihad? Akan dielaborasi penuh dalam tesis ini. Hasilnya, ketiga tokoh mengalami “perubahan” signifikan dalam konteks pemikiran masing-masing setelah mengadopsi qur‟anic worldview Rahman. Cak Nur tidak mengalami perubahan “haluan” pemikiran, namun pengaruh Rahman terkait keislaman dan kemodernan sangat terlihat sebelum (1965-1978) dan setelah belajar dengan Rahman (tahun 1985-2005) sampai kemudian dikembangkan menjadi keislamankemodernan- keindonesiaan. Buya Syafii lain lagi, sebelum bertemu Rahman adalah seorang Maududian sejati (1968-1979) yang sangat menginginkan Indonesia menjadi negara Islam. Namun setelah bertemu Rahman (1980-2022) Buya Syafii adalah Rahmanian sejati dan mengadopsi pemikiran Rahman, terutama terkait keislaman dan kemanusiaan, sampai kemudian dikembangkan menjadi keislaman-kemanusiaankeindonesiaan. Adapun Sahiron, sejak studi di McGill University, adalah Syahrurian (1998-2005). Bahkan, Sahiron menjadi tokoh yang memperkenalkan pemikiran Syahrūr di Indonesia. Namun setelah menyelesaikan studi doktoral di Bemberg University, Germany (2006), Sahiron menyadari banyak kelemahan dalam teori Syahrūr. Setelah masa pencarian, sampai tahun 2014, Sahiron menjelma seorang Rahmanian, melalui teorinya Ma‟nā-cum-Maghzā. Uniknya, jika Cak Nur mengembangkan qur‟anic worldview Rahman, secara filosofis, Buya Syafii lebih memilih jalur intelektual publik yang menulis secara populer di media massa, sedangkan Sahiron jelas teoritikmetodologis. Dalam memandang ayat-ayat jihad, ketiganya mempunyai aksentuasi dan gaya yang variatif. Cak Nur mengelaborasi jihad secara filosofis dalam kerangka keislamankemodernan- keindonesiaan. Jihād yang lebih fisikal tidak boleh didikotomi dengan ijtihād (dimensi intelektual) dan mujāhadah (spiritual), termasuk dalam memahami baik ayat al-Qur‟an atau konsep dār as-salām dan dār al-harb. Buya Syafii menekankan jihād sebagai perjuangan kemanusiaan dalam membangun peradaban manusia yang “Islami”. Hanya memaknai jihād dalam arti perang atau aksi kekerasan, sama dengan harakiri peradaban. Adapun Sahiron, melalui pendekatan Ma‟nā-cum-Maghzā berhasil mewacanakan maghzā-dinamis dari setiap ayat-ayat jihad dalam al-Qur‟an sebagai berpesan dasar perdamaian.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A.
Uncontrolled Keywords: Cak Nur; Fazlur Rahman; tauhid; spirit moral; jihad
Subjects: Qur'an Hadis
Tauhid
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S2) > Studi al Qur'an dan Hadits
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 18 Nov 2022 14:28
Last Modified: 18 Nov 2022 14:28
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55148

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum