Al Kisa'i Wa Dawrah Fi Ilm Al-Nahw: Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah

M. Anwar Sodiq, NIM.: 01110510 (2006) Al Kisa'i Wa Dawrah Fi Ilm Al-Nahw: Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (Al Kisa'i Wa Dawrah Fi Ilm Al-Nahw: Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah)
01110510_BAB I_BAB PENUTUP dan DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (13MB) | Preview
[img] Text (Al Kisa'i Wa Dawrah Fi Ilm Al-Nahw: Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah)
01110510_BAB II sampai BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (26MB) | Request a copy

Abstract

Dalam sejarah perkembangannya, istilah nahwu baru muncul pada masa akhir, karena pada mulanya untuk menyebut ilmu tersebut, para ahli memakai istilah Ilmu ʿArabiyyah. Ini berarti bahwa ilmu nahwu telah lahir dan ada jauh sebelum istilah nahwu itu sendiri digunakan. Berawal dari kota Basrah, ilmu nahwu berkembang pesat terutama pada masa pemerintahan Abbasiyyah, yaitu pertengahan abad ke-2 H, dengan munculnya seorang tokoh ahli bahasa Khalil bin Ahmad, yang kemudian diteruskan oleh para muridnya, di antaranya Sibawaih, al-Akhfash, dan al-Kisa'i yang berasal dari Kufah. Dari kota Basrah ini, ilmu nahwu kemudian menyebar ke berbagai daerah seperti Kufah, Baghdad, Mesir, dan Andalusia, yang kemudian dari masing-masing daerah tersebut terbentuk sebuah mazhab atau aliran nahwu yang berbeda-beda. Adapun mazhab yang paling menonjol adalah mazhab Basrah yang dipelopori oleh Sibawaih, dan mazhab Kufah oleh al-Kisa'i. Kedua mazhab tersebut memiliki banyak perbedaan dalam meletakkan kaidah-kaidah nahwu. Perbedaan antara nahwu aliran Basrah dan aliran Kufah adalah bahwa nahwu aliran Basrah, yang dikembangkan oleh Khalil dan Sibawaih, cenderung murni berdasarkan bahasa al-Qur'an, sedangkan nahwu aliran Kufah, yang dipimpin oleh al-Kisa'i, di samping tetap menggunakan dasar-dasar al-Qur'an, juga mengikuti pola pemikiran fikih dalam meletakkan asal-usul, dasar-dasar, dan kaidah-kaidah nahwu. Selain itu, dalam penelitiannya, al-Kisa'i tidak hanya terbatas pada daerah yang digunakan oleh Sibawaih dan gurunya, yaitu Najd, Tihamah, dan Hijaz, tetapi ia juga memperluasnya ke berbagai daerah yang lebih modern, sehingga hasil yang diperoleh dari penelitiannya lebih luas dibandingkan dengan Sibawaih. Namun demikian, oleh beberapa kalangan, pemikiran al-Kisa'i sering kali dianggap syaz (menyimpang) serta tidak sesuai dengan kaidah nahwu yang sebenarnya. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan orang (bahkan hingga sekarang) dalam mempelajari ilmu nahwu lebih cenderung mengacu kepada ulama Basrah dan menjadikan Sibawaih sebagai idola mereka. Padahal, jika kita sedikit lebih mengenal al-Kisa'i, kita akan mendapatkan pengetahuan tentang kedalaman dan keluasan ilmunya, yang tak kalah penting dengan para ulama Basrah. Oleh karena itu, dengan mengambil judul skripsi ini, penulis akan mencoba memberikan gambaran mengenai peran pemikiran yang telah diberikan oleh al-Kisa'i di bidang ilmu nahwu dengan menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu mengumpulkan berbagai sumber, menetapkan keabsahannya, memberikan kritik internal, baik positif maupun negatif, serta menetapkan fakta-fakta sejarah yang kemudian diungkapkan dengan ungkapan historis yang rasional.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing: Dr. H. A. Abdul Syakur, M.A
Uncontrolled Keywords: Ilmu Nahwu; Al Kisai; Analisis Sejarah
Subjects: Bahasa Arab > Bahasa Arab Tatabahasa - Sejarah
Divisions: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Arab (S1)
Depositing User: Widiyastut
Date Deposited: 07 Oct 2024 12:10
Last Modified: 07 Oct 2024 12:10
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67677

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum