Al Nas Wa Siyaqah Fi Al Ayat Al Makiyah Wa Al Madaniyah Fi Dawa'i Al Dirasah Susiulujiyah Wa Al Tadwiliyah

Syukron Affani, NIM.: 02110853 (2006) Al Nas Wa Siyaqah Fi Al Ayat Al Makiyah Wa Al Madaniyah Fi Dawa'i Al Dirasah Susiulujiyah Wa Al Tadwiliyah. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Preview	Text (Al Nas Wa Siyaqah Fi Al Ayat Al Makiyah Wa Al Madaniyah Fi Dawa'i Al Dirasah Susiulujiyah Wa Al Tadwiliyah) 02110853_BAB I_BAB PENUTUP dan DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (16MB) | Preview
	Text (Al Nas Wa Siyaqah Fi Al Ayat Al Makiyah Wa Al Madaniyah Fi Dawa'i Al Dirasah Susiulujiyah Wa Al Tadwiliyah) 02110853_BAB II sampai BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (16MB) | Request a copy

Abstract

Al-Quran secara garis besar dikelompokkan mcnjadi 2 dari sudut pandang tempat turunnya yaitu Makkiyah dan Madaniyah. Demikian karena domisili tetap Rasulullah sebagai penerima wahyu berada di dua tempat tersebut. Mekah, tanah kelahiran Rasulullah, tempat pertama kali Islam disemaikan dan penuh tantangan berat. Medinah, tempat famili ibu Rasulullah berada merupakan daerah yang memberikan peluang besar bagi Islam untuk berkembang pesat. Meskipun sama-sama dikawasan jazirah Arab, kedua tempat tersebut memililci fenomena clan potensi yang berbeda baik secara sosial, politik dan budaya. Perbedaan ini, memberikan dampak dan respon yang berbeda juga dari al-Quran baik secara teks ataupun konteks. Wahyu yang sampai kepada Rasulullah di Medinah berbeda dengan yang di Mekah. Artinya, secara kebahasaan, fenomena sosiologis-historis memberi kontribusi terhadap bentuk teks al-Quran. Maka sangat relevan bila al-Quran dikaji memakai studi sosiolinguistik dan pragmatik. Sebab studi ini menitikberatkan fungsi bahasa lebih sebagai alat komunikasi daripada sekeclar media penyampai icle atau gagasan. Sosiolinguistik dan pragmatik mempersoalkan : Siapa yang bicara, Kepada Siapa, dimana, kapan, untuk apa dan bagaimana. Dengan dua model pendekatan itu, teks- teks al-Quran akan dapat clipahami secara kontekstual. Dalam berkomunikasi, al-Quran biasa memakai kalimat : u»Ulll+J(:i kepada mukhatab (objek pembicaraan)-nya dalam teks Mak.kiyah dan tidak 1.,_;iS 1t.,i14 . Sementara mukhatab teks-teks Madaniyah menggunakan kalimat lfa! 1t.,i14 . Dua penanda ini hasil kesimpulan analogis para ahli ilmu al-Quran. Dalam penelitian ini, kedua penanda tersebut difungsikan untuk membatasi pengwnpulan dan pemerolehan data yang akan clianalisis. Alasannya, salah. satu komponen konteks adalah siapa yang bicara clan siapa yang diajak bicara. Jadi ayat yang dianalisis adalah teks yang terkait dengan dua ciri penanda Makkiyah-Madaniyap tersebut. i-Iasilnya, secara ilokutif dan perlokutif, perbedaan teks Makkiyah dan Madaniyah terletak pada tingkat intensitas penerapan aturan-aturan dan hukum agama. Misal antara teks Mak.kiyah dalam surat Yunus 57 dan 108 serta teks Madaniyah dalam surat an-Nisa' 170 dan 174 sama-sama menegaskan kedatangan Rasulullah dan al-Quran namun pemahamannya secara ilokutif dan perlokutif berbeda. Tcks Makkiyah dalam surat Yunus tersebut lebih berfungsi sebagai pemberitaan dan pengingat sehingga orang-orang Mekkah menjadi tergugah. Sementara teks Madaniyah dalam surat an-Nisa', berfungsi sebagai peringatan dan perintah untuk taat kepada Rasulullah clan al-Quran sehingga orang-orang di Madinah sadar dan menyaclari pentingnya peran Rasulullah «;lan al-Quran bagi kehidupan mereka. Dari sini teks Makkiyah terkesan lebih longgar daripada Madaniyah yang mengikat. Perbedaan pemahaman tersebut tidak didasarkan pada kekuatan internal teks tetapi lebih kepada konteks (ekstemal) yang melingkupi teks dan sejarah teks itu sendiri. Dari sini akan lebih dipahami bahwa memahami teks suci itu terikat dengan konteks dimana teks itu hadir. Jadi jelas, tidak ada pemahaman yang tunggal terhadap teks suci. Dalam hal inilah Makkiyah dan Madaniyah pada dasamya memiliki persamaan.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item