Dislokasi Geografik Desa (Konflik Pengelolaan Pembangkit LIstrik Tenaga Biomasa Bambu di MEntawai

AHMAD, MUNAWAR and Samaloisa, RIjel (2023) Dislokasi Geografik Desa (Konflik Pengelolaan Pembangkit LIstrik Tenaga Biomasa Bambu di MEntawai. In: Hilangnya Penghidupan Desa. AMPD Press, Yogyakarta, pp. 87-101. ISBN 9786239878445

Preview

Text (DISLOKASI GEOGRAFIK DESA (KONFLIK PENGELOLAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA BAMBU DI MENTAWAI) dislokasi geografi desa.pdf Download (911kB) | Preview

Abstract

Kajian ini hendak membahas tentang Dislokasi Geografik Desa di Mentawai Dalam Konflik Pengelolaan Pusat Tenaga Listrik Biomasa Bambu sebagai upaya menyoroti adanya kontradiksi dalam penghidupan masyarakat di Kepulauan Mentawai. Penghidupan sebagai unsur yang diawali dari hidup dan kehidupan rupa-rupanya menjadi permasalah yang muncul sejak adanya wacana Pengelolaan Pusat Tenaga Listrik Biomasa Bambu. Potensi bambi yang tersedia di Mentawai sangat melimpah, menjadi salah satu alternatif yang bisa dikelola untuk memenuhi kebutuhan akan listrik di mentawai ditengah-tengah rasio eletrifikasi yang rendah. Salah satu referensi dari Al Rasyid (2015) mengatakan bahwa untuk penggunaan bambu sebagai bahan baku elektrifikasi untuk kapasitas < 1 MW sampai 2 MW sangat cocok dengan menggunakan biomass Power Plant-Gasification System-Pyrolisis. Dengan menggunakan sistem ini akan dibutuhkan lebih kurang 1,22 kg biomas dengan kadar air 15 % guna mengasilkan listrik sebesar 1 kWe. Tanaman bambu dilaporkan adalah salah satu sumber bahan baku untuk elektrifikasi yang cukup potensial dikembangkan. Berdasarkan beberapa referensi yang dipelajari bahwa untuk menghasilkan energi listrik sebesar 100 KWh, pembangkit listrik memerlukan lahan bambu seluas 50 ha.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item