Metode Memahami Hadis :Tetang Iman, Islam dan Ihsan Secara Integratif

Muhammad Yusuf, - Metode Memahami Hadis :Tetang Iman, Islam dan Ihsan Secara Integratif. Kalimedia, Yogyakarta. ISBN 978-623-7885-31-3

[img] Text (Metode Memahami Hadis Tetang Iman, Islam dan Ihsan Secara Integratif)
Metode Memahami Hadis Tetang Iman, Islam dan Ihsan Secara Integratif.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (7MB)
[img]
Preview
Text (Surat)
surat-surat-pernyataan1681861183.pdf - Published Version

Download (18kB) | Preview

Abstract

Makna iman dapat ditinjau dari perspektif kebahasaan, perspektif al-Qur’an dan perspektif hadis. Menurut bahasa, kata i>ma>n berasal dari akar kata a-m-n mengandung makna tentram, tenang, aman, jujur atau dapat dipercaya, dan tidak khianat. Adapun i>ma>n merupakan kata nominal dari kata dasar a>mana– yu’minu, yaitu perubahan bentuk kata dasar a-m-n yang ditambah huruf hamzah pada bagian fa>’ fi’l-nya (s\ula>s\i> mazi>d bi h}arf wa>h}id) yang berarti memiliki rasa aman (s} a> ra z\ a> amn) atau menjadikannya aman (ja’alahu ya’man). Pengertian i>ma>n yang berarti mempercayai (was\iqa bi) dan membenarkan (s}addaqa) terambil dari a>mana –yu’minu bi. Lawan katanya adalah kufr (pengingkaran). Sedangkan menurut al-Qur’an, iman meliputi makna asal, makna istilah (terminologis), dan identifikasi karakter iman. Makna asal iman adalah tas}di>q (membenarkan). Sebagai istilah, iman berarti menunjukkan ketundukan dan penerimaan pada syariat, yang disertai dengan keyakinan dan pembenaran dalam hati. Adapun identifikasi karakter iman meliputi sifat-sifat iman, di antaranya seperti khusyu’ dalam ibadah; menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna; menunaikan zakat; menjaga kemaluan kecuali terhadap pasangan yang sah; memelihara amanat-amanat dan janji; memelihara shalat; berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa di jalan Allah; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya; menepati janjinya; sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan; dan lain-lain. Iman secara definitif dalam hadis dinyatakan sebagai pembenaran dengan hati, ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota badan. Wilayah keimanan minimal meliputi iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab- Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhir, dan iman kepada Qadar baik dan buruk. Selain itu, juga iman kepada kematian, kebangkitan setelah kematian dan hal-hal yang menyangkut kehidupan alam akhirat. Adapun karakter iman menurut hadis meliputi pelaksanaan kewajiban-kewajiban agama, di antaranya seperti jihad di jalan Allah; menahan diri dari perbuatan jahat; mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari apapun; mencintai manusia karena Allah; benci untuk kembali pada kekufuran; shalat; puasa Ramadan; naik haji; menunaikan zakat; melaksanakan amanah, suka membantu dan memberi sedekah kepada orang lain, menghormati tamu dan tetangganya, tidak melakukan perbuatan dosa, dan lain-lain. Iman dalam konteks sosial-humanistik sebagaimana yang terekam dalam literatur hadis memiliki jangkauan yang luas dan ruang lingkup yang tak terbatas. Ini tersirat dari informasi hadis bahwa iman memiliki 63 atau 73 lebih bagian (cabang). Dapat dikatakan, bahwa iman meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Karena sejatinya semua amal perbuatan seorang muslim didahului oleh niat untuk berbuat. Sedangkan niat adalah komunikasi manusia dengan Tuhan di dalam hati berkenaan dengan motivasi dan tujuan perbuatannya. Walaupun segi-segi sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan iman cukup luas jangkauan dan ruang lingkupnya, namun berdasarkan literatur-literatur hadis yang merekam operasional iman dalam aktivitas sosial Rasulullah dapat dirumuskan nilainilai esensial dan universal sehingga memungkinkan untuk dimanifestasikan dalam konteks kekinian. Dalam konteks sosial atau sering disebut mu’a>malah, dikenal kaidah, “al- As}l fi> al-asyya>’ al-iba>h}ah illa> iz\a> ma> dalla al-dali>l ‘ala> khila>fih” atau “Pada dasarnya, segala sesuatu adalah boleh kecuali ada dalil yang menunjukkan sebaliknya (melarangnya).” Dengan kata lain, apapun bentuk aktivitas sosial kemanusiannya haruslah berlandaskan nilai-nilai esensial (makna dalam) dan universal itu. Di antaranya adalah prinsip tolong-menolong, prinsip kasih sayang dan saling menghormati, prinsip amr bi al-ma’ru>f wa nahy ‘an al-munkar, prinsip kejujuran, dan prinsip keteladanan. Karena, perbuatan seorang muslim tidak hanya menyangkut perbuatan hati, tetapi juga menyangkut perbuatan lisan dan aksi fisik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (humanity values) dalam batas-batas rasional tertentu. Beberapa etika perilaku sosial humanistik di dalam hadis-hadis Nabi yang bersumber dari prinsip-prinsip di atas seperti etika filantropi, etika bertamu dan menjamu tamu, etika berbicara, etika bertetangga, dan etika pergaulan. Apapun bentuk aktivitas sosial kemanusiaan, baik secara individual maupun secara sosial-kemasyarakatan prinsip-prinsip di atas tidak boleh dilepaskan. Karena karakter prinsip-prinsip ini memiliki nilai-nilai universal yang tidak akan usang dan lapuk ditelan masa. Maka dalam implementasinya, selalu terbuka untuk dikembangkan disesuaikan dengan semangat dan situasi zaman, dinamika dan kondisi masyarakat dengan mengedepankan relevansi dan aktualisasi kapan dan dimana pun (shalih likulli zaman wa makan)

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: Hadis, Iman, Islam, Ihsan
Subjects: Hadis
Divisions: Buku
Depositing User: Dra. Khusnul Khotimah, SS, M.IP -
Date Deposited: 19 Apr 2023 06:53
Last Modified: 19 Apr 2023 06:57
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58115

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum