Afnan Rifa’i, NIM.: 17103060063 (2024) HUKUM ‘AZL MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
|
Text (HUKUM ‘AZL MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI)
17103060063_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version Download (2MB) | Preview |
|
|
Text (HUKUM ‘AZL MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI)
17103060063_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Islam sangat menekankan pentingnya memperbanyak keturunan. Karena Nabi menyukai jika umat islam menjadi mayoritas. Akan tetapi, pada kenyataanya suami-istri masih mempertimbangkan masalah keturunan. Apalagi usia pernikahan masih dini dan pasangan suami-istri umurnya masih muda. Dikarenakan dalam membina ruamah tangga pasangan suam-istri masih ingin berfokus pada karir dan belum ingin mempunyai keturunan. Maka dari itu pasangan suami-istri melakukan ‘azl dalam menunda kehamilan. ‘Azl adalah seorang laki-laki yang mencabut kemaluanya dari farji istrinya, ketika telah dekat keluarnya mani, kemudian dia mengeluarkan maninya diluar farji istrinya. Berangkat dari masalah diatas penulis berusaha memaparkan pendapat dua tokoh Yusuf al-Qaradhawi dan Wahbah az-Zuhaili mengenai masalah ‘azl. Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa hukum ‘azl boleh dengan dalil Jabir ra. Bahwasanya pada masa Nabi SAW. Para sahabat melakukan ‘azl ketika ayat al-Qur’an masih turun, dan hal itu seandanya dilarang, maka ayat al-Qur’an atau hadis akan melarang hal itu. Sedangkan Wahbah az-Zuhaili berpendapat bahwa hukum ‘azl cenderung makruh, dengan dalil hadis Judamah binti Wahb, bahwa orang yang melakukan ‘azl sama aja dengan perbuatan pembunuhan secara tersembunyi. Maka dari itu dari pemaran kedua tokoh diatas terdapat adanya ikthilaf (perbedaan) baik dari pendapat yang diguanakan maupun istinbāt hukumnya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penyajian data dilakukan secara deskriptif komparatif dengan pendekatan uṣūl fiqh. Sumber data diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan tema penelitian. Temuan data dianalisis berdasarkan teori Ta’āruḍ al-Adillah al-Jam’u wa Taufīq. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa hukum ‘azl menurut Yusuf al-Qaradhawi boleh karena tindakan ‘azl sudah ada sejak masa Nabi SAW. Dan dalam istinbat hukumnya beliau menggunakan Maqāsid Syari’īah dimana tergolong kebutuhan Daruriyyat (kebutuhan primer) untuk kemaslahatan ibu dan anak dalam membina keluarga, Sedangkan Wahbah az-Zuhaili dalam istinbāt hukumnya menggunakan meng-qiyaskan teks hadis Judamah yang dikemukakan kata al wa’du khafi dan Q.S Al-Isra’ (17): 31. Hasil istinbāt Wahbah az-Zuhaili menyatakan bahwa ‘azl adalah perbuatan dilarang, karena dianggap menghilangkan bakal makhluk hidup.
| Item Type: | Thesis (Skripsi) |
|---|---|
| Additional Information / Supervisor: | Pembimbing: Dr Muhammad Anis Mashduqi Lc. |
| Uncontrolled Keywords: | ‘Azl, Yusuf al-Qaradhawi, Wahbah Az-Zuhaili |
| Subjects: | 200 Agama > 297 Agama Islam > 297.413 Perbandingan Mazhab |
| Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzab (S1) |
| Depositing User: | Muh Khabib, SIP. |
| Date Deposited: | 04 Nov 2024 10:38 |
| Last Modified: | 04 Nov 2024 10:38 |
| URI: | http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/68369 |
Share this knowledge with your friends :
Actions (login required)
![]() |
View Item |
