REINTERPRETASI PENAFSIRAN QS. AL-FATH [48]: 26 (ANALISIS HAMIYYAH JAHILIYYAH DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF MA’NA-CUM-MAGHZA)

Farida Nur ‘Afifah, NIM.: 21205032040 (2023) REINTERPRETASI PENAFSIRAN QS. AL-FATH [48]: 26 (ANALISIS HAMIYYAH JAHILIYYAH DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF MA’NA-CUM-MAGHZA). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (REINTERPRETASI PENAFSIRAN QS. AL-FATH [48]: 26 (ANALISIS HAMIYYAH JAHILIYYAH DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF MA’NA-CUM-MAGHZA))
21205032040_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (REINTERPRETASI PENAFSIRAN QS. AL-FATH [48]: 26 (ANALISIS HAMIYYAH JAHILIYYAH DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF MA’NA-CUM-MAGHZA))
21205032040_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Kajian ini dilatarbelakangi dengan adanya pendekotomian dalam mindset masyarakat terkait penyebutan jāhiliyyah yang hanya diperuntukkan kepada bangsa Arab pra-Islam. Oleh karenanya dalam pemaknaan Ḥamiyyah jāhiliyyah dalam QS. Al-Fatḥ [48]: 26 dipahami oleh masyarakat hanya berlaku pada masa pra-Islam tidak dengan masa sekarang. Padahal, fenomena sekarang banyak sikap-sikap yang menjurus pada jāhiliyyah, namun tidak disadari bahkan dianggap lumrah karena sudah menjadi kebiasaan. Sikap-sikap tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang-orang non Muslim, namun orang-orang Islam juga banyak yang memiliki sikap tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut untuk mengetahui apakah penyebutan jāhiliyyah berlaku juga pada masa revolusi industri 5.0 khususnya post-truth, maka penelitian ini difokuskan pada tiga rumusan masalah. Pertama, pencarian makna historis dan signifikansi historis. Kedua, pencarian signifikansi fenomenal dinamis dan ketiga kontekstualisasi penafsiran QS. Al-Fatḥ [48]: 26 pada masa post-truth. Penelitian ini termasuk dalam kajian kualitatif dengan teknik pengumpulan data library research. Data primer berupa QS. Al-Fatḥ [48]: 26 dan data sekunder yang mendukung diklasifikasikan dan dianalisis menggunakan teori pendekatan Ma’nā-Cum-Maghzā. Dari penelitian ini ditemukan kesimpulan bahwa jāhiliyyah dapat terjadi pada masa apapun, karena berdasarkan pencarian makna historis dari jāhiliyyah lebih tepat dimaknai sikap atau perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat yang diberikan Allah yang dilakukan oleh agama apapun dan pada zaman apapun. Begitupun dalam pemaknaan kata kafr dalam QS. Al-Fatḥ [48]: 26 pada zaman sekarang tidak hanya ditujukan kepada orang-orang di luar Islam, melaikan siapapun yang telah tertutup hatinya dari kebenaran. Adapun pesan utama dari ayat tersebut tidak sekedar larangan memilki sifat Ḥamiyyah jāhiliyyah, yakni kesombongan social atau kesombongan kolektif karena fanatisme golongan, ras, keturunan yang waktu itu diasosiasikan kepada kelompok etnis Quraish. Di tengah semakin kaburnya batas-batas klaim kebenaran tertentu sekarang ini, ḥamiyyah jāhiliyyah memiliki arti kesombongan atau fanatisme golongan, ras, keturunan tertentu yang disebabkan oleh terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan serta semakin menguatnya egoisme sektoral karena berbagai kepentingan.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, MA.
Uncontrolled Keywords: Post-Truth, Ma’nā-Cum-Maghza; Tafsir Pertengahan
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur'an dan Tafsir (S2)
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 07 Feb 2024 14:46
Last Modified: 07 Feb 2024 14:46
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/63571

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum