REAKTUALISASI NARASI LARANGAN DALAM KONSEP PARENTING AL-QUR’AN

Lianfin Safira Aulia, NIM.: 20205031030 (2024) REAKTUALISASI NARASI LARANGAN DALAM KONSEP PARENTING AL-QUR’AN. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (REAKTUALISASI NARASI LARANGAN DALAM KONSEP PARENTING AL-QUR’AN)
20205031030_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text (REAKTUALISASI NARASI LARANGAN DALAM KONSEP PARENTING AL-QUR’AN)
20205031030_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Al-Qur’an yang selama ini mengandung konsep ideal dalam pengasuhan memuat narasi larangan yang tidak dianjurkan dalam ilmu pengasuhan modern. Teori psikologi mengatakan bahwa orang tua tidak dianjurkan untuk menggunakan kalimat larangan yang bermuatan kata ‘jangan’ atau ‘tidak boleh’ pada anak, karena dinilai dapat memberi pengaruh negatif pada tumbuh kembang anak. Dalam Al-Qur’an terdapat kisah berisi dialog Luqmān Al-Hakīm, seorang bijak dan role model dalam konsep parenting Al-Qur’an dan Nabi Nuh, seorang Nabi bergelar ululazmi dan putranya menggunakan narasi larangan yang notabene tidak dianjurkan dalam konsep parenting modern. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menemukan worldview larangan surah Luqmān :13 dan Hūd :42, menemukan pemaknaan narasi larangan dalam surah Luqmān :13 dan Hūd :42 untuk konteks parenting, dan menemukan maqsad ayat dari surah Luqmān :13 dan Hūd :42. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian didasarkan pada analisis data-data yang ada untuk kemudian dihasilkan teori dari data tersebut. Adapun berdasarkan data-data yang diteliti, termasuk dalam studi kepustakaan, yaitu penelitian dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Objek yang diteliti adalah surah Luqmān :13 dan Hūd :42 yang memuat narasi larangan dalam dialog dua ayah teladan (Luqmān Al-Hakīm dan Nabi Nūh) dan anak mereka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan tafsir maqāsidī. Tafsir maqāsidī secara sederhana dapat diartikan sebagai model pendekatan penafsiran Al-Qur’an yang memberikan penekanan (aksentuasi) terhadap dimensi maqāsid Al-Qur’an dan maqāsid asy-syari’ah. Hasil penelitian yang dapat ditemukan penulis di antaranya: pertama, narasi larangan yang digunakan dalam surah Luqmān :13 dan Hūd :42 adalah makna asli larangan. Di mana dalam kaidah bahasa Arab, sigat larangan dapat memiliki maksud dan tujuan yang beragam. Kedua, Konsep dialog dengan narasi larangan yang tersebut dalam surah Luqmān :13 dan Hūd :42 sesuai untuk diterapkan dalam pengasuhan. Dengan catatan, sebelum menyampaikan dialog bermuatan narasi larangan orang tua dianjurkan memanggil anaknya dengan panggilan kesayangan untuk membangun suasana kedekatan antara orang tua dan anak. Narasi larangan juga hendaknya disampaikan dengan kelemah lembutan, supaya anak tidak terbebani dan merasa terintimidasi, seperti jika disampaikan dengan intonasi yang lebih tinggi. Selain itu, alasan dari pelarangan juga harus jelas alasannya, supaya anak tidak penasaran dan jusru melakukan hal yang dilarang tersebut. Narasi larangan ini sangat sesuai jika digunakan saat orang tua menanamkan nilai akidah pada anak mereka. Ketiga, narasi larangan dalam konsep parenting Al-Qur’an ini memiliki maqsad atau tujuan yang menjadi ghayah dari tafsīr maqasid, yaitu hifz an-nafs dan hifz ad-dīn.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Dr. Mahbub Ghozali
Uncontrolled Keywords: narasi larangan; parenting; maqasid al-āyah
Subjects: 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur'an dan Tafsir (S2)
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 17 Oct 2024 14:37
Last Modified: 17 Oct 2024 14:37
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67898

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum