PEMAKNAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM RUTINAN LATIFAN DI DUSUN KEDIWUNG, DLINGO, BANTUL (STUDI LIVING QUR’AN)

Fina Alifah, NIM.: 19105030064 (2023) PEMAKNAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM RUTINAN LATIFAN DI DUSUN KEDIWUNG, DLINGO, BANTUL (STUDI LIVING QUR’AN). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (PEMAKNAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM RUTINAN LATIFAN DI DUSUN KEDIWUNG, DLINGO, BANTUL (STUDI LIVING QUR’AN)) 19105030064_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (4MB) | Preview
	Text (PEMAKNAAN AYAT AL-QUR’AN DALAM RUTINAN LATIFAN DI DUSUN KEDIWUNG, DLINGO, BANTUL (STUDI LIVING QUR’AN)) 19105030064_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini membahas pemaknaan pembacaan ayat Al-Qur’an dalam rutinan latifan di Dusun Kediwung dengan analisis teori tindakan sosial Max Weber. Rutinan ini dilaksanakan setiap satu minggu sekali pada waktu malam hari. Dalam rutinan tersebut terdapat pembacaan beberapa surah dalam Al-Qur’an, yaitu Q.S. Al-Fatihah, Q.S. Al-Syura ayat 19, Q.S. Al-Baqarah ayat 255, Q.S. Al-Insyirah, Q.S. Al-Qadr, dan Q.S. Al-Kautsar. Penelitian skripsi ini dilakukan untuk mengetahui praktik pelaksanaan rutinan latifan dan makna dari pelaksanaan pembacaan Ayat-ayat Al-Qur’an kemudian dianalisis menggunakan teori tindakan sosial Max Weber. Tindakan sosial merupakan suatu tindakan yang memiliki makna dan ditujukan kepada orang lain. Jenis penelitian ini adalah field research guna mendapatkan hasil dari rumusan masalah. Data yang diperoleh hasil dari wawancara dengan tokoh agama, tetua desa dan masyarakat yang mengikuti kegiatan rutinan tersebut. Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder berupa buku, jurnal, artikel dan hasil penelitian para ahli yang sesuai dengan yang akan diteliti. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk analisi data menggunakan reduksi data, display data dan verifikasi. Dalam penelitian ini menggunkan analisis tindakan sosial Max Weber yang dikategorikan empat tipe yaitu, tindakan rasional instrumental, tindakan rasional nilai, tindakan tradisional dan tindakan afektif. Hasil dari penelitian ini yaitu: pertama proses pelaksanaan rutinan latifan diawali dengan pembacaan tawasul, pembacaan beberapa surah dalam Al-Qur’an yaitu, Q.S. Al-Fatihah, Q.S. Al-Syura ayat 19, Q.S. Al-Baqarah ayat 255, Q.S. Al-Insyirah, Q.S. Al-Qadr, Q.S. Al-Kautsar. Kemudian pembacaaan tahlil, sholawat barzanji, ceramah agama, istitahat dan terakhir penutup. Kedua, makna pembacaan ayat Al-Qur’an dalam rutinan latifan adalah mengabulkan hajat, memperoleh ketenteraman hati, melindungi diri dari orang yang berniat jahat kepada kita, mempermudah rezeki, mempererat tali persaudaraan, sedekah dan zikir. Rutinan latifan termasuk dalam living qur’an dan dapat dikategorikan sebagai tindakan sosial, maka peneliti menggunakan teori tindakan sosial Max Weber dalam menganalisis penelitian ini. Terdapat empat kategori teori Max Weber, pertama analisis tindakan sosial rasionalitas instrumental yaitu masyarakat Dusun Kediwung melaksanakan rutinan latifan sebagai media dalam mengabulkan hajat, memperoleh ketenteraman hati, melindungi diri dari orang yang berniat jahat kepada kita, mempermudah rezeki, mempererat tali persaudaraan, shodaqoh dan zikir. Kedua tindakan rasionalitas nilai yaitu dalam melaksanakan rutinan latifan selalu mengharapkan pahala dan berkah. Ketiga tindakan afektif ialah perasaan emosiaonal masyarakat ketika sendiko dawuh kepada guru mereka, K.H. Marzuki ketika diperintahkan untuk mengamalkan rutinan latifan tersebut. keempat tindakan tradisional, rutinan latifan berawal dari sesepuh Giriloyo yang sudah turun temurun sampai kepada masyarakat Dusun Kediwung dan masih terlaksana sampai sekarang.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item