TAFAKKUR DI BULAN RAMADHAN

A. RAHMAN, ASYMUNI (1976) TAFAKKUR DI BULAN RAMADHAN. Al Jamiah, Vol.17 (No.14). pp. 1-5. ISSN 2338-557X

[img]
Preview
Text (TAFAKKUR DI BULAN RAMADHAN)
01. ASYMUNI A. RAHMAN - TAFAKKUR DI BULAN RAMADHAN.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview

Abstract

Dalam puasa Ramadhan kita diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendapatkan kebajikan dengan berbagai kegiatan, diantaranya beritikaf dimasjid, untuk special, meletakkan rohani dan jasmani kita dimasjid tempat sujud dengan maksud taqarrub mendekatkan diri kita pada Tuhan, dengan sembahyang, membaca tahlil, tasbih, tahmid, tidak pula membaca Al-Quran dengan dipahami arti dan maksudnya; selanjutnya kita teruskan dengan berpikir secara abstrak mengenai alam semesta ciptaan Tuhan Rabbul Alamien, sehingga dengan demikian akan mengenal kebesaran Tuhan yang akan menambah keimanan kita. Inilah barangkali yang dimaksud tafakkur sebagian dari anjuran agama kita. Inilah barangkali yang dimaksud tafakkur sebagian dari anjuran agama kita, khususnya dalam bulan Ramadhan, khususnya lagi pada waktu kita beritikaf. Barangkali itu juga termasuk dari pada yang dimaksud oleh Firman Allah yang tersebut dalam Surat Ali Imron : 190-192 yang artinya sbb : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat terdapat tanda-tanda bagi orang berakal. b Yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan melihat pengalaman masa yang lampau orang akan bertambah pengetahuannya, dan dari selalu ingat dan menyebut asma Allah akan menambah cinta pada Tuhan dan dari hasil Tafakkur akan menambah khauf, khawatir akan kurang sempurna amal perbuatannya dibandingkan dengan nikmat yang diterimanya. Secara umum, tafakkur itu harus mengingat dua hal : a. Mengadakan konsentrasi. Konsentrasi adalah mengadakan pemusatan pemikiran terhadap sesuatu hal itu dengan mengenyampingkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan itu. Berarti dalam tafakkur itu kita harus mengadakan konsentrasi tentang kedudukan kita sebagai makhluk Tuhan yang keci dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan dan nikmat yang diberikan kepada kita yang tercurah tanpa batas yang sungguh tidak bisa diimbangi hanya dengan ibadat kita yang sedikit. Selanjutnya dalam mengadakan konsentrasi ini pada kenyataannya memang ada orang yang mempunyai kemampuan yang besar dan dalam waktu yang lama, sebaliknya ada orang yang hanya mempunyai kemampuan yang kecil. Dalam hal ini ada yang berpendapat bahwa kemampuan konsentrasi seseorang diperoleh sejak lahir. Pendapat semacam ini, sebenarnya kurang tepat. b Penelitian ilmiah maupun pengalaman sehari-hari, menunjukkan bahwa kemampuan konsentrasi seseorang ditentukan pula oleh kebiasaan seseorang, yang dapat dilatih. Seseorang kadang-kadang sukar mengadakan konsentrasi menghadapi buku, tetapi biasa mengkonsentrasikan pikirannya dihadapan pion-pion catur. Karena yang pertama tidak dibiasakan sedang yang kedua menjadi kebiasaannya. Pada dasarnya konsentrasi itu merupakan akibat dari perhatian seseorang terutama ditimbulkan oleh adanya minat. Karenanya minat dan niat mempunyai kedudukan penting dalam tafakkur. Kalau ada niat dan minat kemudian dibiasakan dan diulang-ulang, akan dapatlah berangsur-angsur memperbesar kemampuan mengadakan konsentrasi dalam tafakkur ini. b

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: Tafakkur, Ramadhan
Subjects: Studi Islam
Al Jamiah Jurnal
Divisions: Jurnal > 4. Al Jami’ah
Depositing User: Sugeng Hariyanto, SIP (sugeng.hariyanto@uin-suka.ac.id)
Date Deposited: 04 Apr 2013 18:43
Last Modified: 17 Nov 2017 15:46
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/601

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum