PENAFSIRAN QS.AN-NAHL [16]: 43-44 PERSPEKTIF HERMENEUTIKA MA’NA CUM MAGZA

Miftahur Rohmah, NIM.: 21205031005 (2023) PENAFSIRAN QS.AN-NAHL [16]: 43-44 PERSPEKTIF HERMENEUTIKA MA’NA CUM MAGZA. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PENAFSIRAN QS.AN-NAHL [16]: 43-44 PERSPEKTIF HERMENEUTIKA MA’NA CUM MAGZA)
21205031005_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PENAFSIRAN QS.AN-NAHL [16]: 43-44 PERSPEKTIF HERMENEUTIKA MA’NA CUM MAGZA)
21205031005_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Penafsiran QS.An-Naḥl [16]:43 telah direkontruksi mufasir kontemporer yang berfokus pada identitas kerasulan. Kata rijāl dalam QS.An-Naḥl [16]:43 terdapat indikasi makna perempuan yang dikorelasikan dengan “rijāl” di ayat lain dalam al-Qur’an seperti pada QS.Al-A’rāf [7]:46 dan 48, QS.Al-Jinn [72]:6, QS.At- Taubah [9]:108. Hal ini menunjukkan terdapat tendensi perbedaan dalam menginterpretasikan penafsiran pada periode masa sebelumnya. Seperti Al- Qurṭubī sosok mufasir abad ke-7 Hijriyah yang menyetujui adanya Nabi perempuan tetapi menegasikan terdapat Rasul perempuan yang tersirat dalam QS.An-Naḥl [16]:43. Kecenderungan perbedaan asumsi penafsiran dipengaruhi oleh latar belakang konteks masa penafsir. Sehingga arketipe periode mufasir kontemporer membawa kebaharuan terkait identitas kerasulan. QS.An-Naḥl [16]:43 yang diklaim sebagai ayat kerasulan mengakibatkan adanya pengabaian untuk memahami pesan ayat secara keseluruhan. Maka dari itu, penelitian ini berfokus mengkaji makna historis, signifikansi historis, dan signifikansi dinamis kontemporer dari QS.An-Naḥl [16]:43-44 dengan tujuan menemukan makna yang progresif, komprehensif, dan kompatiber di era sekarang. Penelitian ini diaplikasikan dengan menggunakan metode kualitatif kajian kepustakaan yang diperoleh dari sumber-sumber data terkait penelitian dengan teori pendekatan ma’nā cum magzā. ma’nā cum magzā terbilang sebagai pendekatan jalan yang seimbang dalam memahami al-Qur’an diantara berbagai aliran penafsiran di era kontemporer. Teori ini dipilih karena mempunyai alat kerja yang terstruktur dan komprehensif dalam penawaran tafsir al-Qur’an, karena telah menyatukan perangkat ilmu klasik dengan multidisiplin ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa QS.An-Naḥl [16]:43-44 hakekatnya tidak berfokus pada problematika identitas kerasulan, tetapi dengan pendekatan ma’na cum magza mempunyai beberapa aspek hasil : pertama, makna historis yang menunjukkan adanya keterkaitan pernyataan kaum Quraisy yang meragukan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan, pembuktian sosok manusia yang diutus dibuktikan dengan perintah bertanya kepada ahlu aż-żikr yang mengetahui kemukjizatan para Rasul, dan wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah al-Qur’an. Kedua, signifikansi historis, pesan ayat berupa penegasan bahwa Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah dan wahyu tersebut menjadi poin penting dalam menyampaikan dakwah. Sehingga pesan secara objektif mengacu pada orang yang berdakwah harus dibekali dengan ilmu, orang yang mempunyai ilmu harus menyampaikan, dan perintah bertanya kepada profesionalitas keilmuan. Ketiga, signifikansi dinamis kontemporer bahwa pentingnya mempunyai kompetensi kebutuhan modal ilmu dalam berdakwah yang meliputi beberapa strategi pendekatan aspek sosiologi, psikologi, kultural dan perintah bijak bertanya kepada profesionalitas keilmuan (ahli dalam bidangnya).

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Dr. Mahbub Ghozali
Uncontrolled Keywords: QS.An-Naḥl [16]:43-44, Ma’na cum Magza, Dakwah, Profesional
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur'an dan Tafsir (S2)
Depositing User: Muh Khabib, SIP.
Date Deposited: 13 Jul 2023 09:18
Last Modified: 13 Jul 2023 09:24
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/59847

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum