GERAKAN SOSIAL UMAT ISLAM DI DONGGO, BIMA, NUSA TENGGARA BARAT PADA MASA PEMERINTAHAN LETKOL SOEHARMADJI, 1969-1973 M.

Ang Rijal Anas, NIM.: 18101020007 (2023) GERAKAN SOSIAL UMAT ISLAM DI DONGGO, BIMA, NUSA TENGGARA BARAT PADA MASA PEMERINTAHAN LETKOL SOEHARMADJI, 1969-1973 M. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (GERAKAN SOSIAL UMAT ISLAM DI DONGGO, BIMA, NUSA TENGGARA BARAT PADA MASA PEMERINTAHAN LETKOL SOEHARMADJI, 1969-1973 M.) 18101020007_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (725kB) | Preview
	Text (GERAKAN SOSIAL UMAT ISLAM DI DONGGO, BIMA, NUSA TENGGARA BARAT PADA MASA PEMERINTAHAN LETKOL SOEHARMADJI, 1969-1973 M.) 18101020007_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (416kB) | Request a copy

Abstract

Donggo merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dou Donggo atau masyarakat Donggo merupakan masyarakat plural dengan penduduk mayoritas beragama Islam yang hidup dalam wilayah geografis dataran tinggi dan pegunungan, sehingga membentuk kultur masyarakat agraris dengan bahasa, adat istiadat, dan cara produksi kebudayaan yang berbeda dengan wilayah Bima pada umumnya. Pemerintahan Orde Baru melalui Bupati DATI II Bima, Letkol Soeharmadji dinilai telah melakukan diskriminasi pembangunan dengan arus utama pembangunan daerah ibu kota Kabupaten di wilayah dataran rendah, terutama Kecamatan Rasana’E. Pembangunan sentralistik tersebut mengakibatkan segregasi dan sentimen antara wilayah tinggi dan wilayah rendah, wilayah tertinggal dan wilayah maju. Klaim diskriminasi pembangunan ini menimbulkan berbagai reaksi dan respons dari masyarakat, terutama umat Islam di Donggo. Adapun bentuk respons umat Islam ialah melakukan gerakan protes terhadap kebijakan pembangunan Letkol Soeharmadji dalam bentuk aksi demonstrasi pada tahun 1972. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji latar sosial dan keadaan umat Islam di Kecamatan Donggo, perkembangan pembangunan masyarakat Donggo pada masa pemerintahan Letkol Soeharmadji, dan gerakan protes umat Islam serta implikasi gerakan tersebut pada perkembangan kehidupan sosial di Kecamatan Donggo. Penelitian ini merupakan kajian sejarah sosial. Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan sosial-politik. Adapun, teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori mobilisasi sumber daya dari Mancur Olson yang menjelaskan bahwa gerakan kolektif sebagai aksi-aksi rasional, memiliki tujuan, dan teroganisasi. Beragam aksi protes tersebut, bersumber dari bagaimana gerakan sosial mengorganisasi ketidakpuasan, mengurangi biaya aksi, menggunakan dan menciptakan jaringan solidaritas untuk mencapai kesepakatan internal. Adapun metode penelitian yang digunakan yakni metode sejarah melalui tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Pertama, situasi sosial-keagamaan umat Islam di Kecamatan Donggo banyak dipengaruhi oleh proses dakwah dari para mubalig yang dikirim ke Kecamatan Donggo. Selain itu, kondisi politik-ekonomi nasional pasca 1965 juga memengaruhi dinamika politik di Kecamatan Donggo serta pluralitas budaya dan nilai adat juga memengaruhi pandangan hidup masyarakat Donggo. Kedua, munculnya Letkol Soeharmadji menggantikan Putra Kahir sebagai Bupati DATI II dengan kebijakan pembangunan yang dinilai kurang memperhatikan wilayah Kecamatan Donggo memunculkan reaksi dan respons dari masyarakat Donggo terutama umat Islam. Hal inilah menjadi sebab munculnya gerakan protes umat Islam. Ketiga, gerakan protes, hubungan, dan jaringan organisasi IPMDB berhasil memobilisasi umat Islam. Dengan menggunakan framing agama dan rasa solidaritas umat, gerakan tersebut berhasil dilakukan dalam aksi demonstrasi 1972 dan aksi tersebut berimplikasi terhadap perkembangan sosial masyarakat di Kecamatan Donggo.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item