EKOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN: PENAFSIRAN QS AR-RUM AYAT 40-45 ANALISIS MA’NACUM MAGHZA

Febry Arianto, NIM.: 19205032060 (2022) EKOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN: PENAFSIRAN QS AR-RUM AYAT 40-45 ANALISIS MA’NACUM MAGHZA. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (EKOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR‟AN: PENAFSIRAN QS AR-RUM AYAT 40-45 ANALISIS MA’NACUM MAGHZA)
19205032060_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img] Text (EKOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR‟AN: PENAFSIRAN QS AR-RUM AYAT 40-45 ANALISIS MA’NACUM MAGHZA)
19205032060_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (7MB) | Request a copy

Abstract

Latar belakang penelitian ini berangkat dari krisis lingkungan di Kalimantan Timur dan keyakinan fundamental umat Islam yang menjadikan Al- Qur‟an sebagai jawaban setiap problem sosial yang dihadapinya di setiap zaman, maka kajian tafsir ekologi menjadi diskursus yang sangat penting untuk dilakukan, agar dapat menuntun manusia untuk mengelola alam dengan baik. Sehingga diperlukan analisis penafsiran yang mampu mengungkap pesan Al-Qur‟an sesuai dengan konteks kekinian, Maka dari itu, penelitian ini berusaha mengisi ruang kajian tersebut dengan menafsirkan QS Ar-Rum ayat 40-45 menggunakan pendekatan hermeneutika. Penelitian ini merupakan kajian pustaka (library reseach), dengan metode tematik (maud}ui) yang dianalisis menggunakan teori ma’na cum maghza. Teori ma’na cum maghza pada intinya mengungkap 3 hal pokok pertama: mengungkap makna historis (al-ma’na at-tarikhi) dengan melakukan tahapan analisis bahasa, intratekstualitas, intertekstualitas, dan analisis konteks historis. Kedua menangkap al-maghza al-ayah (maksud ayat) atau signifikansi historis dan ketiga mengungkap signifikansi dinamis (al-maghza al-mutah}arrik al-ma’asir) khususnya dalam konteks krisis lingkungan di Kaltim. Maka hasilnya adalah al-ma’na at-tarikhi: kata syirik berarti menyekutukan Allah, termasuk mempertuhankan hawa nafsu dan riya’, fasad: kerusakan dalam ranah agama dan sosial, kafir: menutup diri dari keimanan dan mengingkari nikmat yang Allah berikan, ad-din al-qayyim: agama yang lurus (tauhid) terbebas dari kesyirikan dan kata sholih berarti baik, lawan dari fasad. Kemudian dari pengertian itu ditarik signifikansi historis ayat yaitu: pertama, larangan menyekutukan Allah dan melakukan kerusakan (kerusakan dalam norma agama dan sosial), kedua, kerusakan yang nampak di muka bumi adalah hukuman dari Allah, karena perbuatan manusia itu sendiri, ketiga: nabi Muhammad dan umatnya diperintahkan untuk mengambil pelajaran dari akibat kesyirikan umat-umat terdahulu dan kemudian kembali pada agama yang lurus, keempat setiap orang akan menerima balasan atas kekafiran dan amal sholihnya kelak di hari kiamat. Sehingga diperoleh al-maghza al-mutah}arrik al-ma’asir khususnya dalam konteks krisis di Kaltim sebagai berikut: pertama kerusakan akidah (kesyirikan) menyebabkan kerusakan prilaku dan moral (ijon politik, korupsi, merusak lingkungan) kedua, kerusakan lingkungan dan kutukan sumber daya disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri, ketiga melakukan evaluasi dan kembali hidup sesuai tuntunan syariat, keempat menjauhi kekufuran dan menjadi sosok yang mushlih dan istihlah. Sehingga diperoleh teori konservasi lingkungan di Kaltim yaitu tauhid, adil, amanah dan al-is}tih}lah.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A
Uncontrolled Keywords: Lingkungan, Tafsir Ekologi, Al-Ma’na at-Tarikhi
Subjects: Tafsir Al-Qur'an
Islam dan Lingkungan
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur'an dan Tafsir (S2)
Depositing User: Muh Khabib, SIP.
Date Deposited: 27 Feb 2023 08:46
Last Modified: 27 Feb 2023 08:46
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/56603

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum