PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG TEORI HADIS MUTAWATIR

Benny Afwadzi, N\IM.: 08530029 (2012) PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG TEORI HADIS MUTAWATIR. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG TEORI HADIS MUTAWATIR)
BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG TEORI HADIS MUTAWATIR)
BAB II, III, IV, V.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (8MB) | Request a copy

Abstract

Dalam ranah ‘Ulum al-Hadis, hadis jika dilihat dari segi kualitas terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sahih, hasan, dan daif. Namun, apabila ditelaah dari sudut kuantitasnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni mutawatir dan ahad. Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi dengan kuantitas yang banyak dalam setiap tabaqah-nya, yang menurut nalar dan kebiasaan tidak mungkin bersekongkol untuk berdusta. Sedangkan hadis ahad dikatakan sebagai hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir. Pada umumnya, hadis lebih banyak yang memiliki berpredikat ahad daripada mutawatir. Menurut mayoritas sarjana muslim, berita yang ditransimiskan secara mutawatir mempunyai pengetahuan pasti (ilm al-Daruri), sehingga otentisitasnya tidak dapat diganggu gugat lagi. G.H.A. Juynboll (1935-2010) merupakan salah satu sarjana barat dan pakar di bidang sejarah perkembangan awal hadis dari Universitas Leiden Belanda, yang mengkaji teori ini dalam beberapa penelitiannya. Dengan berbekal hal tersebut, maka penelitian ini akan mengungkap paling tidak dua pesoalan, yakni bagaimana pemikiran Juynboll tentang teori hadis mutawatir dan metode apa yang dipakai dalam menganalisisnya? Penelitian ini bersifat kepustakaan murni (library research) yang didasarkan pada tiga karya Juynboll sebagai sumber primer, yaitu buku Muslim Tradition; Studies in Chronology, Provenance, and Authorship of Early Hadith, artikel (Re) Appraisal of Some Technical Term in Hadith Science dan buku Encyclopedia of Canonical Hadith. Ditambah dengan karyanya yang lain serta berbagai buku terkait tema yang dibahas sebagai sumber sekunder. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif, taksonomi, interpretatif, dan komparatif. Dari penelitian ini terungkap jawaban, yaitu Juynboll memandang bahwa ke-mutawa>tir-an sebuah hadis bukanlah jaminan hadis tersebut otentik dari Nabi. Ini merupakan hasil penelitiannya dengan metode argumentum e-silentio pada hadis niyaha dan man kazaba dalam karyanya Muslim Tradition. Pendapatnya ini kemudian diperkuat dengan penelitian selanjutnya dengan metode common link pada seluruh hadis yang dianggap mutawatir. Ia dengan kongklusi yang lebih meyakinkan menyatakan bahwa dalam literatur hadis tidak mungkin ditemukan hadis mutawatir lafzi. Sedangkan untuk mutawatir ma’nawi hanya terjadi pada sejumlah kasus yang terbatas dengan kriteria yang tidak baku dan tidak tersusun secara jelas. Apabila dipaparkan secara individual, maka tidak bisa masuk dalam kriteria mutawatir. Kongklusinya ini dipengaruhi oleh pemahaman Juynboll pada teori mutawatir sebagai sebuah transmisi yang diriwayatkan secara ganda, bukan dalam bentuk tunggal dari satu generasi pada generasi selanjutnya. Meskipun secara umum pemikiran Juynboll agak berbeda dengan mayoritas sarjana hadis muslim, tetapi penulis menemukan beberapa persamaan dengan beberapa sarjana. Misalnya, Ibnu Hibban al-Busti yang menyatakan bahwa tidak mungkin ditemukan hadis mutawatir dalam literatur hadis; Al-‘Iraqiyang menganggap bahwa hadis man kazaba tidak dapat disebut mutawatir, sebab mayoritas isnad-nya lemah; begitu pula Al-Laknawi yang menjelaskan bahwa hadis tersebut tidak menyediakan tingkat pengetahuan yang dibutuhkan pada level tawatur. Mengenai pemikiran Juynboll sendiri, penulis menemukan inkonsistensi, yakni terkait dengan siapa yang menyebarkan hadis man kazaba. Dengan metode yang berbeda tetapi masih dalam bingkai pemikirannya (e-silentio dan common link), ia menghasilkan temuan yang berbeda. Selain itu juga dalam research-nya, Juynboll terlihat melupakan varian lain dari hadis mutawatir, yakni mutawatir ‘amali. Walapun begitu, ia juga mempunyai kelebihan, diantaranya adalah mampu memformulasikan teori mutawatir menjadi lebih jelas dan tegas, dan menggunakan al-Qur’an sebagai tolak ukur dasar dalam proses pembuktikan otentisitas hadis mutawatir serta melahirkan budaya kritis terhadap semua hadis, tak terkecuali hadis mutawatir.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Prof. Dr. Suryadi, M. Ag.
Uncontrolled Keywords: G.H.A. Juynboll, Teori Hadis, Mutawatir
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: S.Sos Sofwan Sofwan
Date Deposited: 29 Nov 2022 15:34
Last Modified: 29 Nov 2022 15:34
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/55257

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum