OTORITAS KYAI TERHADAP KONTINUITAS PRAKTIK PERKAWINAN SIRI DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN

Nanda Nabilah Islamiyah, NIM.: 20103050003 (2024) OTORITAS KYAI TERHADAP KONTINUITAS PRAKTIK PERKAWINAN SIRI DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

	Text (OTORITAS KYAI TERHADAP KONTINUITAS PRAKTIK PERKAWINAN SIRI DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN) 20103050003_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (3MB)
	Text (OTORITAS KYAI TERHADAP KONTINUITAS PRAKTIK PERKAWINAN SIRI DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN) 20103050003_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini berangkat dari mengakarnya budaya perkawinan siri di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan dengan adanya faktor keterlibatan tokoh agama sebagai agen yang memonitori para pelaku untuk mendapat fasilitas dalam menjalankan perkawinan siri. Isu keterlibatan kyai sebagai fokus utama dalam penelitian ini diambil berdasarkan atas kuatnya pengaruh kyai dalam aspek kehidupan sosial-religius masyarakat, hingga terbangun pola pikir yang mengindikasikan suatu tindakan cukup dilaksanakan berdasarkan atas kepatuhan terhadap term-term agama saja, sedangkan bidang lainnya dapat dikesampingkan. Demikian inilah yang membuat figur Kyai masih terlihat eksis dalam permasalahan perkawinan siri di Kecamatan Rembang. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini meliputi tiga hal diantaranya, peran kyai pada saat pelaksanaan beli wali atau wali muhakam, peran kyai dalam praktik konsultasi perkawinan, dan pada saat menjadi makelar perkawinan. Adapun untuk menjawab ketiga pokok masalah tersebut penulis menggunakan pendekatan sosiologi hukum berdasarkan teori otoritas yang digagas Max Weber. Data penelitian dikumpulkan melalui teknis wawancara serta tanya jawab dengan pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perkawinan siri, di antaranya dua kyai dan tiga pelaku perkawinan siri. Setelah data dari proses wawancara dikumpulkan, penulis melakukan analisis dengan metode kualitatif melalui penjelasan yang diarik kesimpulan berdasarkan penalaran induktif. Penelitian ini menunjukkan bahwa otoritas kyai dalam memimpin berjalannya praktik perkawinan siri dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni pada saat pra-nikah, akad nikah, dan pasca pernikahan. Peran kyai pada saat tahap pra nikah ditunjukkan dari kontribusinya sebagai makelar perkawinan, di mana kyai menjadi agen yang mempertemukan kedua pihak (laki-laki dan perempuan) agar dapat mengenal satu sama lain. Adapun dalam tahap pernikahann, dimulai pada saat kyai melangsungkan akad nikah bersama para pelaku yang dihadiri oleh para saksi dan kerabat pelaku. Selain itu dalam tahap ini juga dimungkinkan kyai menjadi wali muhakam sebab adanya faktor yang menyebabkan wali nasab tidak dapat hadir dalam akad perkawinan tersebut. Sedangkan tahap pasca perkawinan terjadi bilamana suami istri yang melangsungkan perkawinan dengan bantuan kyai mengalami problem dalam rumah tangganya, sehingga sebagai pihak yang turut terlibat pada saat perkawinan, kyai akan mencoba memberikan solusi atas persoalan yang dihadapi para pelaku. Kepemimpinan kyai sebagaimana dimaksud dalam penelitian ini dalam teori Weber masuk dalam kategori kepemimpinan atau otoritas tradisional dan kharismatik dimana kontinuitas praktik perkawinan siri di Desa Rembang erat kaitannya dengan kekuasaan kyai sebagai pribadi yang memiliki keunggulan moralitas dan spiritualitas yang tinggi jika dibandingkan dengan masyarakat secara umum, oleh karena beberapa keunggulan tersebut kyai sering kali menjadi teladan yang dipatuhi masyarakat.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item