EPISTEMOLOGI TASAWUF JALALUDDIN RUMI

Achmad Zainuddin, NIM. 99513134 (2007) EPISTEMOLOGI TASAWUF JALALUDDIN RUMI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (EPISTEMOLOGI TASAWUF JALALUDDIN RUMI) 99513134_BAB I_BAB V_DAFATAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (4MB) | Preview
	Text (EPISTEMOLOGI TASAWUF JALALUDDIN RUMI) 99513134_BAB II - BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (7MB)

Abstract

Kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dicapai oleh manusia pada saat ini selain memberikan berbagai kemudahan bagi manusia, akan tetapi juga temyata menyisakan pesimisme, yaitu terdapatnya kekeringan jiwa yang membuat manusia merasa ter-alienasi dengan dunianya sendiri, dalam kenyataan sehari-hari dapat kita lihat kemajuan teknologi yang menghasilkan mesin-mesin perang dan digunakan untuk merusak kemanusiaan itu sendiri, budaya hedonisme membuat manusia menghalalkan segala cara demi memuasakan nafsunya, rasionalisme yang berlebihan dalam mengangungkan akal telah sampai pada tahap mengingkari adanya Tuhan, hal ini tidak terlepas dari karangka berfikir yang dipakai untuk memahami realitas yang cenderung bersifat positif-empirik dan menyisihkan pemahaman yang diperoleh secara refleksi, dan yang diperoleh pengahayatan 1man. Fenomena tersebut di atas, telah menggambarkan bahwa rasionalisme­empiris telah gagal dalam membentuk kemanusiaan seutuhnya. Permasalan ini temyata telah disinggung oleh Jalaluddin Rumi (1207-1273) berabad-abad yang lalu dalam karya-karyanya, untuk itu penulis merasa perlu mengetahui bagaimana sebenarnya konsep epistemologi tasawuf yang ditawarkan Jalaluddin Rumi sebagai jawaban atas permasalahan di atas. Mengapa penulis tertarik dengan Rumi tiada lain karena Rumi adalah bukan saja seorang mistikus dan pendiri tarekat keagamaan, akan tetapi ia juga seorang yang memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang kodrat manusia. Ia menguraikan kodrat insting, kodrat diri, tentang kesadaran, bawah sadar, dan kesadaran kosmik; ia membicarakan masalah kebebasan, kepastian, dan otoritas. Permasalahan epistemologi tasawuf ini coba dipahami dengan menggunakan pendekatan historis-faktual dan menguraikannya secara deskriptif­analitis, penulis mencoba menggali keberadaan epistemologi tasawuf Jalaluddin Rumi melalui karya-karya beliau dengan menggunakan kerangka epistemologi 'lrfani yang digagas oleh al-Jabiri. AI-Jabiri membagi nalar keilmuan Islam dalam tiga kategori, yaitu Bayani, Burhani, dan 'Irfani. Epistemologi tasawuf menurut al-Jabiri termasuk dalam nalar 'Irfani. Sehingga nantinya diperoleh tentang konsep epistemologi tasawuf Jalaluddin Rumi secara gamblang dan sistematis. Dalam akhir pernbahasan, terlihat sangat jelas bahwa konstruk epistemologi tasawuf Jalaluddin Rumi dibangun atas dasar cinta. Hal ini penulis temukan dalam tiga indikasi yang coba dibuat penulis untuk mempermudah membaca konstruk epistemologi Rumi_ Ketiga indikasi itu adalah, cinta sebagai dasar metafisika, dialektika esensi dan eksistensi, dan yang terakhir adalah meneladani etika ke-ilahian. Cinta menjadi sumber pokok segala macam aktivitas kesufian yang dilakukan oleh .Talaludin Rurni. Walaupun heliau tidak pernah menyatakan secara jelas, bangunan epistemologinya. Namun, hal itu cukup terwakili dari beberapa syair yang diciptakannya. Dengan menggunakan epistemologi tasawuf Jalaluddin Rumi diharapkan kekeringan jiwa rnanusia dapat terisi dengan spritualitas untuk memenuhi kebutuhan batin manusia, akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa sufisme sebagai titik tolak epistemologi tidak dapat dijadikan alasan untuk mengesampingkan pengetahuan-pengetahuan diskursif­rasional dan saint-positiv sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan lahir manusia.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item