NAZARIYYAH AL SUYUTI 'AN MADHHAB ASL AL LUGHAH AL TAWQIFIY WA AL ISTILAHI FI KITABIH AL MUZHIR : Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah

Sochibah, NIM.: 00110260 (2005) NAZARIYYAH AL SUYUTI 'AN MADHHAB ASL AL LUGHAH AL TAWQIFIY WA AL ISTILAHI FI KITABIH AL MUZHIR : Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (NAZARIYYAH AL SUYUTI 'AN MADHHAB ASL AL LUGHAH AL TAWQIFIY WA AL ISTILAHI FI KITABIH AL MUZHIR : Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah)
00110260_BAB I_BAB PENUTUP dan DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (10MB) | Preview
[img] Text (NAZARIYYAH AL SUYUTI 'AN MADHHAB ASL AL LUGHAH AL TAWQIFIY WA AL ISTILAHI FI KITABIH AL MUZHIR : Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah)
00110260_BAB II sampai BAB III.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (17MB) | Request a copy

Abstract

Perdebatan asal usul bahasa manusia telah ada sejak zaman Aristoteles yang terkenal dengan istilah Cratylus, hingga saat ini. Pada dasarnya, perdebatan ini mempertanyakan kembali keberadaan bahasa manusia, apakah dari Tuhan ataukah dari manusia itu sendiri. Beberapa tokoh dari berbagai bidang telah mencoba mempertemukan dua pandangan tersebut, namun tak jarang hasilnya cenderung berpihak pada salah satu pandangan. Seperti halnya Jalaluddin al-Suyuthi, seorang ulama abad ke-9 H. Hal ini dikatakan dalam kitabnya yang berjudul al-Muzhir Fi Ulum al-Lughah wa Anwa'iha, ia menyebutnya sebagai Mazhab Tauqifi dan Istilahi. Yang pertama mengatakan bahwa bahasa berasal dari Tuhan, sementara yang kedua mengatakan bahwa bahasa berasal dari diri manusia yang dikuatkan oleh dalil-dalil secara sosiologis dan psikologis. Pandangan Suyuthi, kendati banyak menukil pendapat ulama sebelumnya, bukan berarti menerima begitu saja pendapat yang telah ada. Ia menegaskan pendapatnya, sekalipun Allah menganugerahkan bakat berbahasa kepada manusia, namun tidak serta-merta manusia lepas tangan tanpa usaha. Karena untuk berbahasa manusia mesti berusaha, dalam arti lain manusia mesti merespon lingkungan yang ada di sekitarnya untuk berinteraksi secara baik, baik dengan alam maupun manusia itu sendiri. Jadi, menurut kitab tersebut, bahasa berasal dari nature (fitrah), yaitu bakat dan dorongan lingkungan. Dan tampaknya Suyuthi lebih condong kepada pendapat tersebut. Tanpa adanya dorongan lingkungan, seseorang akan sepi dari bahasa, ia tidak mampu berbicara. Nalar ini memang wajar dalam Language Acquisition (pemerolehan bahasa), inilah catatan yang penuh makna dari penelitian atas kitab tersebut.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Drs. Bachrum Bunyamin, M.A
Uncontrolled Keywords: Makna Bahasa; Mazhab Taufiqi; Istilahi
Subjects: Bahasa Arab > Bahasa Arab Tatabahasa - Sejarah
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Arab (S1)
Depositing User: Widiyastut
Date Deposited: 01 Oct 2024 09:35
Last Modified: 01 Oct 2024 09:35
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67393

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum