BATASAN BERGAUL DENGAN ISTRI KETIKA SEDANG HAID PERSPEKTIF MAZHAB SYAFI’I DAN MAZHAB HAMBALI

Izzul Haq Salim Badri, NIM.: 18103060065 (2024) BATASAN BERGAUL DENGAN ISTRI KETIKA SEDANG HAID PERSPEKTIF MAZHAB SYAFI’I DAN MAZHAB HAMBALI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (BATASAN BERGAUL DENGAN ISTRI KETIKA SEDANG HAID PERSPEKTIF MAZHAB SYAFI’I DAN MAZHAB HAMBALI)
18103060065_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
[img] Text (BATASAN BERGAUL DENGAN ISTRI KETIKA SEDANG HAID PERSPEKTIF MAZHAB SYAFI’I DAN MAZHAB HAMBALI)
18103060065_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (5MB) | Request a copy

Abstract

Islam menjadikan ikatan perkawinan sebagai media yang sah untuk memenuhi naluri biologis manusia. Meskipun demikian, Islam tidak melalaikan aspek biologis tersebut. Dalam hal ini, Islam memberi arahan tentang cara terbaik yang dapat memenuhi hak fitrah dan naluri biologis secara proporsional, serta tetap menghindari penyakit dan penyimpangan. Hubungan intim adalah hak bagi suami istri, akan tetapi dalam melakukan hubungan intim antara suami dan istri ada batasan-batasan dan etika yang harus dijaga diantaranya tidak mensetubuhi istri melalui duburnya, kemudian tidak mensetubuhi istri ketika haid. Hal ini menjadi keresahan bagi peneliti untuk mengupas secara tuntas tentang Batasan Bergaul dengan Istri Ketika Sedang Haid Perspektif Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif. Teknik pengambilan data penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari beberapa kitab rujukan mazhab. Sedangkan data sekunder penulis mengambil langkah studi kepustakaan dan studi dokumen atau arsip. Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dimana penulis mendeskripsikan dan menganalisis terkait pokok permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ulama telah sepakat atas keharaman jima' saat wanita dalam keadaan haid dan sepakat pula atas halalnya bersenang senang dengan wanita haid di atas pusar dan di bawah lutut. Namun ulama berbeda pandangan dalam masalah kebolehan bersenang senang di bawah pusar dan di atas lutut. Mazhab Syafi'i berpendapat, suaminya boleh mencumbuinya itu di bagian mana saja yang diinginkan. Hanya, percumbuan itu harus dibatasi dengan kain penghalang, sehingga tidak ada sentuhan kulit secara langsung. Madzhab ini juga membolehkan suami untuk melihat dan memandang bagian-bagian itu, dengan atau tanpa syahwat. Sedangkan mazhab Hambali membolehkan suami mencumbui istrinya yang sedang haid di bagian manapun yang ia inginkan dengan syarat tidak sampai terjadi bersetubuh yang sesungguhnya, yakni dukhul (penetrasi). Perbedaan pendapat ini terjadi karena bedanya pemahaman fukaha terhadap hadits sehingga terjadi ta’āruḍ al-adillah. Pada hakikatnya Ta’āruḍ tidak terjadi secara mutlak pada sumber hukum. Ta’āruḍ hanya terjadi pada pemahaman dan analisis fukaha Pada suatu dalil hukum.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Dr. H. Anis Mashduqi, Lc. M.SI.
Uncontrolled Keywords: Haid; Ta’āruḍ al-adillah; Batasan Bergaul dengan Istri; Mazhab Syafi’i dan Hambali
Subjects: Perbandingan Madzhab
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1)
Depositing User: Widiyastut
Date Deposited: 04 Jul 2024 10:02
Last Modified: 04 Jul 2024 10:02
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65511

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum