TRANSFORMASI KRITERIA FAKIR DAN MISKIN SEBAGAI MUSTAHIQ DALAM PENYALURAN ZAKAT MENURUT AL-QUR’AN (IMPLEMENTASI METODE PENAFSIRAN KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED)

T.M. Rizal, NIM.: 19205010057 (2023) TRANSFORMASI KRITERIA FAKIR DAN MISKIN SEBAGAI MUSTAHIQ DALAM PENYALURAN ZAKAT MENURUT AL-QUR’AN (IMPLEMENTASI METODE PENAFSIRAN KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (TRANSFORMASI KRITERIA FAKIR DAN MISKIN SEBAGAI MUSTAHIQ DALAM PENYALURAN ZAKAT MENURUT AL-QUR’AN (IMPLEMENTASI METODE PENAFSIRAN KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED))
19205010057_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (TRANSFORMASI KRITERIA FAKIR DAN MISKIN SEBAGAI MUSTAHIQ DALAM PENYALURAN ZAKAT MENURUT AL-QUR’AN (IMPLEMENTASI METODE PENAFSIRAN KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED))
19205010057_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (4MB) | Request a copy

Abstract

Perkembangan kriteria fakir dan miskin telah mengalami perubahan baik parameter yang digunakan untuk mengukur standarisasi, karena kemajuan pesat teknologi dan kreativitas manusia, sehingga mempengaruhi problema yang dialami umat Islam dari masa lalu baik masa Rasulullah sebagai penerapan langsung dari QS. at-Taubah [9]; 60,” masa sahabat, maupun masa tabi’in-tabi’in berbeda dengan keadaan saat ini. Sebab istilah "fakir" dan "miskin" tidak didefinisikan dalam al-Qur'an secara definitif. Maka diperlukan para ahli dalam mengembangkan pemikiran dengan menganalisis tentang fakir dan miskin untuk merumuskan berbagai defenisi, makna, konsep dan kriteria kemiskinan, agar dapat dijadikan sebuah rujukan atau pedoman dalam penanggulangan kemiskinan. Perbedaan pendapat pada saat ini, disebabkan belum ada definisi universal tentang kemiskinan, hal ini menunjukkan kompleksitas dan kesulitan penyelesaian masalah kemiskinan. Al-Qur'an juga tidak memberikan penjelasan yang pasti tentang kriteria serta perbedaan antara fakir dan miskin, sehingga hal tersebut dapat berubah. Namun, satu hal yang pasti disebut dalam al-Qur'an, bagi siapa saja orang-orang yang membutuhkan bantuan adalah orang fakir dan miskin. indikator pada kriteria fakir miskin penting untuk diketahui sebagai penentuan fakir dan miskin secara layak menerima zakat atau dalam penyaluran zakat yang dilakukan oleh lembaga resmi pemerintah dan juga dapat dilakukan secara langsung oleh orang yang berniat membayar zakat yang dikenal dengan istilah muzakki kepada fakir dan miskin. Maka yang akan dibahas dalam tulisan ini, —Pertama— Bagaimana transformasi kriteria fakir dan miskin sebagai mustahiq dalam penyaluran zakat melalui metode penafsiran kontekstual Abdullah Saeed, —Kedua— Bagaimana polarisasi transformasi kriteria fakir dan miskin sebagai mustahiq zakat dan —Ketiga— Bagaimana analisis transformasi kriteria fakir dan miskin sebagai mustahiq dalam penyaluran zakat menurut al-Qur’an untuk optimaslisasi pada pemberdayaan zakat. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoretis dan praktis tentang konsep standar, kriteria serta paremeter yang dapat digunakan dalam menentukan fakir dan miskin sebagai mustahiq sebagaimana fungsi zakat bagi kehidupan, memberikannya manfaat yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah sosial—ekonomi, mengangkat derajat dari golongan yang lemah, membantu dalam pengentasan kemiskinan serta tercapainya kemaslahatan dalam mengubah mustahiq menjadi Muzakki. Dalam menemukan jawaban dari masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah metodologi penafsiran kontekstual milik Abdullah Saeed, yaitu —Pertama— Menentukan yang akan ditafsirkan, —Kedua— Analisis kritis terhadap teks linguistik, konteks sastra, bentuk sastra, dan ayat-ayat yang berkaitan, —Ketiga— Makna bagi penerima pertama. Lalu data-data tersebut akan dianalisis dengan kritis dan sistematis, —Keempat— Mengkontekstualisasikan guna mengungkap bentuk aplikatif dari pendekatan penafsiran milik Abdullah Saeed dalam menghasilkan kesimpulan suatu jawaban mengenai pertanyaan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini secara jelas dan akurat. Temuan penelitian sebagai berikut untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini: — Pertama— Teks-teks fakir dan miskin dalam al-Qur’an memiliki relasi dengan kondisi masyarakat muslim pada saat ayat al-Quran turun menggambarkan realitas fakir dan miskin secara jelas sebagai masyarakat yang tidak memiliki kemampuan finansial. Teks-teks fakir dan miskin yang kondisional ini, menurut penafsiran Abdullah Saed harus dikontekstualisasikan dengan realitas masyarakat di suatu tempat dan waktu tertentu. Identifikasi dan deskripsi fakir dan miskin tidak statis dan jumud, maka amil harus mampu membuat parameter aktual sebagai dasar untuk mengklasifikasikan masyarakat fakir dan miskin secara jelas. Abdullah Saeed menegaskan bahwa pada identifikasi dasar fakir dan miskin mutlak dibuat separasi yang jelas bahwa dua golongan ini berbeda dalam pluralisme ekonomi masyarakat, sehingga dikotomi dari sisi kemampuan finansial harus dilakukan supaya tidak bias dalam tataran implementasi pembagian zakat untuk kedua mustahiq ini. — Kedua— Pola transformasi pada re-interpretasi fakir dan miskin sebagai mustahiq zakat dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa standar yang jelas, terutama dengan menggunakan pola dasar yang dikeluarkan pemerintah yang harus membuat indikator yang jelas tentang fakir dan miskin ataupun masyarakat pra sejahtera dalam implementasi berbagai programnya untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Untuk objektifitas dan validitas pada pola klasifikasinya, digunakan pola dan parameter dari Dinas Sosial, Baznas dan BPS yang memiliki responsibilitas data dan juga penanganan masyarakat prasejahtera melalui program Dinsos dan Baznas yang harus mampu meningkatkan strata finansial dan kesejahteraan masyarakat fakir dan miskin, atas data inilah diketahui tingkat keberanjakan ekonomi masyarakat fakir dan miskin yang berhak menjadi mustahiq zakat meskipun secara finansial sudah lebih mapan dari sisi pemenuhan kebutuhan dasar baik tempat tinggal, pakaian dan makanan yang harus mampu memenuhi kebutuhan primernya meskipun belum seimbang dan baik sesuai dengan parameter yang dibuat pemerintah. — Ketiga— Kriteria fakir dan miskin selalu berubah, karena parameter dan standarisasi yang beragam dan berbeda-beda sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah namun dalam implementasinya juga harus disesuaikan dengan keadaan dan kondisi setempat, yang realitasnya pasti berbeda-beda. Dalam penyalurannya dapat disalurkan dengan skema konsumtif atau produktif, tetapi dalam mengoptimalisasikan penyaluran secara ideal menggunakan skema yang produktif, tetapi tidak menegasikan skema konsumtif, namun persentasenya tidak terlalu besar dalam skema konsumtif, disalurkan menggunakan dua skema yaitu skema konsumtif dan produktif, sehingga pada skema produktif zakat dapat menjadi sebagai intsrumen yang berada di garda terdepan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberikan semangat penuh kepada mustahiq agar mempunyai semangat tinggi untuk mengangkat harkat martabat, kualitas dan taraf hidup masyarakat dari mustahiq menjadi muzakki.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing:Dr. Shofiyullah MZ, S.Ag., M.Ag
Uncontrolled Keywords: Fakir, Miskin, Transformasi, Mustahiq
Subjects: Hukum Islam > Zakat
Tafsir Al-Qur'an > Tafsir Al Qur'an - Metode
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Aqidah dan Filsafat Islam (S2) > Studi al Qur'an dan Hadits
Depositing User: Muh Khabib, SIP.
Date Deposited: 16 Jun 2023 10:28
Last Modified: 16 Jun 2023 10:28
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59167

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum