PENAFSIRAN AYAT-AYAT MENYUSUI PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI (STUDI TAFSIR BAHR AL-MUIT DAN TAFSIR AL-MARAGI)

Nur Fauziyah, NIM.: 18205010110 (2023) PENAFSIRAN AYAT-AYAT MENYUSUI PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI (STUDI TAFSIR BAHR AL-MUIT DAN TAFSIR AL-MARAGI). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PENAFSIRAN AYAT-AYAT MENYUSUI PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI (STUDI TAFSIR BAHR AL-MUIT DAN TAFSIR AL-MARAGI))
18205010110_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PENAFSIRAN AYAT-AYAT MENYUSUI PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI (STUDI TAFSIR BAHR AL-MUIT DAN TAFSIR AL-MARAGI))
18205010110_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB) | Request a copy

Abstract

Menyusui merupakan proses yang harus diupayakan oleh ibu secara optimal karena di dalam ASI mengandung nutrisi yang tepat bagi bayi yang tidak ditemukan dalam makanan atau produk lain, bahkan susu formula sekalipun. Hasil dari berbagai riset menunjukkan ASI banyak mengandung AA dan DHA yang sangat baik bagi pertumbuhan fisik maupun otak sehingga meningkatkan IQ dan EQ anak. Menyusui tidak bisa hanya dilihat sebagai fitrah perempuan, karena dalam Al-Qur’an jelas terdapat perintah untuk menyusui. Penulis mengambil dua tokoh yakni Abu Ḥayyān dan al-Marāgi dalam menafsirkan ayat-ayat menyusui yang kemudian digali mengunakan perspektif tafsir maqasidi. Dalam penelitian ini penulis mengangkat dua masalah, pertama, bagaimana penafsiran Abu Ḥayyān dan Mustafa al-Maragi, kedua bagaimana penafsiran ayat-ayat menyusui perspektif tafsir maqāṣidi. Penulis memilih tafsir maqaṣidi Abdul Mustaqim sebagai pisau analisis. Dimana teori ini memposisikan sebagai tengah-tengah antara penafsiran tektualis dan penafsiran liberalis dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran yang telah ditetapkan para ulama terdahulu. Hasil dari penafsiran kedua tokoh tersebut tidak memberikan perbedaan yang cukup signifikan, hanya saja menurut al-Marāgi kewajiban menyusui merupakan kewajiban seorang ibu baik yang masih berstatus istri atau yang sudah dicerai. Sedangkan menurut Abu Hayyan menyusui merupakan kewajiban seorang ayah, sedangkan ibu tidak memikul beban wajib hanya saja yang paling berhak menyusui adalah ibu kandung. Sedangkan untuk masa menyusui keduanya sepakat bahwa menyusui selama dua tahun adalah waktu yang ideal, namun apabila ingin menyapih sebelum dua tahun juga diperbolehkan atas kesepakatan kedua orangtua dan tidak membahayakan bagi bayi. Penafsiran atas ayat-ayat menyusui ini kemudian penulis analisis menggunakan teori tafsir maqāṣidi yang dikembangkan oleh Abdul Mustaqim. Teori tafsir maqasidi sebagai sebuah metodologi mengharuskan peneliti untuk mengkonstruksi ulang dan mengembangkan penafsiran al-Qur’an yang berbasis pada maqaṣid asy-syari’ah dan maqaṣid al-Qur’an. Hasil dari analisis yang dilakukan penulis menemukan signifikansi yang sesuai prinsip maqāṣid asy-syari’ah dan maqaṣid al-Qur’an. Prinsip Maqaṣid al-syariah terejawentahkan dalam hifz al-nafs dan hifz an-nasl. Sedangkan dalam nilai-nilai fundamental al-Qur’an terdapat kesesuaian diataranya nilai al-musawah (kesetaraan), Al-Ḥurriyyah Ma‘a’l Mas’uliyyah (kebebasan beserta tanggung jawab), dan al-Insāniyyah (humanisme).

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag,
Uncontrolled Keywords: menyusui; Abu Ḥayyan; Musṭafa al-Maragi; tafsir Maqasidi
Subjects: Aqidah Filsafat
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta > Aqidah Filsafat
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S2) > Studi al Qur'an dan Hadits
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 26 May 2023 08:35
Last Modified: 26 May 2023 08:35
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/58884

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum