KONSTRUKSI TAZWIR MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD TERHADAP AYAT NASKH DALAM KITAB TAFSIR QURANUMMAJID (Analisis Falsifikasi)

Irsadul Fikri, NIM.: 22205031038 (2024) KONSTRUKSI TAZWIR MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD TERHADAP AYAT NASKH DALAM KITAB TAFSIR QURANUMMAJID (Analisis Falsifikasi). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

[img]
Preview
Text (KONSTRUKSI TAZWIR MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD TERHADAP AYAT NASKH DALAM KITAB TAFSIR QURANUMMAJID (Analisis Falsifikasi))
22205031038_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

Download (5MB) | Preview
[img] Text (KONSTRUKSI TAZWIR MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD TERHADAP AYAT NASKH DALAM KITAB TAFSIR QURANUMMAJID (Analisis Falsifikasi))
22205031038_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB) | Request a copy

Abstract

Pada umumnya, ulama klasik memahami kajian Konsep Nasikh Mansukh di pahami dari segi waktu turunnya ayat-ayat yaitu pengangkatan atau penggantian hukum yang sudah berlaku terlebih dahulu dengan hukum yang datang belakangan, dalam arti bahwa sebagian ayat-ayat makkiyyah di hapus oleh ayat madaniyyah. Berbeda dengan Basyiruddin Mahmud Ahmad yang memiliki pandangan yang berbeda. Perbedaan pandangan tersebut terjadi karena Basyiruddin berpendapat bahwa al-Qur’an itu menghapus kita-kitab sebelumnya yaitu Naskh al-Kitab bi al- Kitab (penghapusan al-Kitab dengan al-Kitab) bukan ayat al- Qur’an menghapus ayat lainnya. Salah satu Mufassir yang dikritik oleh Basyiruddin ketika menafsirkan landasan adanya ayat Naskh di Surah al-Baqarah ayat 106 adalah Syekh Ghulam Ali Dahlawi yang mengatakan ada lima ayat naskh dalam al- Qur’an. Basyiruddin berpendapat al-Baqarah ayat 106 tersebut tidaklah ada sesuatu pun dalam ayat tersebut yang menunjukkan bahwa kata Āyah maksudnya adalah ayat-ayat al-Qur’an. Basyiruddin berpendapat bahwa yang dimaksud Āyah dalam ayat tersebut berarti menunjukkan bahwa ayat tersebut mengacu kepada al-Qur’an menghapus wahyu-wahyu terdahulu. Kitab suci terdahulu menurut Basyiruddin mengandung dua macam perintah, satu, yang menghendaki penghapusan karena keadaan sudah berubah dan karena keuniversilan wahyu baru itu, menghendaki penghapusan; dua, yang mengandung kebenaran kekal-abadi, atau memerlukan penyegaran Kembali. Maka Basyiruddin berpendapat bahwa Al-Qur’an telah menghapus Kitab-Kitab sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab tafsir Quranummajid karya Basyiruddin Mahmud Ahmad, yang saat ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul Kitab Suci Al-Qur’an dengan Terjemah dan Tafsir Singkat, cetakan kelima tahun 2023. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan tema yang dikaji. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu menentukan, mengumpulkan, viii memetakan dan menganalisis penafsiran lima ayat Naskh dalam kitab tafsir Quranummajid. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan analisis falsifikasi (dalam Bahasa arab disebut Tazwir) dalam penafsiran lima ayat Naskh oleh Basyiruddin dalam kitab tafsir Quranummajid. Dari proses Falsifikasi yang dilakukan, maka akan ditemukan tujuh Instrumen Penafsiran Basyiruddin Mahmud Ahmad dibalik alasannya dalam menolak adanya Naskh dalam Al-Qur’an. Hasil dari penelitian ini adalah; pertama, penafsiran Basyiruddin dalam kitab tafsir Quranummajid tentang lima ayat Naskh, cenderung mengkompromikannya dengan ayat lain. Hal ini sesuai dengan pemahaman kelompok Ahmadiyah yang menyatakan bahwa tidak ada ayat Al-Qur’an yang dihapus oleh ayat lainnya. Penafsiran ayat Naskh dalam kitab tafsir Quranummajid cenderung ditafsirkan sesuai dengan tujuh Instrumen tafsirnya sebagai patokan metode tafsir Ahmadiyah. Kedua, Falsifikasi dalam penafsiran ayat-ayat Naskh oleh Basyiruddin memiliki prosenya sendiri yang terbangun melalui proses tiga dunia yang terkait satu sama lain yaitu; objective world, subjektivitas world, Human Concepts: Hipotesa. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Naskh yang ditolak oleh Basyiruddin yang menurutnya bahwa tidak ada ayat al-Qur’an yang dihapus oleh ayat lainnya, didasarkan oleh beberapa hal yaitu; penggunaan tujuh instrumen dalam penafsiran, bahwa penafsiran setiap ayat itu mesti dilihat dari makna Bahasa dan konteks ayat itu diturunkan.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Pembimbing: Dr. Munawar Ahmad, S.S., M.Si.
Uncontrolled Keywords: basyiruddin; falsifikasi; naskh; Tafsir Quranummajid.
Subjects: 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur'an dan Tafsir (S2)
Depositing User: Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id]
Date Deposited: 21 Oct 2024 10:04
Last Modified: 21 Oct 2024 10:04
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67920

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum