Abdul Rifa’i, NIM.: 99112434 (2004) SALAMAH AL QUS LI AHMAD BAKATHIR (Dirasah Tahliliyyah Ijtimaiyyah Adabiyah). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (SALAMAH AL QUS LI AHMAD BAKATHIR (Dirasah Tahliliyyah Ijtimaiyyah Adabiyah))
99112434_BAB I_BAB PENUTUP dan DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (22MB) | Preview |
|
![]() |
Text (SALAMAH AL QUS LI AHMAD BAKATHIR (Dirasah Tahliliyyah Ijtimaiyyah Adabiyah))
99112434_BAB II sampai BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (34MB) | Request a copy |
Abstract
Keberadaan teori-teori sosial sastra sesungguhnya sudah ada sejak zaman Plato/Aristiteles (abad V/IV BC). Adapun sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius, berarti bersama-sama, kawan, teman) dan logi (logos, berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosiolsocius berarti masyarakat, logi berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan atau alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik . Kemudian menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Dalam melihat karya sastra tidak terlepas dari unsur intrinsik dan ekstrinsik, termasuk unsur ekstrinsik adalah sosiologi sastra, serta unsur-unsur yang lain seperti idiologi, ekonomi, agama, politik, psikologi dan sebagainya. Maka novel adalah karya rekaan (fiksionalflmajinatiij yang terdiri dari unsur-unsur tema, fakta, cerita (tokoh, plot, latar) dan sarana-sarana cerita (literary devices). Sebagai ilustrassi, dalam novel karya Ali Ahmad Bakatsir "Salamah al Qoss” adalah sebuah fenomena kehidupan, struktur, dan kebudayaan masyarakat Arab pada permulaan lslam-kekholifahan Bani Umayyah, Yazid bin Abdul Malik, merefleksikan tentang hubungan kontrofersial dua insan dari latar yang berbeda, yaitu seorang sufi dan seorang budak wanita dengan kemahirannya bemyanyi yang dinilai sebagai pekerjaan hina oleh masyarakat. Salamah nama budak itu, secara simbolis adalah gambaran yang dikemukakan oleh pengarang terhadap struktur kehidupan masyrakat yang terbelenggu, dalam hal ini adalah budak yaitu masih belakunya jual beli manusia. Namun pada sisi lain, si pengarang memberikan keterbukaan pemahaman para pembaca bahwa Salamah juga mendapatkan kebebasan berekspresi tidak melulu budak yang dimiliki penuh oleh majikannya. Berarti di sana ada semacam pengikisan terhadap perbudakan. Abdurrohman, tokoh utama dalam novel ini semakin memperjelas bagaimana struktur sosial yang hidup pada masa permulaan Islam itu, yaitu keteguhan hati dan idiologi masyarakat dalam ajarannya yang keseharianya beribadah dan beribadah tanpa mempedulikan yang lain. Berbeda dengan lbn Suhail pemilik masyribah, kedai minum yang peduli dengan lingkungannya berupa membantu pada mereka yang miskin yang pada akhimya mengantarkan Abdurrohman dekat dengan Salamah serta menjadikan ia memiliki pandangan lain dengan masyarakat pada umumnya yaitu dengan mencintai Salamah makin dekat dengan T uhan dan berusaha membebaskan Salamah dari perbudakan prinsipnya adalah meneladani sikap para sahabat Nabi, yaitu dengan berdagang, membeli budak untuk dibebaskan tanpa melalaikan ibadah. Pada sisi lain, dalam novel ini terselip kekuasaan yang memang sampai sekarangpun masih berlaku, yaitu masih mendominasi untuk memiliki seperti yang diungkapkan pengarang dalam karya sastra tersebut yaitu Salamah yang dibeli oleh Yazid (penguasa Umayah) dengan harga yang tinggi. Sehingga usaha Abdurrohman menjual tanah warisnya adalah hal yang tidak berarti dengan harga yang ditawarkan sang penguasa tersebut. Novel ini tidak sebatas mengkisahkan cinta yang tidak kesampaian namun pesan yang diperoleh darinya adalah bahwa aspek sosiologis dalam karya sastra bisa merupakan satu dasar dari keberadaan karya terse but. Meskipun karya sastra bersipat umajinatif, fakta sosial temyata bis a merupakan objek dominasi dari penciptaan sastra. ltulah sebabnya, pendekatan sosiolgis berkembang dikarenakan bahwa secara tidak langsung sastra adalah dokumen sosial. Oleh karenanya, tidak semata berhenti pada tatapan struktural, melainkan harus dikatkan pula dengan aspek-aspek yang melatarbelakanginya.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information / Supervisor: | Pembimbing: Drs. Zamzam Afandi, M.Ag. |
Uncontrolled Keywords: | karya sastra; sosial sastra; novel; ekstrinsik |
Subjects: | 800 Sastra (Literature) > 890 Sastra Lain-lain > 892.7 Arabic Literatures/Kesusastraan Arab |
Divisions: | Fakultas Adab dan Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Arab (S1) |
Depositing User: | Muchti Nurhidaya [muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id] |
Date Deposited: | 22 Oct 2024 11:04 |
Last Modified: | 22 Oct 2024 11:04 |
URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67997 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
![]() |
View Item |