PATUNG BUDDHA DALAM BUDDHISME THERAVADA

Fitriana Firdausi, NIM.: 02521230 (2007) PATUNG BUDDHA DALAM BUDDHISME THERAVADA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (PATUNG BUDDHA DALAM BUDDHISME THERAVADA)
02521230_BAB I_BAB ..._DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (PATUNG BUDDHA DALAM BUDDHISME THERAVADA)
02521230_BAB II_BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (7MB)

Abstract

Keberadaan seni tidak akan bisa dilepaskan dari penyebaran tiap-tiap agama. Dalam Buddhisme, seni patung menjadi bagian yang tak terlepaskan dari penyebarannya. Buddhisme Theravada sebagai aliran yang mempertahankan kemurnian ajaran Buddha dan tidak mengakui adanya personifikasi Tuhanpun tidak lepas dari fenomena patung Buddha. Dalam kenyataannya, patung Buddha mempunyai bentuk dan posisi yang berbeda-beda. Akan tetapi, di Indonesia, khususnya di candi Boobudur, patung Buddha dibuat dalam posisi duduk bersila sesuai dengan karakter pemahatnya yang bersuku Jawa. Meskipun demikian, patung-patung yang kelihatannya sama­sama duduk bersila tersebut, mempunyai sikap tangan (mudra) yang berbeda-beda dengan makna yang berbeda-beda pula. Keberadaan patung Buddha tersebut, tentunya bukan tanpa fungsi dan tujuan tertentu sehingga banyak di antara umat Buddhisme awam yang menyalahgunakan fungsi dan tujuan tersebut. Fenomena ini, memunculkan pertanyaan: pertama, apa makna dari berbagai sikap tangan (mudra) patung Buddha? Kedua, apa sebenarnya fungsi patung Buddha dalam Buddhisme Theravada? Pertanyaan ini dijawab melalui penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu penyelidikan terhadap kcadaan yang sebenarnya. Sedangkan untuk memperoleh data, digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Patung Buddha dalam keyakinan Buddhisme Theravada mempunyai enam mudra, yaitu bhumisparsa mudra, wara mudra, dhyana mudra, abhaya mudra, witarka mudra, dan dharmacakra mudra. Untuk membedakannya, selain dengan melihat posisi tangannya juga bisa dengan melihat arah mata angin. Secara simbolis, bhumisparsa mudra melambangkan saat Sang Buddha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika beliau menangk:is semua serangan iblis mara; wara mudra melambangkan pemberian amal, memberi anugerah atau berkah; dhyana mudra melambangkan sedang meditasi atau mengheningkan cipta; abhaya mudra melambangkan sedang menenangkan; wilarka mudra melambangkan sedang menguraikan sesuatu; dan dharmacakra mudra melambangkan gerak memutar roda dharma. Sedangkan secara hakiki, serangkaian mudra patung Buddha itu menggambarkan perjalanan seseorang untuk mencapai kebenaran tertinggi. Upaya ini dimulai dari tekad yang kuat, diikuti dengan usaha nyata, diiringi dengan pengembangan batin atau spiritual, sehingga memperoleh kemantapan yang tidak akan goyah oleh godaan apapun. Setelah merasa yakin akan kebenaran yang dituju, akhirnya kebenaran diperoleh dan dilaksanakan sehingga seakan-akan tidak ada perbedaan antara kebenaran dengan dirinya. Sedangkan fungsi patung Buddha dalam Buddhisme Theravada adalah sebagai pengingat kepada seluruh umat Buddha untuk selalu bermeditasi karena hanya dengan meditasilah seseorang dapat mencapai yang sakrnl, yaitu nibbana. Akan tetapi,jika dilihat dari teori Mircea Eliade mengenai simbol yang Sakral dan yang profan, patung Buddha merupakan salah satu hierophany dari yang Sakral dalam Buddhisme Theravada.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Dr. H. Abdurrahman
Uncontrolled Keywords: Konsep triple vision dalam Abrahamic religions, Pemikiran Keagamaan Karen Armstrong Patung buddha dalam buddhisme theravada
Subjects: Perbandingan Agama
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Perbandingan Agama (S1)
Depositing User: Drs. Bambang Heru Nurwoto
Date Deposited: 23 Oct 2023 08:30
Last Modified: 23 Oct 2023 08:30
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/61629

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum